DIMENSI HOFSTEDE AKAN KEBUDAYAAN DALAM STUDI PEMASARAN INTERNASIONAL PDF

Title DIMENSI HOFSTEDE AKAN KEBUDAYAAN DALAM STUDI PEMASARAN INTERNASIONAL
Author A. Dwikatyus
Pages 3
File Size 98.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 68
Total Views 183

Summary

DIMENSI HOFSTEDE AKAN KEBUDAYAAN DALAM STUDI PEMASARAN INTERNASIONAL Manusia diartikan sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi satu sama lain dan melakukan serangkaian kebiasaan yang secara kontinu akan berakar menjadi suatu budaya dalam diri sesorang atau kelompok. Secara garis besar, m...


Description

DIMENSI HOFSTEDE AKAN KEBUDAYAAN DALAM STUDI PEMASARAN INTERNASIONAL

Manusia diartikan sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi satu sama lain dan melakukan serangkaian kebiasaan yang secara kontinu akan berakar menjadi suatu budaya dalam diri sesorang atau kelompok. Secara garis besar, manusia dan budaya adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap, pasti manusia akan hidup dengan kebudayaan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Budaya tidak hanya mempengaruhi bagaimana cara seseorang untuk berfikir mengenai apa yang benar dan yang salah melainkan juga mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam kaitannya dengan Perilaku Konsumen, budaya juga turut mempengaruhi seseorang atau konsumen dalam memilih, membeli, menggunakan atau membuang barang dan jasa demi memenuhi kebutuhannya dan mencari kepuasan. Selanjutnya kami akan membahas jurnal penelitian Hofstede tentang dimensi budaya di dalam pemasaran internasional.

Budaya merupakan bagian terluas yang mempengaruhi perilaku konsumen, oleh karena itu untuk bisa mengidentifikasi budaya merupakan suatu hal yang sulit. Menurut Taylor, budaya diartikan sebagai ruang yang kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat dan setiap pengetahuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat, budaya memiliki pengaruh pada kehidupan manusia dan memilki ragam khas yang berbeda-beda sehingga sangat sulit untuk mendefenisikan budaya yang ada. Dari defenisi budaya yang telah dijelaskan, hal ini erat kaitanya dengan teori konsumen Kotler (2007) mengatakan bahwa, “perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”. Dimana budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar konsumen dan untuk lebih jauh lagi, budaya dapat menentukan keputusan konsumsi seseorang yang meliputi suatu pilihan alternatif.

Menurut Sekaran (1983: 68) kandungan budaya merupakan faktor-faktor pembentuk dari budaya itu sendiri, dan faktor pembentuknya yaitu seperti Ekonomi, Politik, Hukum, Agama, Pendidikan, Teknologi dan industri lingkungan dimana mereka berada. Ketujuh faktor tersebut merupakan dasar penentuan bagaimana perilaku konsumen itu terbentuk dan merespon suatu produk lintas budaya. Dan hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai pembentuk khas budaya, dimana budaya itu terisolasi dari pengaruh budaya luar.

Pemasar harus memahami setiap budaya konsumen yang telah ditargetkan, karena konsumen akan mengonsumsi sebuah barang sesuai dengan budaya mereka. Untuk tetap menjaga kemurnian budaya merupakan suatu usaha yang susah karena pengaruhpengaruh dari lingkungan yang semakin tiada batas. Konsep budaya menurut Geer Hofstade dalam teori organisasi dibagi kedalam 5 dimensi yang penting untuk dipahami oleh semua perusahaan dalam menghadapi era globalisasi, ketika banyak perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dengan budaya beragam. Kelima dimensi ini adalah jarak kekuasaan, individualisme atau kolektivisme, maskulinitas-feminimitas, penghindaran ketidak pastian, orientasi jangka panjang. Pertama, Individualisme-kolektivisme individualismenadalah sifat dimana orang lebih suka bertindak sebagi individu, kolektivisme menunjukan tingkat social yang tinggi dimana orang mengharapkan yang lain untuk menjaga dan melindungi mereka. Kedua, penghindaran ketidakpastian mengacu pada "Sejauh mana orang merasa terancam oleh ketidakpastian dan ambiguitas dan mencoba untuk menghindari situasi ini" (Hofstede, 1991: 113). Dimensi ini berkaitan dengan perlunya aturan yang ditetapkan untuk perilaku yang ditentukan. Ketiga, Jarak kekuasaan (power distance) merupakan seberapa besar ketidak seimbangan yang terjadi kepada masyarakat terkait kekuasaan dan hubungan otoritas. Keempat, Maskulinitas-feminimitas berkaitan dengan perbedaan peran gender dan preferensi individu. Negara dengan nilai maskulinitas tinggi seperti AS akan membedakan dengan jelas bahwa laki-laki harus lebih agresif dibanding perempuan. Laki-laki harus memfokuskan hidup pada kesuksesan sedangkan perempuan harus lebih focus pada kesederhanaan dan memperhatikan kualitas. Sedangkan di Negara berkembang seperti Indonesia nilai yang dijunjunh oleh masyarakat lebih mengarah kepada sisi feminimitas. Kelima, Orientasi jangka panjang berkaitan dengan tingkatan ketetatan jangka panjang masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional. Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat bahwa kemasa depan dan menghargai penghematan, ketekunan dan tradisi. Pemahaman seorang pemasar akan lintas budaya adalah suatu faktor yang sangat penting, karena jika tidak melalui pemahaman budaya di Negara lain, maka produk kita tidak akan laku terjual. Menurut Sojka dan Tasuhaj (1995: 4) pendekatan untuk meneliti lintas budaya menggunakan 3 hal, budaya dapat dioperasikan dengan bahasa, harta/atefak, dan keyakinan. Yang pertama adalah bahasa merupakan skema atau sebuah interpretative untuk menyajikan dan mengorganisir dunia. Yang kedua adalah harta membuat operasional dari budaya menjadi lebih konkret. Dan yang terakhir adalah keyakinan diyakini memberi peran dalam memahami perilaku konsumen lintas budaya.

Menganalisis lintas budaya juga dapat dibuat dasar untuk menentukan strategi pemasaran. Hofstede adalah peneliti lintas budaya, dalam jurnal yang kami bahas Hofstede menggunakan kuesioner 116.000 dari lebih dari 60.000 responden di negaranegara tujuh puluh dalam studi empirisnya (Hofstede, 1984, 1991, 2001). Untuk mengerti dan dapat menyimpulkan dimensi untuk memahami perbedaan disetiap budaya semua bangsa. kerangka kerja ini berguna dalam merumuskan hipotesis untuk studi lintas budaya komparatif.

Kesimpulan Pemahaman terhadap budaya merupakan suatu hal yang penting bagi pemasar untuk menentukan sebuah strategi pemasaran. dengan memahami budaya, kita juga dapat juga mengenal ‘orang lain’ dan juga ‘memahami diri sendiri’ (Ljubić et al., 2009). Hofstede memaparkan 5 dimensi yang dapat mengukur suatu budaya, sehingga mudah untuk memahami dan mempelajari suatu budaya....


Similar Free PDFs