Evaluasi Efektivitas Penyediaan Jalur Sepeda pada Jalan Perkotaan PDF

Title Evaluasi Efektivitas Penyediaan Jalur Sepeda pada Jalan Perkotaan
Author Hendra Hendrawan
Pages 12
File Size 757.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 150
Total Views 528

Summary

KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14 Jakarta, 16 - 19 April 2018 EVALUASI EFEKTIVITAS PENYEDIAAN JALUR SEPEDA PADA JALAN PERKOTAAN Hendra Hendrawan1, Sri Amelia2 1,2 Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Jalan A.H Nasution No. 264 Bandung 40294 E-mail: [email protected], sri.amelia@pusjatan...


Description

KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14 Jakarta, 16 - 19 April 2018

EVALUASI EFEKTIVITAS PENYEDIAAN JALUR SEPEDA PADA JALAN PERKOTAAN Hendra Hendrawan1, Sri Amelia2 1,2

Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Jalan A.H Nasution No. 264 Bandung 40294 E-mail: [email protected], [email protected]

Abstrak. Jalur sepeda merupakan bagian dari perlengkapan jalan yang disediakan untuk memfasilitasi pengguna sepeda agar dapat berkendara dengan aman. Penyediaan jalur sepeda memerlukan perhatian khusus terutama pada jalan perkotaan yang padat dan didominasi oleh kendaraan bermotor. Keterbatasan lebar jalur jalan yang ada dan rasio volume kapasitas yang tinggi mengakibatkan pengguna sepeda rentan terhadap kecelakaan. Rendahnya penggunaan sepeda salah satunya dapat diakibatkan belum tersedianya jalur sepeda. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas penyediaan jalur sepeda pada jalan perkotaan dengan studi kasus pada ruas jalan Asia Afrika Kota Bandung. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan data primer melalui pengamatan langsung di dua titik pengamatan (Savoy Homan dan Simpang Lima). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kuantitatif deskriptif dan uji peringkat bertanda wilcoxon. Hasil analisis deskriptif menunjukan adanya peningkatan pengguna sepeda setelah disediakannya lajur sepeda, dan hasil uji peringkat bertanda wilcoxon menunjukan ada pengaruh penyediaan lajur sepeda terhadap jumlah pengguna sepeda yang memanfaatkan lajur sepeda untuk waktu dan fungsi kawasan yang berbeda. Kata kunci: Jalur sepeda, pengguna sepeda, jalan perkotaan

Abstract. Bicycle lanes are part of the road which provided to facilitate safe accommodation of bicyclists. Installation of bicycle lanes requires special attention, especially on crowded urban roads and dominated by motor vehicles. The limitations of existing road width and high capacity volume ratios can cause the risk of road crashes involving a bicyclist. The low number of bicyclist can be due to unavailability of bicycle lanes. This paper aims to evaluate the installation effectiveness of on-street bicycle lanes on urban roads with case study onss Asia-Afrika roads of Bandung City. The method used is by using primary data through direct observation at two segments of observation (Savoy Homan and Simpang Lima). The data obtained are then analyzed in descriptive quantitative and rating test marked wilcoxon. Descriptive analysis results identified an increase in the number of bicyclist after the installation of bicycle lanes, and the results of ratings test marked wilcoxon showed there is an influence of the provision of bicycle lanes on the number of bicyclists who utilize bicycle lanes for the time and function of different areas. Key Words: Bicycle lanes, number of bicyclist, urban road

317

KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14 Jakarta, 16 - 19 April 2018

I.

Pasal 22 tersebut adalah jalur atau lajur sepeda (Indonesia 2006). Peraturan perundangan yang diterbitkan terkait penyediaan jalur sepeda merupakan upaya preventif pemerintah untuk mengurangi jumlah kecelakaan pengguna jalan khususnya bagi pengguna jalan yang rentan mengalami kecelakaan. Upaya tersebut tertuang dalam Rencana Umum Nasional Kecelakaan 2011-2035, dimana salah satu arah kebijakan untuk mewujudkan atau meningkatkan keselamatan jalan yaitu dengan penyediaan prasarana yang memenuhi standar kelaikan keselamatan jalan (Indonesia 2010). Salah satu komponen yang menjadi penilaian dalam standar kelaikan keselamatan jalan dan Standar Pelayanan Minimal Jalan (Indonesia 2006) adalah penyediaan perlengkapan jalan dimana jalur sepeda merupakan salah satunya bagian dari perlengkapan jalan. Ketidak tersediaan jalur sepeda dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan. Global Road Safety Partnership Indonesia (GRSPI) (2013) mencatat bahwa rata-rata korban kecelakaan lalu lintas untuk pesepeda secara global pada tahun 2010 yaitu sebesar 5% dari total kecelakaan. Pada negara-negara berkembang dengan pendapatan perkapita rendahmenengah khususnya yang berada di wilayah Asia Tenggara yaitu 4-6% dari total kecelakaan. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju yang sudah memiliki jalur sepeda sendiri yaitu rata-rata 3% dari total kecelakaan. Meskipun pada kondisi dan lokasi tertentu, ketersediaan jalur sepeda tidak meningkatkan keselamatan bagi pengguna sepeda (Madsen dan Lahrmann 2016), namun ketersediaan jalur sepeda dapat mengurangi secara signifikan jumlah kecelakaan dan tingkat fatalitas kecelakaan (Schmidt 2013 dan Welle et al. 2015). Di Indonesia berdasarkan data GRSPI (2013) jumlah kecelakaan yang melibatkan pesepeda yaitu 1,7% dari total kecelakaan. Rendahnya persentase kecelakaan bukan dikarenakan tingkat keamanan yang tinggi, tetapi dikarenakan jumlah pesepeda yang rendah. Kota Bandung sebagai salah satu kota besar dengan jumlah penduduk terpadat ke-5 di Indonesia (Indonesia 2015a), tingkat pelayanan jalur sepeda untuk 31 ruas jalan dari 61 ruas jalan arteri dan kolektor berada pada tingkat D, E, dan F (Karim dan Zulkaidi 2013). Ini menunjukan bahwa jalur sepeda yang ada belum mampu menciptakan rasa aman sehingga mendorong peningkatan jumlah pengguna sepeda. Alta Planning+Design (2008) menyebutkan bahwa terdapat korelasi antara pengguna sepeda dengan ketersediaan jalur sepeda dan trek sepeda yaitu terjadi peningkatan jumlah pengguna sepeda sebesar 5-7% dari total pengguna jalan setelah disediakan jalur sepeda, dan peningkatan sebesar 18-20% dari total pengguna jalan setelah disediakan trek sepeda.

PENDAHULUAN

Isu keberlanjutan merupakan isu krusial yang dihadapi di dunia saat ini (Ermawi 2011). Isu keberlanjutan tidak terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan yaitu pengimplementasian aspek-aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam setiap pembangunan dengan tujuan agar kebutuhan generasi masa depan tidak terabaikan (Mulyadi 2015). Meskipun pembangunan tidak selalu identik dengan penyediaan fisik (Pramana 2013), akan tetapi pembangunan fisik menjadi fokus utama dari isu pembangunan dikarenakan jumlah sumber daya yang digunakan dan dampak yang dihasilkan lebih besar dibandingkan pembangunan non-fisik (Rangga 2011) Salah satu bagian dari isu keberlanjutan terkait pembangunan fisik yaitu bidang transportasi khususnya pembangunan jalan. Penyediaan jalan telah menyebabkan ekternalitas negatif terhadap pembangunan berkelanjutan. Dampak yang ditimbulkan meliputi polusi udara, polusi suara, polusi tanah, kecelakaan, dan gangguan kesehatan (Kalasova dan Krchova 2011). Besar dampak yang ditimbulkan dari transportasi bervariasi tergantung pada waktu dan lokasi, adapun salah satu upaya yang menjadi alternatif untuk mengurangi eksternalitas negatif di bidang transportasi yaitu dengan mendorong penggunaan sepeda (European Commission n.a dan Wulandari 2009). Meskipun penggunaan sepeda merupakan solusi untuk permasalahan transportasi, namun terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi dalam penyediannya diantaranya faktor keamanan, kenyamanan, keselamatan, dan aksesibilitas (Kalasova dan Krchova 2011). Salah satu cara terbaik untuk menjawab tantangan tersebut guna meningkatkan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan bagi pengguna sepeda yaitu dengan menyediakan fasilitas sepeda (Karim dan Zulkaidi 2013). Di Indonesia fasilitas pesepeda merupakan bagian dari perlengkapan jalan. Ketentuan mengenai kewajiban menyediakan fasilitas berupa jalur atau lajur sepeda tertuang dalam Undang-Undang Nomor (UU) 22 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 25 angka (1) huruf g disebutkan bahwa setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat (Indonesia 2009). PP No. 34 Tahun 2006 pada bagian penjelasan Pasal 22 menjelaskan bahwa definisi dari perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan adalah bangunan atau alat untuk mendukung keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas, dan kemudahan bagi pengguna jalan. Salah satu bagian dari perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud pada 318

KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14 Jakarta, 16 - 19 April 2018 Penyediaan jalur sepeda di kota-kota besar, seperti halnya Kota Bandung tidaklah mudah. Kepadatan lalu lintas yang tinggi, keterbatasan lebar badan jalan, dan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada kenderaan bermotor, merupakan bagian penyebab kurang diperhatikannya kebutuhan jalur sepeda (Tomlinson 2003). Selain itu adanya anggapan bahwa hanya sebagian kecil penduduk saja yang menggunakan sepeda sehingga penyediannya, menurut Kalasova dan Krchova (2011), ketidak tersediaan jalur sepeda yang menyebabkan rendahnya jumlah pesepeda. Rendahnya penyediaan jalur sepeda oleh pemerintah disebabkan beberapa faktor. Ada banyak pertimbangan sebelum mengambil keputusan untuk menyediakan jalur sepeda terutama dilihat dari efektifitas pemanfaatan jalur sepeda. Untuk menjawab permasalahan tersebut evaluasi efektifitas penyediaan jalur sepeda terhadap perilaku perubahan moda perlu dilakukan. Penyediaan jalur sepeda dinilai efektif apabila terjadi peningkatan jumlah pesepeda pada jalur sepeda yang telah disediakan. Pemilihan lokasi yang dipilih turut mempengaruhi tingkat penggunaan jalur sepeda. Pada kawasan yang peruntukannya bukan untuk permukiman atau pada kawasan campuran (mixed land use) dan perkantoran akan menjadi tantangan tersendiri untuk mendorong penggunaan jalur sepeda. Berdasarkan uraian dimuka, tujuan dari studi ini yaitu untuk mengevaluasi efektifitas penyediaan jalur sepeda berdasarkan peningkatan jumlah pesepeda yang memanfaatkan jalur sepeda pada kawasan campuran. Melalui studi diharapkan dapat menjawab persoalan mengenai perlu tidaknya dibangun jalur sepeda pada kawasan selain untuk kawasan permukiman

separator atau tidak harus dipertimbangkan secara bijak diantaranya dengan memperhatikan jumlah pesepada, kondisi lalu lintas, dan lebar badan jalan. Pembagian tipe fasilitas jalur dan lajur sepeda di Indonesia mengacu pada Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Perancangan Fasilitas Lajur dan Jalur Sepeda terbagi atas tiga yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. Pembagian tipe tersebut berdasarkan pada penempatan dan pemisahan lajur sepeda. Tipe A yaitu lajur sepeda yang berada pada jalur sepeda atau jalur jalan namun dipisahkan dari kendaraan lain dengan separator (dapat berupa kereb). Tipe ini dapat ditempatkan pada kondisi lalu lintas dengan kecepatan kendaraan tinggi dan akses yang terbatas pada jalan. Tipe B yaitu lajur sepeda yang berada pada trotoar dan ditempatkan pada sisi sebelah kanan lajur pejalan kaki. Tipe B dapat ditempatkan pada kondisi lalu lintas kecepatan sedang dan rendah. Tipe C yaitu lajur sepeda yang berada pada lajur jalan dan ditandai dengan pemisah berupa marka jalan. Tipe C idealnya digunakan pada kondisi lalu lintas dengan kecepatan kendaraan rendah, dan akses keluar masuk bangunan di sepanjang jalan yang tinggi (Indonesia 2012). Tabel 1 berikut menunjukan pemilihan tipe berdasarkan fungsi dan kelas jalan mengacu pada Indonesia (2012). Tabel 1. Pemilihan tipe jalur sepeda berdasarkan fungsi dan kelas jalan Jalan Jalan Kecil Fungsi/kelas Jalan Raya Sedang Arteri A A A Primer Kolektor A A A Primer Lokal Primer C C C Lingkungan C C C Primer Arteri A/B A/B A/B Sekunder Kolektor B/C B/C B/C Sekunder Lokal B/C B/C B/C Sekunder Lingkungan B/C B/C B/C Sekunder Sumber : Indonesia (2012)

II. KAJIAN PUSTAKA D.

Jalur Sepeda Jalur didefinisikan sebagai bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan (Indonesia 1993). Adapun jalur sepeda yaitu jalur yang diperuntukan bagi pesepeda yang dipisahkan dari kendaraan bermotor dengan pemisah berupa separator atau kereb (Indonesia 2012). Bagian dari jalur sepeda yaitu lajur sepeda. Lajur sepeda yaitu lajur khusus yang diperuntukan bagi pesepeda yang dipisahkan dar kendaraan bermotor dengan pemisah berupa marka (Indonesia 2012). Berdasarkan definisi tersebut, lajur sepeda dapat berada pada jalur sepeda secara khusus atau dapat merupakan bagian dari jalur jalan tanpa separator tetapi hanya dibatasi oleh marka. Lajur sepeda yang berada pada jalur sepeda yang dibatasi oleh separator memberikan keluasaan bagi pesepeda untuk bergerak dengan rasa aman dibandingkan lajur sepeda yang berada pada jalur jalan umum tanpa separator (Koorey 2013). Pada jalan umum tanpa separator atau kereb, kendaraan bermotor dapat melewati atau mengambil alih lajur yang sudah disediakan bagi pesepeda. Pertimbangan penggunaan

Ketentuan umum penempatan jalur atau lajur sepeda mengacu pada ketentuan RSNI Perancangan Fasilitas Lajur dan Jalur Sepeda untuk semua tipe yaitu (Indonesia 2012): - Berada pada sisi kiri lajur sepeda motor apabila terdapat lajur sepeda motor - Berada pada sisi kanan tempat parkir apabila terdapat tempat parkir - Berada pada sisi kanan lajur pejalan kaki apabila ditempatkan pada trotoar tanpa mengurangi lebar minimal lajur pejalan kaki - Tidak mengurangi lebar lajur minimal kendaraan bermotor apabila berada pada badan jalan 319

KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14 Jakarta, 16 - 19 April 2018 -

Alinemen lajur sepeda mengikuti alinemen jalur jalan eksisting, dan - Diperbolehkan melawan arah pada kondisi arus lalu lintas satu arah (Indonesia 2012). Dalam proses perancangan dan operasionalnya ketentuan umum tersebut harus pula memperhatikan aspek-aspek lainnya diantaranya sosial, lingkungan, dan teknik dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kelancaran lalu lintas untuk seluruh pengguna jalan. Aspek teknik yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan selain penempatan jalur atau lajur sepeda diantaranya marka, separator, rambu, dan tempat parkir untuk sepeda. Analisis kebutuhan jalur sepeda perlu identifikasi sebelum perancangan dilakukan. Untuk jalur sepeda yang berada pada kawasan perkotaan, mengacu pada Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (1992), terdapat ketentuan khusus yang perlu diperhatikan terkait indentifikasi kebutuhan jalur sepeda diantaranya: - Volume pesepeda yang melebihi 500/12 pesepeda/jam dan volume lalu lintas melebihi 2000/12 pengguna jalan/jam, maka disarankan menyediakan jalur khusus sepeda dan atau pejalan kaki. Bila volume pejalan kaki pada kondisi tersebut lebih dari 1000/12 orang/jam, maka jalur sepeda dipisahkan dari jalur pejalan kaki. - Volume pesepeda yang melebihi 200/12 pesepeda/jam, dan volume lalu lintas melebihi 2000/12, disarankan menyediakan jalur khusus sepeda. Selain hal diatas, terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi permintaan jalur sepeda diantaranya (Leak dalam O’Flaherty 1997): 1) pengaruh topografi. Jumlah pengguna sepeda pada area datar akan lebih tinggi daripada area berbukit 2) proporsi atau kebiasaan masyarakat setempat. Masyarakat dengan proporsi jumlah pemuda lebih banyak dan adanya komunitas pesepeda akan mendorong masyarakat lain untuk menggunakan sepeda 3) kepemilikan mobil. Kemudahan mendapatkan kendaraan akan mengurangi jumlah pengguna sepeda. 4) aktivitas guna lahan setempat. Kawasan industri, permukiman, pertanian, tentu akan berpengaruh pada jumlah pengguna sepeda. 5) kualitas fasilitas yang disediakan. Fasilitas pesepeda yang berkualitas akan mendorong peningkatan jumlah pengguna sepeda. 6) keamanan dan keselamatan. Untuk menghitung kebutuhan dan mengevaluasi kinerja penyediaan fasilitas jalur sepeda dapat dilakukan beberapa metode diantaranya (Leak dalam O’Flaherty 1997): 1) Penghitungan manual. Penghitungan manual dengan menhitung arus pengguna sepeda yang melewati

suatu lokasi tertentu. Dalam penghitungan perlu didukung dengan data periode survei, waktu pelaksanaan survei, dan lokasi survei. 2) Survei dengan menggunakan perangkat video. Survei ini dilakukan dengan menempatkan seperangkat kamera pemantau pada lokasi yang akan disurvei. Survei ini menyediakan data yang permanen dan beberapa informasi sekaligus terkait kejadian dilapangan dapat diperoleh sehingga membantu dalam analisis. 3) Survei perilaku. Survei ini dilakukan melalui metode kuesioner. Tujuan dari survei perilaku untuk memperoleh informasi mengenai pola perjalanan dan jenis moda yang kemungkinan dipilih untuk melakukan suatu perjalanan tertentu. Termasuk informasi apakah dengan menyediakan fasilitas jalur sepeda akan merubah pilihan moda dengan cenderung memilih sepeda. 4) Prediksi jumlah penguna sepeda pada tahun rencana. Tahapan ini mencakup penetapan tahun rencana atau target dan kedua prediksi kemungkinan tingkat perubahan permintaan penggunaan sepeda pada tahun rencana. Beberapa faktor akan perlu perhitungkan dalam tahapan ini yang meliputi perubahan tata guna lahan, perubahan biaya transportasi, perubahan struktur dan sosial ekonomi masyarakat, perubahan kemudahan dalam menggunakan kendaraan pribadi dan perubahan perilaku bahwa bersepeda lebih dapat diterima oleh masyarakat luas dibandingkan menggunakan kendaraan bermotor. Dalam studi ini, evaluasi yang akan digunakan yaitu dengan memanfaatkan survei manual untuk menghitung perubahan jumlah pengguna sepeda sebelum dan setelah disediakan lajur sepeda. Pemanfaatan survei manual dilakukan selain pertimbangan efektifitas terhadap sasaran yang ingin dicapai, juga lebih efisiensi terkait biaya pelaksanaan. E.

Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon Uji peringkat bertanda wilcoxon merupakan bagian dari statistik inferensial non parameterik. Statistik inferensial yaitu statistik yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel. Untuk itu dalam statistik inferensial diperlukan suatu hipotesis (Hartono dan Kamaruddin 2016). Statistika inferensial terbagi atas dua yaitu statistik parametrik dan non parametrik. Statistik parametrik yaitu statistik yang dalam suatu pengujian modelnya memerlukan adanya syarat atau asumsi dari distribusi data populasinya. Statistik ini banyak digunakan pada data dengan skala interval dan rasio dengan asumsi distribusinya datanya bersifat normal. Adapun statistik non parametrik yaitu statistik yang pengujiannya tidak memerlukan adanya asumsi-asumsi mengenai seberan data populasinya (belum diketahui sebaran data dan tidak perlu berdistribusi normal. Statistik ini dapat menggunakan semua jenis skala data termasuk nominal dan ordinal dengan distribusi yang 320

KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14 Jakarta, 16 - 19 April 2018 tidak menyebar normal. Adapun dari jumlah data, statistik nonparametrik dapat menggunakan data kurang dari 30 data (Junaidi 2010). Uji peringkat bertanda Wilcoxon digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok data yang saling berhubungan. Uji peringkat bertanda Wilcoxon merupakan pengembangan dari uji tanda. Disamping nilai tanda + atau –, besar perbedaan pada uji ini juga diperhatikan (Hartono dan Kamaruddin 2016). Nilai perbedaan pada uji peringkat bertanda Wilcoxon sebagai berikut (Solidayah dkk 2015):

III.

HIPOTESIS

Penyediaan jalur sepeda di perkotaan pada kawasan campuran dapat mendorong meningkatnya jumlah pengguna sepeda

IV.

METODOLOGI

Studi ini menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari hasil survei melalui pengukuran langsung dilapangan. Data yang dikumpulkan yaitu jumlah pesepeda sebelum dan sesudah disediakan lajur sepeda. Data tersebut selanjutnya dianalisis untuk diketahui pengaruh penyediaan jalur sepeda terhadap peningkatan jumlah pesepeda dengan menggunakan analisis deskriptif dan metode uji peringkat bertanda Wilcoxon. Metode Wilcoxon digunakan untuk mengetahui hasil uji perubahan variabel sebelum dan sesudah adanya perlakuan untuk data yang tidak diketahui sebaran datanya. Secara garis besar studi ini dibagi kedalam beberapa tahapan yaitu penentuan lokasi, survei jumlah pesepeda sebelum jalur sepeda tersedia, perancangan jalur sepeda, pembuatan jalur sepeda, dan terakhir survei jumlah pesepeda setelah tersedia jalur sepeda. Survei jumlah pesepeda dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 (pra kontruksi) dan bulan Februari 2016 (paska konstruksi). Adapun pembuatan jalur sepeda dilaksanakan pada bulan November 2015. Bagai alir pelaksanaan studi dapat dilihat para Gambar 1.

untu...


Similar Free PDFs