MEWABAHNYA SIKAP INDIVIDUALISME PADA MASYARAKAT PERKOTAAN PDF

Title MEWABAHNYA SIKAP INDIVIDUALISME PADA MASYARAKAT PERKOTAAN
Author Suryaningsih Ningsih
Pages 9
File Size 134 KB
File Type PDF
Total Downloads 27
Total Views 248

Summary

MEWABAHNYA SIKAP INDIVIDUALISME PADA MASYARAKAT PERKOTAAN Oleh: Suryaningsih Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, e-mail: [email protected] Abstrak Hidup di zaman yang semakin canggih membuat seseorang semakin berubah seperti perubahan gaya h...


Description

MEWABAHNYA SIKAP INDIVIDUALISME PADA MASYARAKAT PERKOTAAN Oleh: Suryaningsih Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, e-mail: [email protected]

Abstrak Hidup di zaman yang semakin canggih membuat seseorang semakin berubah seperti perubahan gaya hidup dan cara berperilaku. Perkembangan teknologi yang tidak bisa dipungkiri semakin berkembang pesat dan arus globalisasi yang masuk ke Indonesia semakin memunculkan masalah yang baru bagi pergaulan atau perilaku masyarakat masa kini, khususnya di Indonesia. Sejak masuknya arus globalisasi dan didukung berkembangnya teknologi yang canggih membuat masayarakat Indonesia mulai bersikap individualisme. Dahulunya, Indonesia pada sejarah nenek moyang merupakan negara yang menerapkan dan menjunjung tinggi semangat gotong royong, serta mempunyai sikap sosial yang tinggi. Selain itu, Indonesia dahulunya juga merupakan negara timur yang penduduknya ramah dan sopan, akan tetapi saat ini jarang sekali kita temui hal yang demikian. Hanya segelintir orang saja yang bersikap demikian. Hal itu terjadi disebabkan masyarakat Indonesia saat ini mulai bersikap atau berprilaku individualisme. Sikap individualisme tersebut sering kita jumpai pada masyarakat yang berada di perkotaan. Perilaku individualis merupakan ciri utama pada sifat kehidupan perkotaan. Hal tersebut merupakan permasalahan yang tidak bisa dihilangkan karena timbul dari iklim kompetitif yang ada Kata Kunci: Globalisasi, Gotong Royong, Individualisme

PENDAHULUAN Individualisme merupakan suatu falsafah yang mempunyai pandangan moral, politik atau social yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri. Individualism adalah gabungan dari 2 buah kata yaitu individual: pribadi dan isme: faham. Dalam arti besar individualisme merupakan faham yang menerangkan bahwa seseorang yang mementingkan haknya pribadi tanpa memperhatikan orang lain. Sikap individualisme sering dijumpai pada masyarakat yang berada di perkotaaan. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai hal salah satunya dikemukakan oleh Bintarto (1989: 54) yang mengatakan, bahwa kesibukan setiap warga kota dalam tempo yang 1

cukup tinggi dapat mengurangi perhatian terhadap sesamanya. Apabila hal ini berlebihan akan menimbulkan sifat acuh tak acuh atau kurang mempunyai toleransi sosial. Dengan adanya fenomena tersebut dan melihat sifat kehidupan kota yang cenderung kepada kondisi: 1) heterogenitas jumlah dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, 2) sifat kompetitif, egosentris dan hubungan personal berdasarkan kepentingan pribadi dan keuntungan secara ekonomi, masyarakat kota cenderung menyikapi kondisi tersebut dengan cara: a. Hanya saling mengenal terutama dalam sata peranannya saja, misalnya sebagai kondektur, penjaga toko dan sebagainya. Oleh karena itu juga dikatakan bahwa sifat hubungan-personal masyarakat kota tidak bersifat primer, namun lebih bersifat sekunder (berdasarkan peran dan atributnya). b. Melindungi diri sendiri secara berlebihan agar tidak terjadi terlalu banyak hubungan-hubungan yang sifatnya pribadi, mengingat konsekuensi waktu, tenaga dan biaya. Orang kota juga harus melindungi dan membatasi diri terhadap relasi yang dianggap potensial membahayakan baginya. Akibatnya ialah seringnya terjadi kontak personal yang ditandai oleh semacam reserve, acuh tak acuh dan kecurigaan. c. Cenderung mengadakan kontak, personal bukan dengan keinginan yang berlandaskan kepentingan bersama, namun kebanyakan hubungan itu hanya digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing individu. Selain yang disebutkan diatas sikap individualisme juga terjadi karena kepesatan perkembangan di wilayah perkotaan membawa dampak sosial yaitu maraknya suasana kompetisi. Dalam suasana kompetisi masyarakat akan terbagi kedalam dua kelompok, yaitu (1) masyarakat yang berhasil dalam kompetisi dan (2) masyarakat yang gagal dalam kompetisi. Suasana kompetisi ini secara tidak sengaja menciptakan manusia manusia individualis. Individualis kini menjadi ciri khas masyarakat perkotaan. Suatu problem yang menjamur sejak lama dan sepertinya kini mulai menjadi hal yang biasa, tidak lagi dianggap sebagai masalah. Individualis membuat kesenjangan sosial di wilayah perkotaan menjadi sangat terasa. Orang kaya menjadi lebih kaya dan orang miskin menjadi lebih miskin. Hal ini terjadi 2

sebab interaksi antar manusia selalu bertitik berat pada keuntungan secara ekonomis. Selanjutnya hal ini akan menimbulkan setidaknya dua kondisi di bawah ini: a. Timbul keinginan untuk membatasi interaksi, khususnya dengan orang – orang yang tidak berkontribusi dalam tujuannya. b. Timbul konflik karena saling mementingkan keinginannya sendiri, muncul pemaksaan kehendak karena egois dari masing – masing individu atau kelompok. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran rancangan penelitian yang meliputi antara lain: prosedur dan langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa data-data tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis. Penelitian ini dilaksanan di lingkungan saya yaitu Perumahan Rajana, Kel. Pettuadae, Kec. Turikale, Kab. Maros. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan studi pustaka. Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah studi pustaka yang diartikan sebagai teknik pengumpulan data dan informasi dengan menelaah sumber-sumber tertulis seperti jurnal ilmiah, buku referensi, literatur, ensiklopedia, karangan ilmiah, serta sumber-sumber lain yang terpercaya baik dalam bentuk tulisan atau format digital yang relevan dan berhubungan dengan objek yang sedang diteliti. PEMBAHASAN Hofstede (2005) mengartikan individualisme sebagai tatanan sosial yang dikarakteristikkan oleh ikatan emosional antar individu yang longgar. Masyarakat individualisme sangat menekankan kesadaran “aku” dan kemandirian yang ditandai oleh independensi emosi, inisiatif pribadi, privasi, kesenangan bereksplorasi, kebutuhan akan relasi khusus. Individualisme adalah budaya yang menekankan gagasan bahwa individu terpisah dan tidak tergantung dengan individu lain, mendefinisikan diri sebagai otonom dari ingroup, tujuan pribadi menjadi prioritas di atas tujuan kelompok, sikap individu

3

secara personal lebih menentukan perilaku sosial individu daripada norma (Triandis, 1995). Ideologi individualisme ini muncul di tengah-tengah peradaban reformasi barat, kurang lebih pada abad 17 dan 18. Teori ini muncul sebagai anti klimaks dari penguasa monarki absolute. Mereka gandrung manyuarakan Liberte, Egalite, dan Fraternite. Mereka juga mengembangkan pemikiran-pemikiran rasionalisme dan humanisme sebagai buah dari revolusi Prancis dan revolusi industri. Tokoh pemikir dari ideologi individualisme adalah Marthin Luther sedangkan tokoh penerus dari ideologi individualisme yaitu Jhon Locke, Vottaire, Montesquieo, J.J Russeao, dan Immanuel Kant. Selanjutnya, Emile Durkheim dalam teori solidaritas organik mengatakan bahwa solidaritas organik didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam pembagian kerja pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu. (Syukur, 2018: 59) Adapun ciri dari solidaritas organik yaitu individualistis yang tinggi. Dalam masyarakat modern khususnya masyarakat perkotaan hal ini sering dijumpai karena hubungan dalam masyarakat hanya didasari oleh saling ketergantungan. Dalam buku dasar-dasar teori sosiologi dikatakan bahwa dalam masyarakat modern, masalah begitu kompleks. Ada banyak peran dan cara untuk hidup sehingga membuat munculnya individualistik. Menurut Durkheim, ini merupakan dampak dari modernisasi. Bukan hanya kecenderungan individualis saja. Namun, dengan perubahan yang cepat dalam pembagian kerja membuat membuat masyarakat bingung untuk menyesuaikan dirinya sehingga membuat masyarakat cenderung antisosial atau sering disebut oleh Durkheim anomi. (Syukur, 2018: 61) Perilaku individualis pada masyarakat kota secara umum bisa dibedakan dalam 2 aspek, yaitu perwujudan dalam ungkapan fisik (spasial, material dan bentuk), serta perwujudan dalam sikap dan perilakunya. Kedua aspek tersebut bersama-sama mengupayakan suatu "pertahanan" atau "perlawanan" terhadap kondisi kehidupan kota. (Sumardjito, 1999: 134)

4

Perilaku individualis masyarakat kota cenderung akan tercermin atau diungkapkan dalam suatu ungkapan fisik yang bisa berupa batas ruang (territory) atau ungkapan bentuk. Ungkapan fisik yang berupa batas ruang (territory) bisa bersifat tetap atau suatu kondisi yang relatif tidak berubah-ubah, namun bisa juga bersifat tidak tetap. Ini sejalan dengan pendapat Lang (1987: 76), bahwa teritorialitas adalah salah satu perwujudan ego yang tidak ingin diganggu, dan merupakan perwujudan dan privasi.Yang perlu diperhatikan adalah, apabila keinginan perwujudan privasi ini sangat berlebihan, hal ini merupakan indikasi dari sikap dan perilaku individualis. Beberapa contoh ungkapan fisik sebagai perwujudan perilaku individualis pada masyarakat kota yaitu: 1. Pemasangan pagar halaman depan yang dibuat sangat tinggi dan masif, mencerminkan ketertutupan, kecurigaan, kehati-hatian dan kurangnya "welcome" terhadap tamu yang akan berkunjung. 2. Perwujudan bentuk-bentuk bangunan yang tidak, selaras dengan lingkungan, hanya karena untuk memenuhi ego pemilik supaya tidak disamakan atau tidak ingin sama dengan lingkungannya, dalam arti supaya dianggap lebih tinggi derajatnya dari lingkungan tersebut. 3. Tulisan-tulisan atau tanda-tanda petunjuk yang melnpunyai indikasi untuk lnenunjukkan bahwa sesuatu area adalah milik pribadi bukan untuk lnasyarakat umum sehingga masyarakat umum tidak boleh masuk area tersebut, atau setidaktidaknya enggan untuk memasuki mengingat risiko yang mungkin timbul. Perilaku individualis selain diwujudkan dalam ungkapan fisik, juga banyak didapati pada sikap dan perilaku masyarakat kota. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh: 1. Kurang akrabnya antartetangga pada suatu kompleks perumahan atau perkampungan, karena masing-masing orang telah sibuk dengan urusannya sendiri. 2. Masing-masing tetangga merasa tidak perlu menyapa apabila bertemu di jalan, karena merasa tetangga tersebut adalah orang asing bagi orang tersebut. Kemungkinan lain dan kondisi tersebut adalah tidak terpikirkannya orang tersebut untuk menyapa, karena pikirannya memang sudah dipenuhi dengan berbagai kesibukan kerja hari itu.

5

3. Kurangnya tenggang rasa dalam bersikap dan berbuat. Contoh sikap individualisme diatas sering saya amati dan temui pada lingkungan sekitar saya yang ditandai dengan kurang akrabnya antartetangga perumahan yang saya huni, masing-masing tetangga jarang menyapa apabila bertemu di jalan dan pemasangan pagar halaman depan yang dibuat sangat tinggi dan massif yang mencerminkan sikap ketertutupan, kecurigaan, dan kehati-hatian. Dampak Sikap Individualisme Dampak negatif dari sikap individualisme yaitu: a. Kehilangan rasa solidaritas terhadap sesama. b. Egoisme yang tak terbatas. c. Kesulitan dalam bersosialisasi. d. Sifat individualis yang tinggi akan menyebabkan hilangnya jiwa gotong royong. Indonesia sendiri yang sejatinya adalah negara gotong royong seharusnya mencegah masyarakatnya memiliki sifat individualis yang berlebihan, karena induividualisme tidak sesuai dengan gotong royong. Banyak sekali dampak buruk dari maraknya trend individualisme. Secara tidak langsung perpecahan suatu negara dapat dipicu oleh adanya individualis – individualis yang ada di jajaran petinggi negara. Sungguh hal ini adalah hal yang seharusnya dianggap sebagai masalah dan harus diselesaikan. (Yohana Dea, 2019: 1) Tak jarang masyarakat yang hidup di kota memiliki sifat individualis yang tinggi dan hilangnya jiwa gotong royong. Hampir disetiap perumahan yang berjajar mereka tidak mengnal satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh interaksi yang kurang dan tingginya sikap individualis dalam suatu masyarakat. Mereka seakan-akan tidak lagi membutuhkan bantuan orang sekitar karena pada zaman sekarang ini apapun bisa dilakukan dengan teknologi. (Nisa, Hanifatu, 2019: 5) Zaman sekarang ini apapun bisa dilakukan dengan teknologi. Sikap gotong royong yang luntur tercermin pada hubungan antar warga RT, misalnya zaman dahulu untuk menjaga keamanan suatu komplek diadakan kegiatan poskamling setiap malam, namun saat ini hampir tidak pernah dijumpai kegiatan semacam ini. Saat ini masyarakat lebih

6

memilih hal-hal yang lebih praktis seperti membayar jasa satpam untuk menjaga keamanan suatu komplek yang mereka tinggali tanpa memikirkan akan dampak yang timbul akibat kurangnya interaksi dengan sesama anggota masyarakat. Sikap individualis inilah yang juga merupakan penyebab lunturnya jiwa gotong royong. Arus globalisasilah yang menyebabkan budaya tersebut memudar sehingga rasa kebersamaan dan kekeluargaan tidak lagi dirasa penting. Selain itu dengan kemajuan teknologi yaitu pengguanaan gadget mampu membuat seseorang lupa akan dunia nyata dan lama-lama akan menjadi seseorang yang individualis. Adanya social media semakin membuat orang untuk lebih melupakan dunia nyata dan lebih mengutamakan dunia maya. Mereka lebih memilih untuk mencurahkan isi hatinya kepada social media ketimbang bercerita kepada seseorang. Hal ini tanpa disadari adalah suatu bentuk sikap individualis. Oleh sebab itu sikap individualis ini bisa dihilangkan dengan cara pembatasan penggunaan gadget. Sebab lain sesorang bersikap individualis adalah kurangnya percaya diri dan menganggap dirinya tidak dibutuhkan orang lain. Hal ini merupakan salah satu sikap yang salah, kita harus menyadari bahwa sesame manusia kita haruslah memiliki sikap tolong menolong. Tolong menolong berarti bahwa orang lain membutuhkan kita dan kita membutuhkan orang lain. Sikap ini harus dilandasi dengan sikap kedewasaan. Dengan berpikir bahwa saling membutuhkan adaah sifat dasar manusia, dengan ini sikap individualis tidak akan terbentuk. PENUTUP 1. Individualisme merupakan suatu falsafah yang mempunyai pandangan moral, politik atau social yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri. Individualism adalah gabungan dari 2 buah kata yaitu individual: pribadi dan isme: faham. Dalam arti besar individualisme merupakan faham yang menerangkan bahwa seseorang yang mementingkan haknya pribadi tanpa memperhatikan orang lain. 2. Perilaku individualis pada masyarakat kota secara umum bisa dibedakan dalam 2 aspek, yaitu perwujudan dalam ungkapan fisik (spasial, material dan bentuk), serta perwujudan dalam sikap dan perilakunya. Kedua aspek tersebut bersamasama mengupayakan suatu "pertahanan" atau "perlawanan" terhadap kondisi kehidupan kota.

7

3. Beberapa contoh ungkapan fisik sebagai perwujudan perilaku individualis pada masyarakat kota yaitu: a. Pemasangan pagar halaman depan yang dibuat sangat tinggi dan masif, mencerminkan ketertutupan, kecurigaan, kehati-hatian dan kurangnya "welcome" terhadap tamu yang akan berkunjung. b. Perwujudan bentuk-bentuk bangunan yang tidak, selaras dengan lingkungan, hanya karena untuk memenuhi ego pemilik supaya tidak disamakan atau tidak ingin sama dengan lingkungannya, dalam arti supaya dianggap lebih tinggi derajatnya dari lingkungan tersebut. c. Tulisan-tulisan atau tanda-tanda petunjuk yang melnpunyai indikasi untuk lnenunjukkan bahwa sesuatu area adalah milik pribadi bukan untuk lnasyarakat umum sehingga masyarakat umum tidak boleh masuk area tersebut, atau setidak-tidaknya enggan untuk memasuki mengingat risiko yang mungkin timbul. 4. Perilaku individualis selain diwujudkan dalam ungkapan fisik, juga banyak didapati pada sikap dan perilaku masyarakat kota. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh: a. Kurang akrabnya antartetangga pada suatu kompleks perumahan atau perkampungan, karena masing-masing orang telah sibuk dengan urusannya sendiri. b. Masing-masing tetangga merasa tidak perlu menyapa apabila bertemu di jalan, karena merasa tetangga tersebut adalah orang asing bagi orang tersebut. Kemungkinan lain dan kondisi tersebut adalah tidak terpikirkannya orang tersebut untuk menyapa, karena pikirannya memang sudah dipenuhi dengan berbagai kesibukan kerja hari itu. c. Kurangnya tenggang rasa dalam bersikap dan berbuat. 5. Dampak negatif dari sikap individualisme yaitu: a. Kehilangan rasa solidaritas terhadap sesama. b. Egoisme yang tak terbatas. c. Kesulitan dalam bersosialisasi. d. Sifat individualis yang tinggi akan menyebabkan hilangnya jiwa gotong royong.

8

DAFTAR PUSTAKA Sumardjito. (1999). Permasalahan Perkotaan dan Kecenderungan Perilaku Individualis Penduduknya. Jurnal Cakrawala Pendidikan, No.3: 133-134. Dea, Yohana. (2019). Kecenderungan Individualisme Pada Generasi Milenial di Perkotaan yang Tidak Mencerminkan Jiwa Indonesia Ditinjau dari Paham Negara Demokrasi Pancasila. Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Nisa, Hanifatu. (2019). Problematika Gotong Royong dalam Arus Globalisasi Menjadikan Masyarakat Individualis. Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Bintaro. (1989). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia. Syukur, Muhammad. 2018. Dasar-Dasar Teori Sosiologi. Depok: PT Raja Grafindo Perseda.

9...


Similar Free PDFs