PERUBAHAN ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PAKPAK KELASEN PDF

Title PERUBAHAN ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PAKPAK KELASEN
Pages 104
File Size 488 KB
File Type PDF
Total Downloads 35
Total Views 183

Summary

PERUBAHAN ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PAKPAK KELASEN (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan) SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi Oleh Paskah J. Pasaribu 030905056 DEPARTEMEN ANT...


Description

PERUBAHAN ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PAKPAK KELASEN (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh Paskah J. Pasaribu 030905056

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

ABSTRAK

Pakpak Kelasen merupakan salah satu wilayah yang menjadi bagian dari suku bangsa Pakpak yang berada di Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Tarabintang Kabupaten Humbang Hasundutan. Beberapa wilayah Pakpak yang lainnya adalah Pakpak Keppas, Pakpak Pegagan, Pakpak Simsim, dan Pakpak Boang. Kelima wilayah ini berbeda dalam sistem administrasi pemerintahan, sehingga namanya dibedakan berdasarkan tempatnya atau wilayahnya. Penelitian yang dikaji hanya satu wilayah saja yaitu Pakpak Kelasen. Alasan penulis meneliti wilayah ini karena makin hilangnya identitas kebudayaan dari Pakpak Kelasen tersebut, dimana saat ini adat perkawinan Pakpak Kelasen telah berubah dengan menggunakan adat perkawinan Batak Toba. Berangkat dari fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengkaji perubahan yang terjadi dalam adat perkawinan Pakpak Kelasen. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi dalam adat perkawinan tersebut. Bagaimana adat perkawinan yang ideal dalam masyarakat Pakpak umumnya dan Pakpak Kelasen. Hal lainnya adalah menggambarkan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan adat perkawinan tersebut. Dengan demikian maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk mempermudah dalam proses penelitian, penulis mengadakan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan kepada inforaman pangkal, informan kunci, dan informan biasa. Informan pangkal adalah kepala desa yang menunjukkan informan kunci terhadap masalah yang diteliti. Informan kunci adalah para tokoh adat yang memberikan data tentang adat perkawinan setempat. Informan biasa adalah warga setempat yang hanya tahu sepintas saja masalah yang diteliti. Hasil temuan dilapangan, yaitu bahwa untuk melaksanakan adat perkawinan telah dominan menggunakan adat Batak Toba. Perubahan ini terlihat pada seluruh upacara adat perkawinan. Adat Pakpak yang kadang masih digunakan bila memakai adat Batak Toba adalah pemberian Todoan. Adapun penyebab dari perubahan adat perkawinan ini adalah adat Pakpak yang terlalu rumit, lebih melestarikan adat lain, regenerasi adat Pakpak kurang mendapat dukungan, dan kurangnya dukungan pemerintah setempat

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Skripsi ini sebenarnya sangatlah sederhana, dimana penulis berusaha meneliti tentang perubahan upacara adat perkawinan masyarakat Pakpak Kelasen yang ada di desa Si Onom Hudon Toruan, Kecamatan Parlilitan yang telah mulai menggunakan adat perkawinan Batak Toba. tetapi karena keterbatasan waktu dan ilmu yang dimiliki penulis, sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itulah penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak terhadap penulis. Disamping itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan petunjuk, bantuan dan dorongan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih tak lupa penulis ucapkan kepada : 1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution,MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs.Zulkifli Lubis,MA, selaku Ketua Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3. Bapak Drs. Lister Berutu, MA, selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan nasehat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs.Ermansyah,MHum, selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan nasehat selama penulis dalam masa kuliah.

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

5. Seluruh Dosen dan para Pegawai Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya jurusan Antropologi yang turut membantu dalam kelancaran kuliah dan penulisan skripsi ini. 6. Kedua orangtuaku, Pdt.H.Pasaribu dan

ibunda R.Silitonga yang telah

bersusah payah mendidik dan memberikan dorongan moril dan materil kepada penulis selama kuliah sampai penulisan skripsi ini. 7. Buat

abangku,

Sahala

Pasaribu

(cepat

menyusul)

dan

Raymond

Pasaribu,SSos. Adik-adikku, Maria Magdalena Pasaribu, Narda Friska Pasaribu, dan Donna Pasaribu, yang selalu turut mendukung penulis setiap saat. 8. Tulang Fredo dan Nantulang, serta Tulang Justin dan Nantulang Sihite, yang telah memberikan perhatian dan bimbingan serta tempat tinggal selama penulis kuliah sampai saat ini. Buat lae-laeku Fredo dan Judika (cepat besar), dan Wenny. 9. Keluarga besar Hasugian di Parlilitan, Amangboru, Namboru, lae Anugroho, dek Lely, serta semua adik-adik, yang telah memberikan tempat tinggal kepada penulis selama melakukan penelitian (lae Anugroho dan dek Lely moga dapat PNSnya). 10. Seluruh teman-teman Antro 03, Forman Pane,SSos (lae do parjolo ate?), Jhon W.Purba,SSos (andigan mangoli lae?), Firdaus Marbun SSos, Palty Simanjuntak SSos, Sandrak Manurung,SSos, Nasution,SSos, 11. Seluruh teman-teman di Mabes Menwa USU, lae Hery Sihombing,SSos, lae Robesman, Tony, Hendra, Munawir, dan semua anak menwa USU (terimakasih persahabatan dan tempat yang selalu kalian berikan kepada saya. Ayo giatkan terus permainan futsal di lapangan Menwa). 12. Teman-teman satu kost gang Dolok Hole Pancing, khususnya kost nomor 3. 13. Teman-teman di Green House (Rela), Santi, Evalina, beserta seluruh penghuninya yang selalu bertanya kepada penulis “Kapan Wisudanya?”. Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu yang telah memberikan suatu dorongan, motivasi/semangat, pendapat dan bantuan kepada penulis.

Sebagaimana halnya sebuah karya tulis yang dikerjakan oleh mahasiswa yang masih harus banyak belajar, penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang ditulis ini masih jauh dari yang diharapkan, baik materi maupun teknik penyusunan. Oleh karenanya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dikemudian hari. Akhir kata semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Penulis,

Paskah Josua Pasaribu

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii ABSTRAK

iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iv DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

x

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Masalah

1

1.2

Rumusan Masalah

8

1.3

Lokasi Penelitian

8

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

9

1. Tujuan Penelitian

9

2. Manfaat Penelitian

10

1.5 Tinjauan Pustaka

10

1.6 Metode Penelitian

21

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1

Sejarah Suku Pakpak Kelasen

25

2.2

Sejarah Desa

28

2.3

Letak dan Keadaan Geografis

30

2.4

Keadaan Penduduk

30

2.5

Suku Bangsa

34

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

2.6

Sarana Fisik

35

2.6.1 Pola Pemukiman

35

2.6.2 Sarana Jalan

37

2.6.3 Sarana Kesehatan

37

2.6.4 Sarana Pendidikan

38

2.6.5 Sarana Listrik

38

2.7

Bahasa

39

2.8

Sistem Mata Pencaharian

40

BAB III SISTEM PERKAWINAN PAKPAK UMUMNYA

BAB

3.1

Bentuk Perkawinan

43

3.2

Tahapan Perkawinan

44

3.3

Upacara Perkawinan

55

3.4

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Perkawinan

59

3.5

Hak dan Kewajiban…………………………………………………….60

IV

SISTEM PERKAWINAN PADA MASYARAKAT KELASEN DAN PERUBAHAN YANG TERJADI

PAKPAK

4.1

Tahapan Perkawinan

63

4.2

Pihak-pihak yang Terlibat

67

4.3

Hak dan Kewajiban

68

4.4

Perubahan yang Terjadi dalam Adat Perkawinan Pakpak Kelasen

70

1. Perubahan dalam Sistem Perkawinan

70

2. Perubahan Upacara perkawinan

71

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

4.5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Adat Perkawinan Pakpak Kelasen………………………………………………………………….76

4.6

1. Faktor Geografis

76

2. Migrasi Batak Toba

77

3. Perkawinan Amalgamasi (Campuran)

78

4. Kedatangan Misionaris

79

Latar belakang Perubahan Adat perkawinan Pakpak Kelasen…………80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

Kesimpulan

84

5.2

Saran

89

DAFTAR PUSTAKA

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

DAFTAR TABEL

TABEL 1

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa

TABEL 2

Jumlah Penduduk Si Onom Hudon Toruan Berdasarkan Jenis Kelamin

TABEL 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut

TABEL 4

Agama dan Jumlah Rumah Ibadah di Kecamatan Parlilitan

TABEL 5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

TABEL 6

Sarana dan Prasarana Kesehatan

TABEL 7

Kewajiban Pihak Kerabat Suami

TABEL 8

Kewajiban Pihak Kerabat Isteri

TABEL 9

Kewajiban Pihak Kerabat Suami

TABEL 10

Kewajiban Pihak Kerabat Isteri

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia memiliki banyak suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing suku bangsa tersebut memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Menurut Koentjaraningrat (1985:89) bahwa: “Keanekaragaman kebudayaan tidak saja menyebabkan perbedaan dalam gaya dan pola hidup, tetapi juga menyebabkan perbedaan-perbedaan terhadap nilai-nilai, pengertian atau makna tentang peralihan tingkat sepanjang hidup yang dalam ilmu antropologi disebut “stage a long the life cycle” seperti masa bayi, masa penyapihan, masa remaja, masa pubertet, masa sesudah nikah, masa tua, dan sebagainya”. Manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lainnya, begitu juga pada setiap manusia yang berlainan jenis kelamin saling membutuhkan untuk dijadikan teman hidupnya. Perkawinan dalam arti membentuk rumah tangga pada kenyataannya membentuk perbedaan dan persamaannya antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain. Perkawinan dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat baik itu yang telah ditentukan oleh Undang-undang perkawinan, agama, dan juga yang ditentukan oleh adat istiadat suatu daerah (suku). Perkawinan Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

adalah salah satu perilaku yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut pria dan wanita bakal mempelai saja, tetapi juga orangtua kedua belah pihak, saudara-saudaranya bahkan keluarga mereka masing-masing. Hanya melalui perkawinan pria dan wanita yang bersangkutan memperoleh status baru dalam masyarakat. Suku Pakpak mendiami wilayah yang disebut dengan tanah Pakpak, yang lingkungan wilayahnya berbeda dengan wilayah Dairi yang sekarang, yaitu daerah Keppas yang daerahnya mulai dari batas Tele di Humbang Hasundutan sampai dengan ke perbatasan Aceh. Daerah Pegagan mulai dari daerah Silalahi, Paropo, sampai dengan pesisir Bllo Kotacane. Daerah Simsim mulai dari batas Doloksanggul sampai ke Penanggalan (Aceh). Daerah Kelasen yang sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan yang berbatasan dengan Tapanuli Tengah, dan daerah Boang dengan wilayah Simpang Kiri dan Simpang Kanan yang masuk daerah Kabupaten Aceh Singkil, dan kota Subulussalam. Secara umum Pakpak dapat digolongkan menjadi lima bagian berdasarkan wilayah komunitas marga dan dialek masing-masing. Yang pertama, Pakpak Simsim yaitu orang orang Pakpak yang menetap dan memiliki wilayah Simsim. Marga yang menetap di sana yaitu marga Berutu, Sinamo, Padang, Solin, Banuarea, Boang Manalu, dan Cibro Sitakar. Yang kedua, Pakpak Keppas yaitu orang Pakpak yang menetap dan berdialek Keppas dengan marga Ujung, Bintang, Bako, dan Maha, dengan menempati wilayah Kecamatan Silimapungga-pungga, Kecamatan Tanah Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Pinem, Kecamatan Parbuluan, dan Kecamatan Sidikalang. Yang ketiga, Pakpak Pegagan yang juga berdialek Pegagan dengan marga Lingga, Mataniari, Maibang, Manik, dan Siketang, menempati wilayah Kecamatan Pegagan Hilir, Kecamatan Sumbul, dan Kecamatan Tigalingga. Yang keempat, Pakpak Kelasen, yaitu orang Pakpak yang berdialek Kelasen dengan marga Tinambunan, Tumangger, Maharaja, Turuten, Pinayungen, dan Nahampun atau sering disebut dengan Si Onom Hudon, kemudian marga Kesogihan, Meka, Berasa, Mungkur yang menempati wilayah Kabupaten Humbang Hasundutn di Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Tara Bintang, dan Kabupaten Tapanuli Tengah di Kecamatan Barus (Manduamas). Dan yang kelima, pakpak Boang yang berdialek Boang, dengan marga Sambo, Penarik, dan Saraan. Wilayah yang ditempati Pakpak Boang ini adalah Kabupaten Aceh Singkil dan kota Subulussalam (Berutu, 2002:6-7). Pakpak Kelasen dapat dibagi dua menurut sejarah asal-usulnya. Suku Pakpak Kelasen yang asli adalah marga Tendang (Tondang), Rea (Banuarea), Manik, Gajah, Berasa, dan Beringin. Sedangkan yang kedua, suku Pakpak Kelasen yang berasal dari marga Batak Toba. Marga-marga yang Batak Toba yang datang dan menjadi suku Pakpak Kelasen, yaitu marga Si Onom Hudon yang terdiri dari enam marga, yaitu Tinambunan, Tumangger, Maharaja, Pinayungen, Turutan (hilang), dan marga Nahampun yang mendiami seluruh wilayah Si Onom Hudon (dulunya wilayah Si Onom Hudon merupakan wilayah marga Berasa). Kemudian marga Kesogihin yang berasal dari marga Sihotang (Si Raja Oloan), yaitu marga orang Kaya Tua dan Si Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Raja Tunggal yang mendiami wilayah Sihotang Hasugian Tonga dan Toruan. Terakhir adalah marga Meka dan Mungkur yang mendiami wilayah Tarabintang dan Siantar Sitanduk (E.K.Siahaan,1987). Sebutan suku Pakpak sering disebut dengan Pakpak Dairi. Dairi merupakan nama yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada saat menjajah tanah Pakpak yang dinamai dengan Dairi Landen. Tanah Pakpak dibagi-bagi oleh Hindia Belanda dalam berbagai wilayah, sehingga dengan mudah melumpuhkan perjuangan Sisingamangaraja XII yang pusat pemerintahannya di Pearaja dan beberapa wilayah Pakpak. Dengan demikian, daerah administrasi Dairi Landen dapat dipisahkan dari daerah-daerah masyarakat Pakpak lainnya, mialnya di Kecamatan Parlilitan (Kabupaten Tapanuli Utara menjadi Kabupaten Humbang Hasundutan), Tongging (Karo),

Boang

(Kabupaten

Aceh

Singkil

dan

kota

Subulussalam),

dan

Barus/Manduamas (Tapanuli Tengah) (http://kardomantumangger.blogspot.com). Secara umum etnis Pakpak mengenal dua bentuk upacara (kerja). Yang pertama disebut dengan kerja baik, yaitu yang berhubungan dengan upacara sukacita. Yang termasuk upacara baik adalah upacara perkawinan, kelahiran anak, panen, dan lain-lain. Sedangkan yang kedua adalah upacara kerja Njahat atau upacara yang berhubungan dengan perasaan dukacita, seperti upacara kematian (Berutu,2002). Salah satu upacara kerja baik pada masyarakat etnis Pakpak adalah perkawinan. Sebab perkawinan merupakan suatu tahap yang penting dilalui oleh setiap insan manusia. Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Koentjaraningrat (1981:90) menyatakan bahwa: “Perkawinan merupakan peralihan yang terpenting dari life cycle dari semua manusia diseluruh dunia adalah saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga yaitu perkawinan”. Etnis Pakpak menganut garis keturunan bapak (patrineal). Sedangkan perkawinan yang ideal adalah perkawinan seseorang dengan putri Puhun (paman) yang disebut dengan muat Impalna. Istilah yang lain disebut Menongketti (menyokong atau meneruskan kedudukan si ibu dalam keluarga marga silaki-laki). Bilamana seseorang kawin di luar impalnya disebut Mungkah Uruk (kawin diluar marga ibunya) (Berutu, 2002). Ada beberapa alasan mengapa seorang laki-laki tidak mengawini Impalnya (pariban), diantaranya adalah: a. Karena putri Puhun atau pamannya tidak ada atau belum siap kawin dari segi usia b. Karena hubungan keluarga dengan Puhun atau pamannya kurang baik atau kurang harmonis c. Karena alasan kurang berkembang baik keturunan maupun kehidupan sosial ekonomi. Apabila perkawinan Mu...


Similar Free PDFs