Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan: Power, Passenger, Psikologis, Posisi PDF

Title Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan: Power, Passenger, Psikologis, Posisi
Author Gita Kostania
Pages 27
File Size 2.4 MB
File Type PDF
Total Downloads 7
Total Views 62

Summary

BAHAN AJAR Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan II (Asuhan Persalinan) Kode MK : Bd. 302 Semester : III Pengampu : Gita Kostania, S.ST, M.Kes. I. Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan. II. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor power dal...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan: Power, Passenger, Psikologis, Posisi Gita Kostania

Related papers Det eksi Dini Komplikasi Persalinan Git a Kost ania

LP INC Innas Ardhiani ASKEB PEB Ayu Wandira

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

BAHAN AJAR Mata Kuliah Kode MK Semester Pengampu

I.

: : : :

Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat persalinan.

Asuhan Kebidanan II (Asuhan Persalinan) Bd. 302 III Gita Kostania, S.ST, M.Kes.

menjelaskan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

II. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor power dalam persalinan dengan benar 2. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor passanger dalam persalinan dengan benar 3. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor psikologis ibu yang dapat mempengaruhi kelancaran persalinan dengan tepat 4. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor posisi ibu dalam persalinan yang dapat mempengaruhi kelancaran persalinan dengan tepat. III. Materi Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan : 1. Power 2. Passenger 3. Psikologis 4. Posisi ibu IV. Uraian Materi

Power Power=

kekuatan=

kemampuan

1

ibu

(meliputi:

kontraksi

tenaga/kekuatan mengejan)

dan

Kontraksi  kontraksi otot-otot uterus yang mempengaruhi terjadinya pengeluaran janin dan placenta dari cavum uteri.

Kontraksi uterus  terdiri dari kontraksi involunter dan volunter.

1

Gita K/ Askeb II/ 2012

Kontraksi

uterus

involunter



disebut

kekuatan/kontraksi

primer,

menandai dimulainya persalinan  disebut juga dengan istilah his  dalam bahasan ini, selanjutnya disebut kontraksi/his.

His  dimulai pada bulan terakhir kehamilan sebelum persalinan  disebut his pendahuluan/his palsu  merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks.

His pendahuluan  bersifat tidak teratur, tidak menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang

memancar dari pinggang ke perut bagian bawah  tidak bertambah kuat dan sering seiring dengan bertambahnya waktu, dan tidak mempunyai pengaruh pada cerviks.

His persalinan  bersifat teratur, menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang

ke perut bagian bawah  akan bertambah sering dan sakit seiring dengan bertambahnya waktu (makin lama makin sering dan makin sakit). Kontraksi

uterus

volunter



disebut

kekuatan/kontraksi

sekunder,

diakibatkan karena cerviks berdilatasi, mengakibatkan adanya kekuatan

untuk mendorong janin keluar  dalam bahasan ini, selanjutnya disebut kekuatan sekunder. Kontraksi Involunter (Kontraksi Primer/His)

Kontraksi involunter (kontraksi primer/his)  berasal dari titik pemicu

tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Kemudian dihantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat. Kontraksi ini terjadi karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan

sempurna, dengan sifat  kontraksi simetris, fundus dominan, diikuti relaksasi.

Sifat-sifat yang lain  involuntir (ke arah dalam-bawah), intermitten (disertai periode aktif dan tidak aktif), terasa sakit, terkoordinasi secara

2

Gita K/ Askeb II/ 2012

simetris, serta kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis. Gambar 1 : Active Segment dan Passive Segment pada Kontraksi Primer

Istilah

lain

dalam

penggambaran

kontraksi

involunter

(kontraksi

primer/his):

a. Frekuensi  waktu antar kontraksi=waktu antara awal suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya  jumlah his dalam waktu tertentu, yaitu 10 menit.

b. Durasi  lamanya kontraksi berlangsung dalam satu kontraksi  diukur dengan satuan detik.

c. Intensitas  kekuatan kontraksi diukur dalam satuan mmHg  secara praktis, kekuatan kontraksi dapat ditentukan dengan meraba/palpasi saat kontraksi, dibedakan menjadi: kuat, sedang dan lemah

d. Interval  masa relaksasi (diantara dua kontraksi).

e. Datangnya kontraksi  dibedakan menjadi: kadang-kadang, sering, teratur.

Kontraksi involunter (kontraksi primer/his)  mengakibatkan cerviks menipis (effacement) dan berdilatasi, serta mengakibatkan janin turun.

3

Gita K/ Askeb II/ 2012

Perubahan-perubahan yang lain akibat kontraksi:

a. Ibu  rasa nyeri yang sangat, terjadi karena kontraksi mengakibatkan iskemia rahim, kenaikan frekuensi denyut nadi, kenaikan tekanan darah.

b. Janin  pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-placenter berkurang, maka timbul hipoksia janin. Hipoksia janin mengakibatkan perubahan frekuensi denyut jantung janin. Frekuensi denyut jantung janin dapat melambat dan meningkat. Melambatnya frekuensi denyut jantung janin disebabkan oleh terjadinya iskemia fisiologis, sedangkan meningkatnya denyut jantung janin (diatas 160x/menit, dan tidak teratur) disebabkan oleh hipoksia yang agak lama oleh karena terjadinya tetania uteri.

Gambar 2 : Terjadinya Kontraksi Involunter / Kontraksi primer

Keterangan : Terjadinya kontraksi primer yang mengakibatkan aksi hidrostatik myometrium, yang berakibat pada terjadinya effacement dan dilatasi cerviks. Gambar tersebut menekankan pada terjadinya perubahan pada cerviks yaitu hubungan antara OUI dan OUE dengan meningkatnya persalinan (gambar A, B dan C). Perhatikan tanda panah dan perhatikan petunjuk yang tertera pada gambar, tercantum : Internal Cervikal Os = OUI (Ostium Uteri Internum) Eksternal Cervikal Os = OUE (Ostium Uteri Eksternum)

4

Gita K/ Askeb II/ 2012

Effacement (penipisan cerviks)  adalah pemendekan dan penipisan

cerviks selama kala 1 persalinan. Cerviks normal panjang 2 – 3 cm dan tebal kira-kira 1 cm, menjadi terangkat ke atas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan SBR (segmen bawah rahim) pada tahap akhir persalinan, mengakibatkan bagian ujung cerviks yang tipis saja yang dapat diraba setelah effacement lengkap saat pemeriksaan dalam.

Pada kehamilan pertama, effacement biasanya terjadi lebih dulu daripada dilatasi

cerviks

(pembukaan

cerviks).

Sedangkan

pada

kehamilan

berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan. Tingkat effacement dinyatakan dalam persentase dari 0% - 100%.

Dilatasi cerviks (pembukaan cerviks)  pembesaran atau pelebaran muara dan saluran cerviks yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari sekitar 1 cm sampai dengan 10 cm (dilatasi lengkap).

Dilatasi cerviks  terjadi karena komponen muskulo fibrosa tertarik dari cerviks ke arah atas (akibat kontraksi uterus yang kuat, tekanan oleh cairan amnion, tekanan dari presentasi janin).

Dilatasi lengkap (pembukaan 10 cm)  telah terjadi retraksi yang sempurna, cerviks tidak dapat diraba, menandai berakhirnya kala 1 persalinan.

Penghambat dilatasi cerviks  jaringan parut pada cerviks akibat infeksi/pembedahan di masa lalu.

Kontraksi primer/his mempunyai sifat khas, yaitu mengalami retraksi  suatu keadaan dimana setelah kontraksi berlangsung maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Retraksi mengakibatkan rongga rahim mengecil dan janin berangsur

didorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang  membentuk kekuatan sekunder.

5

Gita K/ Askeb II/ 2012

Gambar 3 : Terjadinya Effacement dan Dilatasi Cerviks

Keterangan : Gambaran di atas mengilustrasikan bagaimana cerviks tertarik ke atas di sekitar bagian presentasi (Ostium Uteri Internum/OUI), dengan keadaan ketuban masih utuh, kepala belum benar-benar menempati cerviks : A. Sebelum persalinan B. Effacemant dini C. Effacement lengkap (100%) D. Dilatasi lengkap (10 cm)

6

Gita K/ Askeb II/ 2012

Gambar 4 : Perbedaan Effacement dan Dilatasi Cerviks Multipara dan Primigravida

Keterangan : Gambar di atas menunjukkan effacement dan dilatasi cerviks pada multipara dan primigravida : A. Sebelum persalinan, cerviks primigravida terlihat lebih panjang dan belum berdilatasi, sangat berbeda dengan multipara dimana sudah mengalami dilatasi pada OUI dan OUE. B. Cerviks multipara mengalami effacement dan dilatasi bersama-sama, yaitu pada saat mengalami effacement, OUI berdilatasi seperti membentuk corong. Hal ini terlihat sangat jelas perbedaannya dengan cerviks primigravida, yang mana akan mengalami effacement terlebih dahulu kemudian mengalami dilatasi (tidak bersamaan). C. Pada saat telah mengalami effacement lengkap (100%), pada multipara telah mengalami dilatasi lengkap, sedangkan primigravida dilatasi minimal/baru sebagian.

7

Gita K/ Askeb II/ 2012

Kontraksi Volunter (Kekuatan Sekunder)

Kekuatan sekunder  bersifat mendorong keluar (menimbulkan perasaan

ibu ingin mengejan)  timbul setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul.

Kekuatan sekunder  tidak mempengaruhi dilatasi cerviks, namun setelah dilatasi /pembukaan lengkap, kekuatan ini penting untuk mendorong janin kaluar dari uterus dan vagina.

Sifat kekuatan sekunder  (reflex/tanpa disadari)  bekerja seperangkat otot dengan jenis yang berbeda-beda, otot-otot diafragma dan abdomen ibu

berkontraksi

dan

mendorong

janin

keluar



menyebabkan

peningkatan tekanan intraabdomen  tekanan yang menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar.

Refleks mengejan akan timbul saat bagian terendah janin sudah turun ke dasar panggul, mengakibatkan tekanan bagian presentasi/bagian terendah janin pada reseptor regang dasar panggul  sehingga mengakibatkan

hipofisis posterior melepaskan hormon oksitosin  disebut juga ‘refleks

Ferguson’. Refleks ferguson akan lebih baik saat otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan kontraksi rahim  pada pembukaan sudah lengkap dengan posisi ibu duduk atau berjongkok.

Usaha mengejan  usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunter yang sama dengan yang dilakukan saat buang air besar. Apabila dalam persalinan ibu melakukan usaha mengejan terlalu dini

(sebelum pembukaan lengkap), maka dilatasi cerviks akan terhambat  mengedan terlalu dini akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma cerviks.

8

Gita K/ Askeb II/ 2012

Gambar 5 : Ilustrasi Kekuatan Sekunder

Segmen Bawah Rahim (SBR) dan Lingkaran Retraksi Proses persalinan mengakibatkan perubahan pada uterus, terutama otototot dalam rahim. Dua bagian dari otot rahim yang mengalami perubahan signifikan saat terjadinya persalinan adalah corpus uteri dan isthmus uteri. Corpus uteri membentuk Segmen Atas Rahim (SAR), sedangkan isthmus uteri membentuk Segmen Bawah Rahim (SBR). Saat terjadi his, SAR memegang peranan aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan, sedangkan SBR memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena mengalami peregangan  SAR berkontraksi menjadi tebal untuk mengeluarkan janin, sedangkan SBR dan cerviks berelaksasi dan berdilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui janin. Oleh kerena SAR makin tebal dan SBR makin tipis, maka batas antara SAR dan SBR menjadi jelas  membentuk lingkaran retraksi fisiologis.

Apabila SBR sangat diregang (karena kontraksi terlalu kuat), maka lingkatan

retraksi lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat  disebut lingkaran

retraksi patologis (lingkaran Bandl/Bandl’s ring).

Lingkaran Bandl adalah tanda ancaman robekan rahim dan akan terjadi apabila bagian depan tidak dapat maju (misal karena panggul sempit).

9

Gita K/ Askeb II/ 2012

Gambar 6 : Perkembangan Progresif SBR dan Lingkaran Retraksi Uterus

Keterangan : A. Uterus tidak hamil B. Uterus kehamilan aterm pada persalinan normal awal kala 1 C. Uterus kehamilan aterm pada persalinan normal kala 1 fase aktif D. Segmen pasif berasal dari SBR (istmus) dan cerviks, dan cincin retraksi fisiologis berasal dari OUI anatomis E. Uterus pada persalinan abnormal saat distosia tahap kedua, terbentuk cincin/lingkaran retraksi patologis (Bandl’s ring) yang terbentuk pada kondisi abnormal  berasal dari cincin fisiologis yang menjadi abnormal.

Passenger

2

Passenger/penumpang dalam proses persalinan meliputi janin, placenta dan air ketuban.

Penumpang (janin), bergerak di sepanjang jalan lahir  merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin  dipengaruhi juga oleh keberadaan air ketuban.

10

Gita K/ Askeb II/ 2012

1.

Janin

Ukuran Kepala Janin Ukuran dan sifat kepala janin yang relatif kaku sangat mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari: a. Dua os parietal b. Dua os temporal c. Satu os frontal d. Satu os oksipital Bagian muka dan tulang-tulang dasar tengkorak terdiri dari: a. Os nasalis (tulang hidung) b. Os maksilaris (tulang rahang atas) c. Os mandibularis (tulang rahang bawah) d. Os zygomatik (tulang pipi) Daerah-daerah pada tengkorak: a. Sinciput (depan kepala) b. Vertex (puncak kepala) c. Occiput (belakang kepala) Tolang-tulang pada tengkorak janin disatukan oleh sutura membranosa: a. Sagitalis b. Lambdoidalis c. Koronalis d. Frontalis Rongga yang berisi membrane tersebut di atas, disebut fontanel, terletak di

tempat pertemuan sutura-sutura tersebut  dua fontanel yang paling penting adalah fontanel anterior dan fontanel posterior.

Fontanel anterior (fontanel yang lebih besar) disebut juga Ubun-Ubun Besar (UUB), berbentuk seperti intan dan terletak pada pertemuan: sutura sagitalis, koronalis dan frontalis  (fontanel anterior/UUB akan menutup

pada usia anak 18 bulan setelah lahir).

11

Gita K/ Askeb II/ 2012

Fontanel posterior (fontanel yang lebig kecil) disebut juga Ubun-Ubun Kecil (UUK), berbentuk segitiga dan digunakan sebagai petunjuk presentasi pada pemeriksaan dalam, terletak di pertemuan: sutura sagitalis dan lambdoidalis  (fontanel posterior/UUK akan menutup pada usia anak 6 sampai 8 minggu setelah lahir). Sutura dan fontanel membuat tengkorak janin fleksibel, sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap otak bayi yang akan terus tumbuh beberapa lama setelah lahir. Akan tetapi, karena belum menyatu dengan kuat,

tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih  disebut molase, yaitu struktur kepala yang terbentuk selama persalinan.

Molase (kemampuan tulang tengkorak untuk saling menggeser)  memungkinkan untuk beradaptasi terhadap berbagai diameter panggul ibu. Molase dapat berlangsung berlebihan, tetapi pada kebanyakan bayi kepala akan mendapatkan bentuk normalnya dalam tiga hari setelah lahir. Ukuran normal diameter bagian tengkorak: a. D. occipito-frontalis (letak puncak kepala) = 11,5 cm b. D. mento-occipitalis (letak dahi) = 12,5 cm c. D. suboccipito-bregmatika (letak belakang kepala) = 9,5 cm d. D. biparietalis = 9,5 cm e. D. bitemporalis = 8 cm Selain

kepala

adalah

bahu,

meskipun

ukuran

bahu

janin

dapat

memengaruhi proses kelahirannya, namun posisi bahu relatif mudah berubah selama persalinan, sehingga posisi bahu yang satu dapat lebih

rendah daripada bahu yang lain  hal ini membuat diameter bahu yang lebih kecil dapat melalui jalan lahir. Sedangkan lingkar paha janin jauh lebih sempit dari bahu, sehingga tidak menimbulkan masalah.

12

Gita K/ Askeb II/ 2012

Gambar 7 : Tulang Kepala Janin Aterm

Gambar 8 : Sutura dan Fontanel Kepala Janin Aterm

Presentasi Janin Presentasi janin adalah bagian janin yang pertama kali memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Presentasi janin dapat diketahui dari pemeriksaan palpasi dan atau pemeriksaan dalam. Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam.

13

Gita K/ Askeb II/ 2012

Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi adalah: letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin. Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, presentasi muka, dll. Bentuk presentasi kepala: a. Presentasi belakang kepala (occiput) b. Presentasi puncak kepala (vertex) c. Presentasi depan kepala (sinciput) d. Presentasi dahi e. Presentasi muka

Gambar 9 : Presentasi Kepala

Keterangan : A. Presentasi vertex (puncak kepala) B. Presentasi sinsiput (depan kepala)

C. Presentasi dahi D. Presentasi muka

Letak Janin Letak janin adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Letak janin dibedakan menjadi :

a. Letak memanjang/vertical  sumbu panjang janin parelel dengan sumbu panjang ibu

14

Gita K/ Askeb II/ 2012

1) Letak kepala -

Letak fleksi (letak belakang kepala)

-

Letak defleksi (letak puncak kepala, letak dahi, letak muka)

2) Letak sungsang = letak bokong -

Letak bokong sempurna (complete breech)

-

Letak bokong murni (Frank breech)

-

Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)

b. Letak melintang/horizontal  sumbu panjang janin membentuk sudut tegak lurus terhadap sumbu panjang ibu.

c. Letak miring/oblique  sumbu panjang janin membentuk sudut beberapa derajat terhadap sumbu panjang ibu, dibagi menjadi letak kepala mengolak dan letak bokong mengolak. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi bokong

 presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.

Gambar 10 : Presentasi/Letak Bokong

A

B

C

Keterangan : A. Presentasi Frank breech (bokong murni) B. Presentasi complete breech (bokong sempurna) C. Presentasi incomplete breech (bokong tak sempurna/bokong kaki)

15

Gita K/ Askeb II/ 2012

Sikap Janin Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada di dalam rahim

 hal ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal keadaan janin: punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada, paha fleksi ke arah sendi lutut, tangan disilangkan di

depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai  sikap ini disebut fleksi umum. Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat anak dilahirkan  misal pada presentasi kepala dengan kepala janin ekstensi

atau fleksi yang kurang, yang dapat menyebabkan diameter kepala berada dal...


Similar Free PDFs