FARMAKOLOGI UAS (1) tuty PDF

Title FARMAKOLOGI UAS (1) tuty
Author P. Khristi Situmo...
Pages 47
File Size 309.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 720
Total Views 809

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI (UAS) Dosen : Dr. Refdanita, M.Si., Apt. Annisa Farida Muti, M.Sc., Apt. Putu Rika Veryanti, M.Farm-Klin.Apt. Ainun Wulandari, M.Sc., Apt. Sister Sianturi, M.Si. Di susun oleh: (NAMA) (NIM) KELAS M KELOMPOK .. PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TE...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

(UAS)

Dosen : Dr. Refdanita, M.Si., Apt. Annisa Farida Muti, M.Sc., Apt. Putu Rika Veryanti, M.Farm-Klin.Apt. Ainun Wulandari, M.Sc., Apt. Sister Sianturi, M.Si. Di susun oleh: (NAMA) (NIM) KELAS M KELOMPOK .. PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL Jakarta 2018

0

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Farmakologi tepat pada waktunya. Laporan praktikum ini dibuat dalam rangka memenuhi nilai dan tugas praktikum Farmakologi di Fakultas Farmasi Institus Sains dan Teknologi Nasional. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Dr. Refdanita, M.Si., Apt., ibu Annisa Farida Muti, M.Sc., Apt., ibu Putu Rika Veryanti, M.Farm-Klin. Apt., ibu Ainun Wulandari, M.Sc., Apt., ibu Sister Sianturi, M.Si. yang telah membimbing penulis sehingga berhasil menyelesaikan laporan praktikum ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis, Aamiin Ya Rabbal Alamin .

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 1 MINGGU PERTAMA ........................................................................................................................... 3 UJI ANALGESIK AKIBAT INDUKSI KIMIA DENGAN METODE GELIAT ..................................................... 4 METODOLOGI PRAKTIKUM .............................................................................................................. 10 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 12 PENUTUP......................................................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 16 MINGGU KE DUA ............................................................................................................................. 17 METODOLOGI PRAKTIKUM .............................................................................................................. 22 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 24 PENUTUP......................................................................................................................................... 27 MINGGU KE TIGA............................................................................................................................. 29 UJI POTENSI DIURETIKA ................................................................................................................... 30 METODOLOGI PRAKTIKUM .............................................................................................................. 40 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 42 PENUTUP......................................................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 46

2

MINGGU PERTAMA

3

BAB I PENDAHULUAN UJI ANALGESIK AKIBAT INDUKSI KIMIA DENGAN METODE GELIAT 1.1 Latar Belakang Analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakitatau nyeri. Rasa nyeri atau pain adalah suatu fenomena kompleks yang melibatkan aktifitas neuron dan respon penderita terhadap syaraf tersebut. Stimulasi nyeri antara lain terdiri dari: 1.

Stimulasi Termis

2.

Stimulasi fisis

3.

Stimulasi Mekanis

4.

Stimulasi Kimiawi

5.

Senyawa kimia endogen .

Nyeri merupakan salah satu aspek penting dalam bidang medis dan menjadi penyebab tersering yang mendorong seseorang untuk mencari pengobatan (Price dan Wilson, 2006). Penelitian yang dilakukan kelompok studi nyeri PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia) pada 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total kunjungan rumah sakit) (Sudirman dan Hargiyanto, 2011).

Pengobatan yang umum digunakan untuk mengatasi nyeri salah satunya adalah golongan non steroid anti-inflammatory drugs (NSAID) yang bekerja dengan cara menghambat enzim cyclooxigenase (COX), sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin E2 (PGE2) terhambat (Katzung et.al., 2002). Namun penggunaan analgesik memiliki beberapa keterbatasan misalnya pada penggunaan NSAID dapat mengiritasi saluran cerna, sedangkan penggunaan opioid mengakibatkan ketergantungan (Prabhu et.al., 2011).

1.2 Tujuan Percobaan 1

Mengamati respon geliat atau wirthing reflex pada mencit akibat induksi kimia.

2

Mengetahui mula kerja (onset of action),lama kerja (duration of action) dan saat obat mencapai efek yang maksimum.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar Metode-metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan ras nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara maknik, termik, elekrik, dan secara kimia. Metode pengujian dengan induksi nyeri secara mekanik atau termik lebih sesuai untuk mengevaluasi obat-obat analgetik kuat. Pada umumnya daya kerja analgetika dinilai pada hewan dengan mengukut besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulasi nyeri atau juga peranan frekuensi respon nyeri (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara (pemberian asam asetat glasial secara intraperitonial) pada hewan percobaan mencit Manifestasi nyeri akibat pemberian perangsang nyeri asam asetat intraperitonium akan menimbulkan refleks respon geliat (writhing) yang berupa tarikan kaki ke belakang, penarikan kembali abdomen (retraksi) dan kejang tetani dengan membengkokkan kepala dan kaki belakang. Metode ini dikenal sebagai Writhing Reflex Test atau Abdominal Constriction Test (Wuryaningsih,1996). Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya. Metode ini tidak hanya sederhana dan dapat dipercaya tetapi juga memberikan evaluasi yang cepat terhadap jenis analgesik perifer (Gupta et al., 2003). Pada metode geliat, mekanisme aksi stimulus nyeri berdasarkan pada produksi nyeri yang disebabkan oleh cairan tubuh.  Pelepasan cairan tubuh kedalam peritoneum, dapat menyebabkan rasa nyeri yang parah.Hal ini disebabkan bahwa bagian parietal dari rongga peritoneum sangat sensitif terhadap stimulus fisik dan kimiawi, walaupun tanpa efek inflamasi.  Pelepasan cairan gastik ke dalam pefarasi gastrik atau duodedunum atau kebocoran dari kantong empedu, cairan pankreas atau urin kedalam rongga peritoneum dapat berakibat rasa nyeri yang parah.

5

 Cairan gastrik dapat menyebabkan rasa nyeri yang parah apabila ekspose dengan ujung syaraf sensoris lida pada kulit, rasa nyeri ini akibat sifat keasaman dengan ph ≤3.Rasa nyeri pada ulser peptik terutama disebabkan oleh asam HCl.  Urin dapat menyebabkan rasa nyeri, sebagai akibat dari sifat hipertoniknya atau disebabkan oleh kandungan campuran buffer natrium fosfat serta ion kalium.  Nyeri akibat cairan pankreas disebabkan oleh kandungan tripsin dan kalikerin.

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.  Fisiologi nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu : a.

Reseptor A delta Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.

b. Serabut C Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan 6

sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organorgan viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

Analgetik Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang dapatditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis yang melampaui suatunilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama denganmempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekanreaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.

Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni : a.

Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini.

b.

analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker (Tjay, 2007).

Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam bebrapa kelompok, yakni : a. Parasetamol b. salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat c.

penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll

d.

derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin

e. derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol f.

lainnya : benzidamin (Tantum) (Tjay, 2007).

7

Metode Pengujian Aktivitas Analgetik Metode-metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan ras nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara maknik, termik, elekrik, dan secara kimia. Metode pengujian dengan induksi nyeri secara mekanik atau termik lebih sesuai untuk mengevaluasi obat-obat analgetik kuat. Pada umumnya daya kerja analgetika dinilai pada hewan dengan mengukut besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulasi nyeri atau juga peranan frekuensi respon nyeri (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). 1.

Metode geliat Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara (pemberian asam asetat secara intraperitonial) pada hewan percobaan mencit (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). Manifestasi nyeri akibat pemberian perangsang nyeri asam asetat intraperitonium akan menimbulkan refleks respon geliat (writhing) yang berupa tarikan kaki ke belakang, penarikan kembali abdomen (retraksi) dan kejang tetani dengan membengkokkan kepala dan kaki belakang. Metode ini dikenal sebagai Writhing Reflex Test atau Abdominal Constriction Test (Wuryaningsih,1996). Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). Metode ini tidak hanya sederhana dan dapat dipercaya tetapi juga memberikan evaluasi yang cepat terhadap jenis analgesik perifer (Gupta et al., 2003).

2. Metode Listrik Metode ini menggunakan aliran listrik sebagai penginduksi nyeri (Vohora dan Dandiya, 1992). Sebagai respon terhadap nyeri, hewan akan menunjukkan gerakan atau cicitan. Arus listrik dapat ditingkatkan sesuai dengan kekuatan analgesik yang diberikan. Metode ini dapat dilakukan terhadap kera, anjing, kucing, kelinci, tikus dan mencit (Manihuruk, 2000).

3. Metode Panas Tiga metode yang bisa digunakan untuk memberikan rangsangan panas: a.

Pencelupan ekor hewan percobaan dalam penangas air panas yang dipertahankan pada suhu 60 ± 1oC.

8

b. Penggunaan panas radiasi terhadap ekor hewan percobaan melalui kawat Ni panas (5,5 ± 0,05 Amps) (Vohora dan Dandiya, 1992). c.

Metode hot plate Metode ini cocok untuk evaluasi analgesik sentral (Gupta et al., 2003). Pada metode ini hewan percaobaan diletakkan dalam beaker glass di atas plat panas (56 ± 1oC) sebagai stimulus nyeri. Hewan percobaan akan memberikan respon terhadap nyeri dengan menggunakan atau menjilat kaki depan. Peningkatan waktu reaksi yaitu waktu antara pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon dapat dijadikan parameter untuk evaluasi aktivitas analgesik (Adeyemi, 2001).

4.

Metode Mekanik Metode ini menggunakan tekanan sebagai penginduksi nyeri. Tekanan diberikan pada ekor atau kaki hewan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah tekanan yang diperlukan untuk menimbulkan nyeri sebelum dan sesudah diberi obat. Metode ini dapat dilakukan terhadap anjing, tikus, dan mencit (Manihuruk,

2000).

9

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat, Bahan dan Perhitungan

Penginduksi kimia Bahan

:

Obat diberikan

: Asam asetat glasial 3% secsra Ip.

Hewan percobaan

: Mencit jantan 3 ekor,bobot tubuh 20-30g.

Alat

: Spuit injeksi 1ml,timbangan hewan,bejana untuk pengamatan dan stop watch

Dosis

: Volume yang diambil :0,5ml (ketentuan saat praktikum)

Fungsi

: Sebagai penginduksi nyeri

Mencit jantan 1 Bahan

:

Obat diberikan

: Cmc Na 1%

Hewan percobaan

: Mencit jantan 1 ekor,bobot tubuh 35g.

Alat

: Spuit injeksi 1ml,jarum sonde oral,timbangan hewan,bejana untuk pengamatan dan stop watch

Dosis

: Volume yang diambil : 0,5ml ( ketentuan saat praktikum)

Fungsi

: sebagai kontrol

Mencit jantan 2 Bahan : Obat diberikan

: Asam mefenamat 500mg/50ml

Hewan percobaan

: Mencit jantan 1 ekor,bobot tubuh 37g.

Alat

: Spuit injeksi 1ml,jarum sonde oral,timbangan hewan,bejana untuk pengamatan dan stop watch

Dosis

:

Konversi bobot mencit : 37g/20g x 0,0026 x 500mg = 2,405mg Volume yang diambil : 2,405 mg/500mg x 50ml = 0,24ml Fungsi

: Sebagai analgesik / anti nyeri

10

Mencit jantan 3 Bahan

:

Obat diberikan

: Paracetamol 500mg/50ml

Hewan percobaan

: Mencit jantan 1 ekor,bobot tubuh 34g.

Alat

: Spuit injeksi 1ml,jarum sonde oral,timbangan hewan,bejana untuk pengamatan dan stop watch

Dosis

:

Konversi bobot mencit : 34g/20g x 0,0026 x 500mg = 2,21mg Volume yang diambil Fungsi

: 2,21 mg/500mg x 50ml = 0,22ml : sebagai antianalgesik / anti nyeri

3.2 Prosedur : 1. Siapkan mencit,diamati terlebih dahulu kelakuan normal masing-masing mencit selama 10 menit 2. Mencit dibagi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 1 ekor mencit dengan jenis dan dosis obat yang diberikan berbeda (faktor perkalian 2) Kelompok 1 : Paracetamol 500mg/70kg BB manusia secara po Kelompok 2 : Asam Mefenamat 500mg/70kg BB manusia secara po Kelompok 3 : Cmc Na 1% secara po 3. Hitung dosis dan volume pemberian obat degan tepat untuk masing-masing mencit 4. Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing dan catat watu pemberiannya. 5. Kemudian tunggu selama 15 menit lalu berikan induksi nyeri asam asetat glasial 3% sebanyaak 0,5ml secara ip. 6. Tempatkan mencit kedalam bejana untuk pengamatan. 7. Amati,catat dan tabelkan pengamatan respon geliat mencit.

11

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Efek Geliat Percobaan

Bahan

Obat

Jumlah Geliat No

Respon Awal

dalam periode 15-60 menit

Mencit jantan (35g)

Uji analgesik

Cmc Na 1% Secara po

1

Diam

82 geliat (30menit)

Asam

akibat induksi

Mencit

mefenamat

kimia dengan

jantan

500mg/70kg

metode geliat

(37g)

BB manusia

Lincah,kemudian 1

diam lalu lincah kembali

14 geliat (30menit)

secara po

Paracetamol Mencit

500mg/70kg

jantan

BB manusia

(34g)

Secara po

1

Lincah,bergerak

46 geliat

aktif

(30menit)

12

4.2 Pembahasan Pada praktikum ini analgetik yang digunakan adalah Paracetamol,asam mefenamat, Dengan kontrol menggunakan CMC Na 1%. Praktikum ini menggunakan metode geliat akibat induksi kimia. Induksi kimia pada praktikum ini diberikan Asam Asetat Glasial 3% sebanyak 0,5ml. Selain itu dalam praktikum ini hewan uji yang digunakan yaitu 3 ekor mencit jantan dengan bobot utbuh yang berbeda. Mencit digunakan sebagai hewan uji karenamudah disimpan dan dipelihara serta bisa beradaptasi baik dengan lingkungan baru.

Pada percobaan ini pemberian cairan pada mencit harus disesuaikan dosis serta volumenya, hal ini dilakukan supaya supaya tidak terjadi overdosis dan pemberian volume yang berlebihan kepada hewan uji. Konversi dosis pada praktikum ini yaitu dosis manusia kepada hewan uji yaitu mencit. Konversi dosis manusia ke mencit dikalikan 0,0026 dari dosis manusia 70kg ke mencit 20g yang kemudian disesuaikan dengan berat badan mencit. Langkah kerja dari percobaan ini adalah pengujian dilakukan dengan tahap pertama yaitu pada mencit pertama, yaitu sebagai kontrol disuntik secara per oral dengan larutan CMC 1% sebanyak 0,5ml kemudian mencit kedua secara per oral diberi asam mefenamat sebanyak 0,24ml dan pada mencit ketiga secara per oral diberi paracetamol sebanyak 0,22ml. Setelah 15 menit pemberian kemudian ketiga tersebut mencit diinjeksi secara intra peritonial dengan laru...


Similar Free PDFs