Title | Fenomena Hukum Murphy |
---|---|
Author | Richardus Eko Indrajit |
Pages | |
File Size | 933.2 KB |
File Type | |
Total Downloads | 430 |
Total Views | 995 |
070, 17 November 2012 EKOJI999 Nomor SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT Fenomena Hukum Murphy oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected] Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang si...
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
EKOJI999 Nomor
070, 17 November 2012
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Fenomena Hukum Murphy
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].
HALAMAN 1 DARI 4
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
MENSIASATI FENOMENA MURPHY’s LAW Dalam kehidupan, terkadang satu peristiwa dapat menentukan nasib karir seseorang, baik yang bersifat positif maupun negatif. Di duna karir yang terkait dengan teknologi informasi, ada sebuah fenomena yang kerap menjadi musuh bersama, yang dikenal luas sebagai Hukum Murphy atau Murphy’s Law. Tidak sedikit kasus yang bermuara pada pemecatan, penangguhan kenaikan pangkat, pemberian peringatan, penanggungan rasa malu, dan lain sebagainya yang menimpa individu atau sekelompok orang karena tidak siap dalam menghadapi fenomena ini. Pada dasarnya, Murphy’s Law mengatakan demikian:
“… something that can go wrong, will go wrong !”
atau dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia-‐nya adalah
“… sesuatu kesalahan yang mungkin terjadi, biasanya akan benar-‐benar terjadi !”
Ini bukanlah merupakan suatu prinsip atau kepastian, tetapi lebih pada sebuah fenomena yang suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kerap kali terjadi dalam kehidupan sehari-‐ hari. Contoh klasiknya yang sering menimpa “mereka” yang sial adalah sebagai berikut:
Satu-‐satunya yang paling dikhawatirkan terjadi bagi sepasang mempelai atau pengantin yang ingin merayakan hari kebahagiaannya di sebuah taman yang indah (baca: outdoor) adalah terjadinya hujan lebat pada hari yang telah ditentukan. Pada saat hari-‐H pesta terjadi, hujan lebat benar-‐benar mengguyur taman indah tempat dirayakannya pesta tersebut. Acara romantis yang sudah dirancang dengan rapi, gagal untuk ditampilkan dan dinikmati segenap tamu undangan. Panitia seminar telah bekerja keras mempersiapkan acara yang menghadirkan pembicara kelas dunia di dalam sebuah kampus. Beberapa saat sebelum acara dimulai, di tengah-‐tengah membludaknya peserta seminar yang antusias ingin mengikuti jalannya seminar, tiba-‐tiba ada pemadaman lampu dari PLN yang membuat ruangan menjadi sangat panas dan sound system tidak dapat bekerja. Dalam kurun waktu satu minggu lagi akan dilangsungkan upacara peresmian sebuah situs online dimana melalui internet masyarakat dapat dengan mudah membeli tiket �ilm bioskop dan memesan langsung tempat duduknya. Sesuai dengan jadwal, Bapak Menteri Kominfo sendiri yang akan meresmikan situs online tersebut sambil melakukan pemesanan pertama secara online. Satu minggu kemudian, pada saatnya persemian dilakukan, aplikasi tidak berjalan sebagaimana mestinya – alias “hang” – tepat pada saat Bapak Menteri ingin melakukan pemesanan secara online dan disaksikan puluhan media yang mengitarinya. Padahal sang pengembang telah melakukan pengecekan dan latihan berkali-‐kali untuk menjalankan aplikasi yang dimaksud.
Seorang konsultan, telah bekerja sebulan penuh untuk menyusun presentasi yang diperuntukkan bagi Dewan Direksi dalam format powerpoint lengkap dengan animasinya yang super. Pada saat hari presentasi tiba, di hadapan Dewan Direksi yang lengkap hadir, sang konsultan baru menyadari bahwa notebook-‐nya tidak “compatible” dengan InFocus yang dimiliki perusahaan terkait – sehingga presentasi yang telah dipersiapkan tidak dapat ditampilkan sama sekali.
HALAMAN 2 DARI 4
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Setelah melalui perjuangan yang berat, seorang programmer akhirnya berhasil mengerjakan pesanan software dari kliennya. Karena terlampau lelah sekaligus gembira, yang bersangkutan langsung beristirahat – mempersiapkan diri agar keesokan harinya siap melaporkan dan mempresentasikan hasil kerjanya. Ketika bangun pagi, entah kenapa, yang bersangkutan tidak berhasil menemukan versi terakhir dari program yang dikembangkannya. Yang dimiliki pada akhirnya adalah program versi sebelum yang terakhir – alias bukan versi �inalnya. Yang bersangkutan tidak tahu harus berbuat apa karena sudah tidak ada waktu lagi untuk mengubah semuanya.
Kebanyakan orang tidak menghiraukan Murphy’s Law ini karena beranggapan bahwa kemungkinan atau probabilitas terjadinya hal yang tidak diinginkan tersebut adalah sangat kecil – walaupun mereka tahu bahwa jika hal tersebut terjadi, akan memberikan dampak yang besar. Namun karena hal yang ditakutkan tersebut sering sekali terjadi, maka ada sejumlah hal yang patut untuk dikerjakan untuk menghindari diri dari dampak kerugian tersebut.
Pertama adalah kecenderungan untuk mempersiapkan segala sesuatunya secara berlebihan (baca: over prepared). Contohnya adalah jika ingin melakukan presentasi di tempat orang lain. Jangan pernah berasumsi bahwa yang bersangkutan akan memiliki InFocus yang kompatibel dengan notebook yang dimiliki. Bawalah perlengkapan InFocus sendiri dan notebook sendiri yang telah dicek telah bekerja dengan baik sebelumnya. Walaupun berat dan merepotkan, namun keberadaan perangkat cadangan ini akan sangat menguntungkan jika terjadi sesuatu dengan InFocus atau notebook miliki orang lain tersebut.
Cara kedua yang dapat pula dipergunakan adalah selalu siap dengan rencana cadangan alias Plan B. Contohnya adalah selalu dipersiapkannya dokumen dalam bentuk cetakan (baca: hard copy) sebagai pelengkap presentasi dengan menggunakan InFocus. Jika terjadi situasi dimana InFocus tidak dapat dipergunakan karena mendadak ada pemadaman listrik, atau tidak kompatibelnya InFocus tersebut dengan notebook yang dipergunakan, atau lampu/lensa InFocus yang tidak bekerja secara normal, maka presentasi dapat tetap dilakukan dengan menggunakan dokumen yang dibagikan ke masing-‐masing peserta. Hal yang sama dapat dilakuan dengan mempersiapkan peralatan microphone dan sound system yang beroperasi dengan menggunakan batu baterai – yang selalu siap dipergunakan seandainya tidak ada listrik atau terjadi gangguan pada sound system utama.
Sementara itu ada cara ketiga yang dapat pula dipergunakan, yaitu melalui metode paranoid. Dikatakan demikian adalah karena yang bersangkutan merasa adanya ancaman Murphy’s Law yang mungkin akan terjadi pada waktunya. Contohnya adalah seorang programmer yang setiap satu menit sekali akan men-‐save hasil kerjanya. Atau seorang animator multimedia, yang setiap 5 menit sekali akan mem-‐backup hasil karyanya ke tiga alat penyimpan yang berbeda sekaligus. Atau seorang pemakalah yang mempersiapkan �ile presentasinya dalam 7 format yang berbeda-‐beda.
Pendekatan lain keempat yang bisa pula membantu adalah kebiasaan untuk selalu melakukan rehearsel atau double-‐check. Misalnya adalah beberapa jam atau satu hari sebelum demo teknologi dimulai, dilakukan latihan atau pengecekan untuk memastikan semua alat dan skenario yang telah disusun dapat bekerja secara normal seperti yang diinginkan. Lingkungan atau suasana latihan harus diusahakan agar serupa mungkin dengan kejadian sebenarnya, sehingga benar-‐benar merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya. Jika semua sudah berjalan dengan baik, hindari segala bentuk perubahan apa pun terhadap sistem yang telah berjalan tersebut. HALAMAN 3 DARI 4
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Dan cara kelima adalah dengan melakukan tindakan yang bersifat redudansi. Misalnya adalah untuk keperluan demo, dipersiapkan tiga buah sistem sekaligus, dimana yang pertama adalah sistem yang bekerja secara online dan realtime sebagai target demo utama, namun kalau gagal sudah siap sistem kedua yang bekerja secara online tapi tidak realtime, yang jika terjadi kegagalan juga telah siap sistem ketiga yang bersifat of�line. Atau dalam mempersiapkan presentasi multimedia misalnya, telah disiapkan empat �ile sekaligus. Yang pertama berbentuk modul animasi video dan audio yang bekerja secara interaktif dengan penggunanya; sementara yang kedua adalah berbentuk video dan audio yang tidak interaktif, alias hanya merupakan hasil dari rekaman seseorang yang secara interaktif menjalankan animasi dimaksud; kemudian yang ketiga hanya merupakan kumpulan dari screen capture dari penggunaan modul yang dirangkai dalam bentuk presentasi (semacam storyboard); dan yang keempat dimana hanya merupakan presentasi tanpa video dan audio – hanya teks dan gambar sederhana semata – yang menggambarkan cara kerja modul yang bersangkutan.
-- akhir dokumen --
HALAMAN 4 DARI 4
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012...