FONOLOGI ~ Pengantar Linguistik PDF

Title FONOLOGI ~ Pengantar Linguistik
Author Salma Hafizh
Pages 16
File Size 963.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 444
Total Views 832

Summary

FONOLOGI ~ Pengantar Linguistik~ Dosen Pembimbing: Karlina Helmanita, M.Hum Semester 3-B Kelompok 4:  Salma Hafizh (11140240000032)  Ditta Mawar Dinnie (11140240000052) JURUSAN TARJAMAH (BAHASA ARAB) FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/2016 A. PEND...


Description

Accelerat ing t he world's research.

FONOLOGI ~ Pengantar Linguistik Salma Hafizh

Related papers Linguist ik Umum : Resume Buku Tri Wibowo

LINGUIST IK UMUM phonology Lili Put ri Linguist ic Dian Ardiyah

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

FONOLOGI ~ Pengantar Linguistik~

Dosen Pembimbing:

Karlina Helmanita, M.Hum

Semester 3-B Kelompok 4:  Salma Hafizh

 Ditta Mawar Dinnie

(11140240000032) (11140240000052)

JURUSAN TARJAMAH (BAHASA ARAB) FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/2016

A. PENDAHULUAN Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai oleh penutur kepada lawan bicaranya untuk menyampaikan maksud atau tujuan dari sang penutur. Oleh karena itu, pengajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia pada hakikatnya bertujuan untuk melatih bagaimana manusia dapat bertutur agar dapat menyampaikan pikiran dan perasaannya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar supaya dapat langsung dipahami oleh lawan bicaranya. Mengenai bahasa, tentu banyak sekali hal dapat dikaji untuk menambahkan ilmu kita dalam berbahasa. Salah satu kajian bahasa adalah fonologi. Fonologi merupakan satu dari banyak hal penting yang berkenaan dengan bahasa. Maka dari itu, dalam makalah ini pemakalah mencoba untuk menjelaskan apa itu fonologi dan apa saja yang berkaitan dengan ilmu fonologi ini. Berdasarkan deskripsi yang sudah Pemakalah paparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut: 1.

Apa pengertian Fonologi dan apa perbedaannya dengan fonetik?

2.

Bagaimana alat ujar dan rangkaian bunyi bahasa?

3.

Apa yang dimaksud dengan fon, fonem, dan alofon?

B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Fonologi Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.1 Adapun Pengertian fonologi menurut beberapa ahli yakni: 1. Menurut Kridalaksana2 dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya

1 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal. 102. 2 YuyunَAriَPangesti,َ“TentangَFonologi,” Wordpress , 6 Januari, 2015, hal.2.

2

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia3, fonologi dimaknai sebagai ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi. 3. Menurut Abdul Chaer4, secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata fon yang bermakna bunyi dan logi yang berarti “ilmu”. Secara sederhana, maka fonologi dapat diartikan sebagai suatu bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.5 2. Perbedaan Fonologi dan Fonetik Fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai makna atau tidak. Fonetik sendiri terbagi menjadi tiga yakni fonetik artikulatoris, akustik, dan auditoris. Fonetik artikulatoris mempelajari bagaimana

mekanisme

menghasilkan

bunyi

alat-alat bahasa,

bicara

serta

manusia

bagaimana

bekerja

dalam

bunyi-bunyi

itu

diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Sedangkan, fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekaisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. 6 Fonetik dan Fonologi adalah dua disiplin ilmu yang sama-sama mengkaji bunyi bahasa. Namun demikian, ranah kajian kedua disiplin ini berbeda. Pembagian ranah kajian antara fonetik dan fonologi secara tegas bersumber dari pemikiran seorang linguis Swiss, Ferdinand de Saussure. Melalui

sumbangan

pemikirannya

yang

diabadikan

oleh

para

mahasiswanya dalam Cours de linguistique gēnērale (1996), ia telah meletakkan fondasi bagi kemajuan linguistik modern sehingga ia dijuluki Bapak Linguistik Modern.7

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988, hal. 244 4 Abdul Chaer, Op.Cit. 5 Ibid. 6 Ibid., hal. 103 7 Yusuf Irawan, M.Hum., “Balai Bahasa Jawa Barat”, 15 Januari 2015, hal. 1.

3

Salah satu sumbangan yang paling berharga untuk linguistik modern

adalah

konsepsi

mengenai langue

(bahasa)

dan

dan parole (tuturan). Langue adalah pengetahuan bahasa yang dikuasai oleh para penutur suatu bahasa. Langue bersifat abstrak, sistematik, dan merupakan

konvensi

di

antara

para

penutur

bahasa

tersebut,

sedangkan parole kebalikan dari sifat langue, yaitu gejala bahasa yang bersifat konkret dan bersifat individual. Langue adalah kaidah bahasa yang menguasai parole, sedangkan parole adalah ekspresi-ekspresi bahasa yang diatur oleh langue. Walaupun batas

antara langue dan perole sangatlah

jelas,

ternyata

keduanya

berkaitan erat, saling bergantung, dan tak terpisahkan. Kita boleh mengatakan salah satu ada karena yang lainnya ada. Hubungan antara fonologi dan fonetik dapat ibaratkan seperti hubungan

antara langue dan parole.

Kajian

bunyi

bahasa

pada

tataran langue diwakili oleh fonologi, sedangkan kajian bunyi bahasa pada tataran parole diwakili

oleh

fonetik.

Trubetzkoy

(1959)

mengatakan,”Phonetics is the study of the sounds of parole” dan “Phonology is the study of the sounds of langue.” Karena kajian fonetik berada pada tataran bunyi bahasa yang konkret (parole), maka kajian fonetik lazimnya menjelaskan bunyi pada dimensi artikulasi, akustik, dan persepsi. Kajian fonetik tidak berada pada tataran kaidah bahasa sehingga fonetik dipandang sebagai kajian bahasa ekstragramatikal. Fonetik tidak mendekripsikan bunyi sebagai satuan yang membawa perbedaan makna atau fungsi. Ilmu fonetik berada pada tataran etik, yaitu tataran di luar sistem bahasa tertentu. Oleh sebab itu, fonetik sering dianggap ilmu yang bersifat inklusif. Di pihak lain, berbeda dengan fonetik, fonologi mendeskripsikan bunyi sebagai suatu sistem bahasa yang abstrak (langue), yaitu kaidah bunyi dalam pengetahuan penuturnya. Karena fonologi mengkaji bunyi bahasa yang berkaitan dengan kaidah bahasa maka kajian fonologi dipandang sebagai bagian gramatika bahasa. Bunyi dideskripsikan sebagai satuan yang membawa perbedaan makna atau fungsi. Tempatnya ilmu

4

fonologi berada pada tataran pada sistem bahasa tertentu, sehingga ada yang mengatakan bahwa fonologi cenderung eksklusif.

Trubetzkoy (Rahyono, 2003: 46) menjelaskan bahwa fonetik merupakan studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan peristiwa tutur, murni fenomenalistik terhadap bunyi bahasa tanpa mempertimbangkan fungsi, sedangkan fonologi merupakan studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan sistem bahasa, serta merupakan studi fungsi linguistis bahasa. Titik tolak fonetik adalah konkret, yakni bahasa manusia. Fonetik meneliti produksi, pengaruh langsung, dan persepsi bahasa. Sistem bahasa yang merupakan cakupan studi fonologi, tidak diproduksi dan tidak dipersepsi, Sistem bahasa telah hadir dan tersedia sebagai kerangka acuan baik bagi pembicara maupun pendengar. Sebagian pakar mengatakan bahwa karena kajian fonetik adalah kajian bunyi bahasa pada tataran permukaan maka fonetik disebut juga lower level phonology. Di pihak lain, kajian fonologi dianggap berada pada tataran yang lebih tinggi, yaitu pada tataran representasi mental bunyi sehingga

disiplin

ini

kadang-kadang

disebut higher

level

phonology. Sebagian lagi mengistilahkan home based fonologi adalah otak, sedangkan home based fonetik di luar otak (Hayward, 2000:9).8 Para linguis mengenal dua jenis transkripsi bunyi, yaitu transkripsi fonetis dan transkripsi fonemis. Perbedaan bunyi dalam fonetik biasanya dideskripsikan menggunakan transkripsi fonetis yang biasa disebut IPA (International Phonetical Alphabet) yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-19. Dalam transkripsi fonetik, satu simbol digunakan untuk satu bunyi tanpa dibatasi konteks bahasa tertentu. Simbol bunyi yang digunakan dalam fonetik adalah [ ].9 Di pihak lain, fonologi mendeskripsikan bunyi bahasa pada tataran fonem. Oleh sebab itu, perbedaan bunyi dalam fonologi ditraskripsikan dengan transkripsi fonemis. Dalam transkripsi fonemis, satu simbol untuk mereprsentasikan

8 Ibid. 9 Masnur Muslich, “Fonologi Bahasa Indonesia”, hal. 42

5

satu bunyi dalam konteks bahasa tertentu. Simbolnya bunyi yang digunakan adalah / /.10 Perbedaan ranah kajian antara fonetik dan fonologi dapat dilihat dari ilustrasi berikut. Jika seseorang mengkaji bagaimana posisi lidah, rahang, dan bibir ketika memproduksi vokal [i] dan bagaimana wujud akustik bunyi tersebut, misalnya seberapa tinggi frekuensi fundamental bunyi tersebut dibandingkan vokal-vokal lainnya maka ia sedang mengkaji bunyi bahasa pada tataran fonetik. Namun, jika ia mengkaji di mana saja vokal /i/ berposisi dalam kata atau dalam suku kata dalam suatu bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, maka ia mengkaji bunyi bahasa pada tataran fonologi.

3. Alat Ujar dan Rangkaian Bunyi Bahasa Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ujar manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis. Misalnya paru-paru untuk bernapas, lidah utuk mengacap, dan gigi untuk mengunyah. Namun secra kebetulan alat-alat itu digunakan juga untuk berbicara. Kita perlu mengenal nama-nama alat itu untuk dapat memahami bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi; dan nama-nama bunyi itupu diambil dari namanama alat ucap itu. Berikut adalah gambar untuk mengenal alat-alat ucap manusia!11

Sesuai dengan nomor pada bagan disamping, nama alat-alat ucap, atau alat-alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut: 1. Paru-paru (lung) 2. Batang tenggorok (trachea)

10 Abdul Chaer, op. cit. hal. 125. 11 Prof. Dr. Achmad HP, Dr. Alek Abdullah, Linguistik Umum, hal. 26.

6

3. Pangkal tenggorok (larynx) 4. Pita suara (vocal cord) 5. Krikoid (cricoid) 6. Tiroid (thyroid) atau lekum 7. Aritenoid (arythenoid) 8. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx) 9. Epiglotis (epiglottis) 10. Akar lidah (root of tongue) 11. Pangkal lidah (back of the tongue, dorsum) 12. Tengah lidah (middle of tongue, medium) 13. Daun lidah (blade of tongue, laminum) 14. Ujung lidah (tip of the tongue, apex) 15. Anak tekak (uvula) 16. Langit-langit lunak (soft palate, velum) 17. Langit-langit keras (hard palate, palatum) 18. Gusi, lengkung kaki gigi (alveolum) 19. Gigi atas (upper teeth, dentum) 20. Gigi bawah (lower teeth, dentum) 21. Bibir atas (upper lip, labium) 22. Bibir bawah (lower lip, labium) 23. Mulut (mouth) 24. Rongga mulut (oral cavity) 25. Rongga hidung (nasal cavity)

Bunyi-Bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama sesuai dengan nama atau istilah alat ucap itu. Nama-nama tersebut adalah (nomor sesuai dengan bagaan diatas):

No

Nama Alat Ucap

Nama Bunyi Bahasa

2

Pangkal Tenggorok (larynx)

Laringal

8

Rongga kerongkongan (pharynx)

Faringal

11

Pangkal lidah (donnum)

dorsal

7

12

Tengah lidah (medium)

Medial

13

Daun lidah (laminum)

Laminal

14

Ujung lidah (apex)

Apikal

15

Anak tekak (uvula)

Uvular

16

Langit-langit lunak (velum)

Velar

17

Langit-langit keras (palatum)

Palatal

18

Gusi (alveolum)

Alveolar

19

Gigi (dentum)

Dental

20

Bibir (labilum)

Labial

Selain dengan cara penamaan bunyi bahasa seperti tersebut di atas, di gunakan juga cara penataan bunyi bahasa berdasarkan gabungan artikulatornya yaitu artiulator sepanjang atap mulut (pasif) dan artikulator lidah (aktif) . Misalnya, bunyi apiokodental yaitu gabungan antara ujung lidah dengan gigi atas; labiodental yaitu gabungan bibir bawah dengan gigi atas; laminopalital, yaitu gabungan antara daun lidah dengan langitlangit keras.12 Bunyi menampak pada peristiwa komunikasi dengan bahasa lisan. Ketika seseorang (pembicara, orang pertama –selanjutnya disebut O1) menyampaikan maksud kepada orang lain (pendengar, orang kedua – selanjutnya disebut O2), yang menampak adalah O1 mengucapkan serangkaian bunyi yang bisa didengar. Rangkaian bunyi yang mengandung makna/ maksud tertentu tersebut diproduksi oleh alat ucap O1, dan keluar dalam bentuk gelombang-gelombang bunyi di udara bebas, yang selanjutnya ditangkap oleh alat pendengar O2 sehingga bisa didengar sebagai serangkaian bunyi. Bunyi yang didengar tersebut kemudian diolah sedemikian rupa sehingga menjdi bunyi yang mengandung makna atu maksud dengan tujuan komunikasi. Agar tahapan komunikasi tersebut bisa dipahami lebih, bisa dicermati diagram berikut. Diagram ini merupakan alur komunikasi satu arah antara pembacara dan pendengar.13 12 Prof.Dr. Achmad HP, Dr. Alek Abdullah, op.cit., hal. 27-28. 13 Masnur Muslich, op.cit.,hal.26.

8

Kegiatan komunikasi lisan dimulai dari otak pembicara. Dengan memanfaatkan fungsi kreativitas otas, O1 menemukan atau mempunyai gagasan (ide) yang akan disampaikan kepada O2. O1 memilih kata, frase, atau ungkapan yang dapat mewakili gagasan tersebut, lalu menyusunnya dalam bentuk kalimat yang sesuai dengan sistem bahasa yang dipakainya. Tahap pemilihan unsur kebahasaan yang sesuai dengan ide disebut tahap linguistik. Setelah gagasan tersusun dalam oak, kemudian otak mengaktifkan saraf motoris dan mengirimkan peritah dalam bentuk rangsanganrangsangan ke otot-otot alat ucap. Atas perintah ini, alat ucap mengadakn gerakan-gerakan sedemikian rupa sehingga memunculkan perubahan tekanan udara di sekelilingnya yang berpotensi menimbulkan fonasi. Fungsi transmisi otak ini berada pada tahap fisiologis. Perubahan tekanan udara yang diakibatkan oleh gerakan alat ucap tadi, menimbulkan gelombang bunyi yang merambat keluar dari alat ucap O1 oleh hantaran udara menuju ke alat pendengar O2. Posisi gelombang bunyi yang berada antara alat ucap O1 dan alat dengar O2 ini disebut tahap akustis.

9

Selanjutnya, gelombang bunyi yang berjalan melalui udara tersebut masuk ke dalam alat pendengar O2 sehingga merangsang saraf sensoris yang dikendalikann otak dan diserapnya sebgai bunyi. Tahap pengaktifan fungsi dengar yang dkendalikan olek otak ini disebut tahap fisiologi. Serangkaian bunyi yang didengar O2 kemudian dicocokkan dengan pengetahuan sistem bunyi bahasa sehingga O2 mengerti atas gagasan dalam kalimat yang dikomunikasikan O1. Proses pengelolahan gejala bunyi yang menjadi realitas bahasa yang bisa dimengerti ini dilakukan oleh otak O2 dalam kapasitasnya sebagai fungsi kreativitas. Oleh sebab itu, tahap ini bisa disebut dengat tahap linguistik.14

4. Rangkaian Bunyi15 Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan apa-apa. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu. a. Klasifikasi Vocal Bunyi vokal diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut.Posisi lidah bisa vertikal atau horisontal. Secara vertikal dibedakan adanya vocal tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vokal tengah, misalnya bunyiَ [e]َ danَ [ə]; vocal rendah, misalnya bunyi [a]. Secara horisontal dibedakan adanya vokal depan,misalnya bunyi [i] dan [e]; vokal pusat, misalnya bunyi [ə]; dan vokal belakang,misalnya bunyi [u] dan [o]. Menurut bentuk mulut dibedakan adanya vocal bundar dan vokal tak bundar. Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian vokal-vokal itu diberi nama: [i] adalah vokal depan tinggi tak bundar 14 Masnur Muslich, op.cit., hal. 27 15 Abdul Chaer, op.cit., hal 113

10

[e] adalah vokal depan tengah tak bundar [∂]َadalahَvokalَpusatَtengahَtakَbundar [o] adalah vokal belakang tengah bundar [a] adalah vokal pusat rendah tak bundar

b. Kalasifikasi konsonan Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga kriteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Tempat artikulasi tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan

bunyi

itu.Berdasarkan

cara

artikulasinya,

artinya

bagaimana hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu, dapat dibedakan adanya konsonan: 1) Hambat : [p], [b], [t], [d], [k], dan [g] 2) Geseran atau frikatif : [f], [s], dan [z] 3) Paduan atau frikatif : [c], dan [j] 4)َSengauanَatauَnasalَ:َ[m],َ[n],َdanَ[ŋ] 5) Getaran atau trill : [r] 6) Sampingan atau lateral : [l] 7) Hampiran atau oproksiman : [w], dan [y]

c. Hams Hams yaitu tidak kuatnya tekanan huruf pada makhroj sehingga bisa dikeluarkan sambil bernafas, adapun hurufnya ada sembilan huruf yaitu tergabung dalam kata َ َ َ‫صََطَقَحَ خَ هَُشَ َ حَ تَف‬dan ‫ه ة‬. d. Jahr Jahr yaitu kuatnya tekanan huruf pada tempat (Makhrojnya), sehingga tidak mungkin bersama-sama, huruf yang demikian sifatnya ialah huruf-huruf abjad Arab yang sembilan belas, namun menurut Ibrahim Anis huruf-hurufnya ialah : , , ‫ج‬, ‫د‬,‫ذ‬, ‫ر‬, ‫ز‬, ‫ض‬,‫ظ‬, ‫ع‬,‫غ‬, ‫ل‬, , ‫و‬, dan ‫ي‬.

11

5.

Pengertian Fon, Fonem, dan Alofon Pada tiap bahasa, orang secara tidak sadar mengelompokkan berbagai bunyi yang diucapkannya ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil yang disebut fonem. Fonem menurut Bloomfield (1933:77) adalah satuan ciri bunyi distingtif terkecil. Dalam linguistik Arab, fonem disebut al-wahdah ash-shautiyyah (Syahin, 1984:155). Singkatnya, fonem adalah atraksi dari bunyi-bunyi bahasa. Meski berbeda antara fonem dan bunyi bahasa, fonem yang diberi nama sesuai dengan nama salah satu bunyi bahasa yang merealisasikannya. Lambang yang digunkannyapun sama dengan yang digunakan untuk melambagkan bunyi bahasa. Bedanya lambang fonem diletakkan diantara dua garis miring (/ /) sedangkan lambang bunyi diletakkan dalam tanda kurung siku ([ ]). Sebagaimana sudah disebutkan, jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut disebut fonem. Jadi, fonem bisa diartikan sebagaiَ “bunyiَ bahasaَ yangَ dapatَ atauَ berfungsiَ membededakanَ maknaَ kata”.َ Berbedaَ denganَ fon.َ Iaَ merupakanَ objekَ penelitianَ fonetik.َ Jad,َ fon adalah bunyi bahasa pada umumnya, tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sementara itu, alofon adalah keseluruhan realisasi pengucapan fonem. Artinya, banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Alofon suatu fonem dapat juga menunjukkan ciri hubungan yang disebut bervariasi bebas. Alofon-alofon demikian dapat dipertukarkan di tempat yang sama. Hal ini dapat terjadi terutama karena alat ucap manusia pada dasarnya tidak mampu melafalkan dua bunyi yang benar-benar sama berturut-turut. Ciri alofon-alofon sebuah fonem adalah: a. Mempunya kemiripan fonetis. Artinya, mempunyai banyak kesamaan dal...


Similar Free PDFs