HADIS-HADIS TENTANG DISTRBUSI DAN KONSUMSI PDF

Title HADIS-HADIS TENTANG DISTRBUSI DAN KONSUMSI
Author Peggi Wahyu Rofi'ah
Pages 17
File Size 289.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 463
Total Views 935

Summary

HADIS – HADIS TENTANG DISTRIBUSI DAN KONSUMSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi Dosen Pengampu : Dede Rodin, M.Ag Disusun oleh : MELLA USWAH IZDIANA (1605036027) NOVARI DWI BRAMANTYO (1605036028) PEGGI WAHYU ROFI’AH (1605036029) S1 PERBANKAN SYARIAH...


Description

HADIS – HADIS TENTANG DISTRIBUSI DAN KONSUMSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi Dosen Pengampu : Dede Rodin, M.Ag

Disusun oleh : MELLA USWAH IZDIANA

(1605036027)

NOVARI DWI BRAMANTYO

(1605036028)

PEGGI WAHYU ROFI’AH

(1605036029)

S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017 Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 1

BAB I PENDAHULUAN Islam adalah agama yang memiliki keunikan tersendiri dalam hal syari’ah, sangat komprehensif dan universal. Komprehensif berarti merangkum seluruh aspek kehidupan baik ritual maupun sosial (mu‟amalat). Universal berarti dapat diterapkan setiap waktu dan tempat. Dalam perekonomian modern, distribusi merupakan sektor yang penting dan menempati posisi yang strategis dalam teori ekonomi mikro, baik dalam sistem ekonomi Islan maupun konvensional, karena pembahasan distribusi tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial dan politik. Dalam Islam, pmbahasam distribusi sesungguhnya tidak terlepas dari pembahasan tentang konsep moral ekonomi yang dianut juga model instrumen yang diterapkan individu maupun negara dalam menentukan sumbersumber ekonomi ataupun cara-cara pendistribusiannya.1 Sedangkan konsumsi dianggap sebagai suatu yang baik, selama tidak membahayakan diri maupun orang lain. Islam mendorong manusia untuk mengkonsumsi sesuatu yang baik lagi halal untuk mewujudkan tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah di muka bumi.

1

Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 126.

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Distribusi dan Konsumsi 1. Distribusi Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang berarti penyaluran dan pembagian, yaitu penyaluran, pembagian atau pengiriman barang atau jasa kepada beberapa orang atau tempat. Distribusi adalah suatu proses penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen kepada konsumen dan pemakainya mempunyai peran penting dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Tanpa distribusi, barang atau jasa tidak akan sampai dari produsen ke konsumen, sehingga kegiatan produksi dan konsumsi tidak lancar. Sebagai jembatan antara produsen dan konsumen, distribusi mempunyai peran signifikan dalam perputaran roda perekonomian masyarakat ataupun negara.2 Dalam ekonomi Islam, distribusi mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Islam membolehkan kepemilikan umum (public proverty) dan kepemilikan pribadi (privat proverty) dengan meletakkan aturan-aturan pada keduanya untuk mendapatkan, menggunakan, dan memilikinya. Dalam ekonomi Islam, distribusi lebih ditekankan pada penyaluran harta kekayaan yang diberikan kepada beberapa pihak, baik individu, masyarakat, maupun negara yang berhak menerimanya.3 Menurut Yusuf al-Qardhawi, distribusi dalam ekonomi kapitalis terfokus pada pasca-produksi, yaitu pada konsekuensi proses produksi bagi setiap proyek dalam bentuk uang ataupun nilai, lalu hasil tersebut didistribusikan pada komponen-komponen produksi yang berandil dalam memproduksinya, yaitu empat komponen berikut : (a) upah, yaitu upah bagi para pekerja,dan sering kali dalam hal upah, para pekerja diperalat kebutuhannya dan diberi upah dibawah standar, (b) bunga, yaitu bunga sebagai imbalan dari uang modal (interest on capital)yang diharuskan pada pemilik proyek, (c) ongkos, yaitu ongkos untuk sewa tanah yang dipakai untuk proyek, dan (d) keuntungan, yaitu keuntungan (profit) bagi pengelola yang menjalankan praktik pengelolaan proyek dan manajemen proyek, dan ia bertanggungjawab sepenuhnya.4

2

Idri, Hadis Ekonomi, Jakarta : Prenamedia Group, cet ke-2 , 2016, hlm. 128 Rodin, Tafsir..., hlm. 127 4 Idri, Hadis..., hlm. 129 3

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 3

2. Konsumsi Konsumsi merupakan hal yang niscaya dalam kehidupan manusia, karena ia membutuhkan berbagai konsumsi untuk mempertahankan hidupnya. Ia harus makan untuk hidup, berpakaian untuk melindungi tubuhnya dari berbagai iklim ekstrem, memiliki tempat untuk berteduh dan beristirahat serta menjaganya dari berbagai gangguan fatal. Demikian juga, ia membutuhkan aneka peralatan untuk memudahkan menjalani kehidupannya. Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan konsumsi semakin lama semakin berkembang sejalan dengan pola dan gaya hidup manusia. Semakin maju peradaban manusia, semakin tinggi pula kebutuhan mereka pada barang-barang yang akan dikonsumsi dengan beragam jenisnya.5 Konsumsi pada hakikatnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan. Konsumsi meliputi keperluan, ketenangan dan kemewahan. Kesenangan atau keindahan diperbolehkan asal tidak berlebihan, yaitu tidak melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. Konsumen muslim tidak akan melakukan permintaan terhadap barang sama banyak dengan pendapatan, sehingga pendapatan habis. Karena mereka mempunyai kebutuhan jangka pendek (dunia) dan kebutuhan jangka panjang(akhirat).6 Dalam ilmu ekonomi, konsumsi diartikan sebagai pemakaian barang untuk mencukupi suatu kebutuhan secara langsung. Atau penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia. Sedangkan Yusuf al-Qardhawi mendefinisikan konsumsi dengan pemanfaatan hasil produksi yang halal dengan batas kewajaran agar manusia dapat hidup dengan sejahtera. Dengan demikian, konsumsi tidak terbatas kepada makan dan minum saja, tetapi mencakup segala pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam hidupnya.7 B. Hadis – Hadis tentang Distribusi Distribusi pendapatan adalah suatu proses pembagian (sebagian hasil penjualan produk total) kepada faktor-faktor yang ikut menentukan pendapatan, yakni tanah, tenaga kerja, modal, dan managemen.8 Rasulullah sangat menganjurkan agar umat Islam mendistribusikan sebagian harta dan penghasilan mereka untuk membantu saudara-saudara mereka yang berkekurangan dibidang ekonomi. Distribusi yang dimaksud Nabi terbagi menjadi dua jenis, yaitu9 : 5

Ibid, hlm.134-135. Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi, Malang : Sukses Offset, 2008, hlm. 55 7 Rodin, Tafsir..., hlm. 135 8 Ilfi, Hadis..., hlm. 65 6

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 4

a. Distribusi barang dan jasa yang berupa penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai 10 Bersifat profit taking (untuk mendapat keuntungan), jenis distribusi ini dimaksudkan sebagai upaya untuk tersalurkannya barang-barang hasil produksi sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas dan orang yang mendistribusikan mendapat laba (hasil) dari penjualan barang yang didistribusikan. Dalam hal ini Rasulullah melarang kita dalam berbuat penimbunan dan juga monopoli. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis dibawah ini : 1. Larangan penimbunan Didalam Islam melarang penimbunan atau hal-hal yang menghambat pendistribusian barang sampai ke konsumen. Menimbun sendiri adalah membeli barang dalam jumlah yang banyak kemudian menyimpannya dengan maksud untuk menjualnya dengan harga yang tinggi. Penimbunan dilarang agar harta tidak beredar hanya di kalangan orang-orang tertentu sebagaimana misi Islam.11

‫ل ل ل س لهل ىَلهلعل ل س ىَلم لاح لح ل لأ ل‬

‫ع لأِل‬

‫غِلِ لعَلا سل ْلف لخ طئل‬ ( ‫) اہ ◌ ام‬ Dari Abu Hurairah berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda :” Siapa saja yang melakukan penimbunan untuk mendapatkan harga yang paling tinggi, dengan tujuan mengecoh orang Islam maka termasuk perbuatan yang salah”. (HR Ahmad) Rasulullah melarang umat Islam menimbun barang (ikhtikar) biasanya dilakukan dengan tujuan untuk dijual ketika barang sudah sedikit atau langka sehingga harganya mahal. Penimbunan termasuk aktivitas ekonomi yang mengandung kedzaliman dan karenanya berdosa.

9

Idri, Hadis..., hlm. 132 Ibid, hlm. 133 11 Ibid. 10

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 5

2. Larangan monopoli

‫ل‬

‫ح ن لا ى ل ل لمح ى لح ن لع لا اح لح ن لمع لع لع لهل لط‬

‫ع لأ لع لا لع ل يلهلعهال ل ل س لهل َلهلعل ل سَلَل‬ ‫ل َل علح ِل ل لف ل لَ لع ى لم ل هلَل علح ِل ل‬

ّ ‫ل ى الا‬

‫لهلِس ا)ح حلا‬

‫ل لَل‬

(

“Menceritakan kepada kami Salt bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami Abdul wahid mengabarkan kepada kami Muammar Dari Abdullah bin Thawus dari Ayah nya Ibnu abbas RA ia berkata telah bersabda Rasulullah SAW: “Janganlah kamu mencegat kafilah-kafilah dan janganlah orang-orang kota menjual buat orang desa.” saya bertanya kepada Ibnu abbas, ” Apa arti sabdanya.? “Janganlah kamu mencegat kafilah-kafilah dan jangan orangorang menjadi perantara baginya”. (HR Bukhori) Ibnu Abbas mengartikan Hadiru Libadi dengan broker atau perantara yang mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya. Adapun tempat yang dilarang mencegat kafilah adalah luar pasar atau tempat menjual barang, karena akan merugikan pedagang dipasar dan juga konsumen. b. Distribusi sebagaian harta kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial12 Bersifat non-profit taking (tidak untuk mendapat laba atau keuntungan), distribusi jenis kedua ini, orang yang menyalurkan hartanya tidak mendapat pembayaran atau keuntungan (profit) langsung, tetapi di hari kemudian atau di akhirat. Misalnya, berupa zakat, nafkah, shadaqah, wasiat, hibah, dan sebagainya. Rasulullah sangat menganjurkan agar distribusi kategori ini dilakukan oleh tiap muslim yang mampu. Dalam sebuah hadis, Nabi menganjurkan agar umat Islam segera mendistribusikan sebagian hartanya sebelum datang suatu masa ketika tidak ada orang yang mau menerimanya, sebagaimana sabdanya : 12

Ibid.

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 6

‫ل ل‬

‫ح ى ن لأ لح ى ن لشع لح ى ن لمع ل لخ ِل لِع لح ل ل‬

‫لاَلعل ل س ىَل ل ى الف ى ل ِلعل ُل م ل ِل‬ ‫ِع لا نى ىِل ىَ ى‬ ‫لفَلَ لم ل ل ل لا ى ج ل لج لِ لِْمسل لُ لف ىم لا ل‬ (

‫ا ىج ل‬

‫فَلح ج لِل ل) ا لا‬

Telah menceritakan kepada kami [Adam] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] telah menceritakan kepada kami [Ma'bad bin Khalid] berkata; Aku mendengar [Haritsah bin Wahab] berkata; Aku mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Bershadaqalah, karena nanti akan datang kepada kalian suatu zaman yang ketika itu seseorang berkeliling dengan membawa shadaqahnya namun dia tidak mendapatkan seorangpun yang menerimanya. Lalu seseorang berkata,: "Seandainya kamu datang membawanya kemarin pasti aku akan terima. Adapun hari ini aku tidak membutuhkannya lagi". (HR. Bukhari, no. 1322) Jadi, nantinya kita akan menemukan zaman dimana dizaman itu ada yang membawa sedekahnya tetapi tidak menemukan orang yang mau diberi sedekah. Keadaan negeri Arab kembali subur dengan padang-padang rumput dan sungaisungai. Itulah gambaran dinegeri Arab diakhir zaman. Kemakmuran yang akan melanda negeri membuat manusia tidak bisa berbuat baik, tidak bisa bersedekah dan berzakat. Oleh karena itu, dari hadits ini dapat diambil pelajaran diantaranya agar jangan suka menunda-nunda berbuat kebaikan. Bersegeralah dalam berbuat kebaikan. Dan dalam berbuat kebaikan kita harus berniat untuk mendapatkan ridho Allah swt. Jangan sampai perbuatan baik kita diikuti oleh niat yang hanya mementingkan kepentingan duniawi saja. Tetapi didasari niat ikhlas untuk mengharap ridho-Nya. Rasulullah menyatakan bahwa mendistribusikan harta dengan cara memberikannya pada orang lain dapat mencegah pelakunya dari siksa api neraka, sebagaimana sabdanya :

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 7

‫لِ ۡع لع ۡ لهل‬: ‫لع ۡ لأِ لا ۡۡ ل‬، ‫لح ى ن لش ۡع‬، ۡ ‫ح ى ن لسل ۡ ل ۡ لح‬ ‫لِ ۡع ل س لهلل‬: ‫لِ ۡع لع ى ل ۡ لح ِ ل ي له لع ۡن ل‬: ‫ۡ لم ۡع ل‬ ( ‫لا ى الا نى ل ۡ ل ل ۡ ل ل) ا لا‬: ‫ﷺل‬ Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Syu‟bah menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, beliau berkata: Aku mendengar „Abdullah bin Ma‟qil

berkata:

Aku

mendengar

„Adi

bin

Hatim radhiyallahu

„anhu mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian dari neraka, walau dengan separuh kurma.” ( Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1417) Dari hadits ini, kita dapat mengambil pelajaran diantaranya : Rasulullah memotivasi umatnya untuk bersedekah, baik yang sedikit maupun banyak. Sabda beliau “walau dengan separuh kurma” menunjukkan betapapun kecilnya sedekah yang diberikan, ia bermanfaat besar bagi pelakunya. Ia dapat menjaga dan melindungi pelakunya dari api neraka. Didalam distribusi jenis kedua ini akan dipaparkan mengenai hadis tentang zakat dan shadaqah, beserta warisan. 1. Zakat dan Sedekah Salah satu perhatian pokok ekonomi Islam adalah mewujudkan keadilan distributif. Karena itu, semua keadaan ekonomi yang didasarkan pada ketidakseimbangan (zulm) harus diganti dengan keadaan-keadaan yang memenuhi tuntutan keseimbangan (al-adl dan al-ihsan). Dengan kata lain, ekonomi Islam akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan total dan bukan hanya kesejahteraan marginal. Tindakan sosial harus digerakkan secara langsung untuk perbaikan kesejahteraan kalangan yang kurang beruntung dalam masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah.13

13

Ilfi, hadis..., hlm. 66

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 8

Sebagaimana hadis riwayat an- Nasa’i, tentang zakat :

‫لاَل ل‬ ‫أخََل لع لم ِلع لأِلس لع لأ لأ ى لِعلطلح ل لع ى‬ ‫لاَلعل ل س ىَلم لأ لَ لَئ لا ى أ ل س عل ى ل‬ ‫لاَل ىَ ى‬ ‫ج ءل ج لاَل س ى‬ ‫لاَل ىَل‬ ‫ل َل ملم ل لح ىَل َلف ال ل س لع لاَسَ لف لهل س ى‬ ‫ىاَلعل ل س ىَلَسل ل ا للِلا ل ا ل ى َل ل لع ىِلغْ ى ل لَلا ىَلأ ل ىط ىعل‬ ‫لاَل‬ ‫ل لش ل مض ل ل لع ىِلغْ ل لَلا ىَلأ ل ىط ىعل لهل س ى‬ ‫لاَلعل ل س ىَلا ىلزَ ل ل لع ىِلغْ ل لَلا ىَلأ ل ىط ىعلف لا ى ج ل ل‬ ‫ىَ ى‬ ‫لاَلعل ل س ىَلأفلحل‬ ‫لاَل ىَ ى‬ ‫ل ىاَلَلأ لعَل ال َلأ لم ل ل س ى‬ ‫ل‬

‫ال‬

Telah mengabarkan kepada kami [Qutaibah] dari [Malik] dari [Abu Suhail] dari [Bapaknya] bahwa dia mendengar [Thalhah bin Ubaidillah] berkata; Seseorang yang rambutnya acak-acakan -dari penduduk Najed- datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kami mendengar logat suaranya, tetapi kami tidak paham dengan perkataannya hingga dia mendekat dan ternyata dia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya: Shalat lima kali sehari semalam. Dia bertanya lagi; Apakah ada kewajiban bagiku selainnya? Rasulullah menjawab: Tidak ada

kecuali

kamu

mau

melakukan

sunnah-sunnahnya.

Rasulullah

menambahkan puasa bulan Ramadhan, dia berkata apakah ada kewajiban lain bagiku? Rasulullah menjawab; Tidak ada kecuali kamu mau melakukannya secara sukarela (puasa sunnah). Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan tentang zakat dan dia berkata; Apakah ada kewajiban yang lain bagiku? Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Tidak, kecuali kamu mau melakukannya secara sukarela. Kemudian dia mundur ke belakang sambil berkata; Demi Allah aku tidak akan menambah atau mengurangi hal Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 9

tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dia selamat jika jujur." Jadi, dari hadits ini sudah jelas bahwa zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang wajib di bayarkan bagi orang-orang yang mampu. Dan zakat akan memberikan keselamatan bagi pelakunya apabila dilakukan dengan jujur dan lillahita‟ala. Sedangkan hadis tentang sadakah, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad :

‫ل ل لس ل‬

‫ح ى ن ل علَل لع لح ى ن لع لا ِلع لعط ءلع لأِل‬

‫لا ىَلع لظ لغًل ا لا عل لخْلم لا لا ّلس َل‬

‫لاَلعل ل س ىَلَل‬ ‫ىاَل ىَ ى‬ ‫ا أل ل ع ل ل‬

Telah menceritakan kepada kami [Ya'la bin 'Ubaid] telah menceritakan kepada kami [Abdul Malik] dari ['Atho`] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Tidak ada sedekah kecuali dari orang yang mampu, dan tangan di atas itu lebih mulia daripada tangan di bawah, dan mulailah dari orang yang kamu nafkahi." “Tangan yang diatas itu lebih mulia daripada tangan dibawah” maksudnya yaitu orang yang memberi lebih baik daripada yang menerima, karena pemberi berada diatas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw. Namun ini bukan berarti bahwa orang yang diberi tidak boleh menerima pemberian orang lain. Bila seseorang memberi hadiah kepadanya, maka dia boleh menerimanya.

2. Warisan

‫ح ى ن لمح ى ل ل ْلح ى ن لمح ى ل لَ لح ى ن لأ لسل لع لأِل‬ ِ‫لاَلعل ل س ىَلم ل لم َلفِ ِل م ل لض ع لف ىل‬ ‫لاَل ىَ ى‬ ‫لس ى‬

‫ل ل‬

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 10

( ‫) اہ ◌ ام‬ Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bisyr] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin 'Amru] berkata; telah menceritakan kepada kami [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Barangsiapa meninggal mewariskan harta maka ia untuk keluarganya dan barangsiapa meninggal mewariskan hutang maka itu menjadi tanggunganku." (HR Ahmad) Hukum waris merupakan suatu aturan yang sangat penting dalam mengurangi ketidakadilan distribusi kekayaan. Hukum waris merupakan alat penimbang yang sangat kuat dan efektif untuk mencegah pengumpulan kekayaan di kalangan tertentu dan pengembangannya dalam kelompok-kelompok besar dalam masyarakat. Dengan demikian waris bertujuan untuk menyebarluaskan pembagian kekayaan dan mencegah penimbunan harta dalam bentuk apapun.14 C. Hadis – hadis tentang konsumsi Dalam ekonomi konvensional, aktivitas ekonomi sangat terkait erat dengan memaksimalkan kepuasan. Sehingga tujuan ekonomi dalam ekonomi konvensional adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang jumlahnya tidak terbatas dengan tujuan memperoleh kepuasan yang maksimal, dengan menggunakan penghasilan yang jumlahnya terbatas. Sedangkan dalam ekonomi Islam, aktivitas dimuka bumi, demi mencapai kebahagiaan hidup (falah) di dunia dan di akhirat.

Karena itu, aktivitas

konsumsi dalam Islam seharusnya mengikuti prinsip dan norma yang telah ditetapkan Islam.15 Berikut adalah prinsip-prinsip dalam konsumsi :

14 15

Ibid, hlm. 67 Rodin, Tafsir..., hlm. 138

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 11

1. Mengkonsumsi sesuatu yang halal dan tidak mengkosumsi dan menggunakan harta, barang atau jasa yang dilarang16 Sebagaimana hadis nabi :

‫لِ ع ل س ل‬: ‫ع لأ ِ لع له لا ن ّع ل ل ْ ل ي له لع ه ل‬ ‫لا ى لا ح َ ل ْ ل ا ى لا ح ا ل ْ ل ه ل‬:‫ه ل ىَ له ل ع ل ل س ىَ ل ل‬ ‫لف لا ى لل ا ّ ِ لف ل‬، ‫أ م ل م ِ لَ ل ع ل ى ل ث ْ لم لا ن ى‬ ‫لَ ى اع ل‬، ‫ل م ل ع لِ لا ّ ِل ل ع لِ لا ح ا‬، ‫اس َأ لِ ن ل ع ض‬ ‫لأ َ ل ا ىل لل ك لم ِ لم لأ َ ل ا ى ل‬، ‫ع لح لا ح ل ش لأ ل ع لف‬ ‫م له لم ح م لأ َ ل ا ى لِ لا ج س ل للل م ض غ لا ال ل ح ل ل ح لا ج س ل‬ ‫ُ ّ ل ا ل الف س لف س لا ج س لُ ّ ل لل أ َ ل ِ لا ل ل‬ ( َ‫ل مس‬ ‫) ل ا لا‬ Dari Abu Abdillah Nu‟man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata, Saya mendengar

Rasulullah

shallallahu`alaihi

wa

sallam

bersabda,

“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (HR. Bukhari dan Muslim) Sesuatu yang halal artinya sesuatu yang telah terlepas...


Similar Free PDFs