HAKIKAT MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN PDF

Title HAKIKAT MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN
Author Aldi Riyansyah
Pages 21
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 362
Total Views 742

Summary

HAKIKAT MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN Aldi Riyansyah [email protected] Pendidikan Bahasa Inggris Abstrak Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui bahwa Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia adalah makhluk yang memiliki derajat lebih ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

HAKIKAT MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN Aldi Riyansyah Aldi Riyansyah

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers MODUL 1 MANUSIA DAN PENDIDIKAN LINDRA EL ARYA

BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND Ist ian Nurfaizah landasan filosofi pendidikan Ickha Nit a

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

HAKIKAT MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN Aldi Riyansyah [email protected] Pendidikan Bahasa Inggris Abstrak Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui bahwa Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia adalah makhluk yang memiliki derajat lebih tinggi daripada makhluk yang lainnya, kemudian Pendidikan merupakan suatu proses yang dapat mengubah perilaku dan sikap manusia dalam upaya untuk menjadi dewasa melalu pengajaran dan pelatihan dalam pendidikan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan wadah untuk berproses dan perbuatan mendidik. Maka dari itu kesimpulan dari artikel ini adalah sangatlah penting pendidikan bagi keberlangsungan hidup manusia. Karena pendidikan sebagai sarana untuk manusia dapat berkembang dan berproses dalam kehidupan. Kata kunci : Hakekat manusia, Pentingnya pendidikan. A. PENDAHULUAN Latar Belakang (Achmad Munib, 2004: 142). Mengatakan bahwa Hakikat Pendidikan Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal tersebut menjelaskan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai proses yang terencana, yang dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Kemampuan dari peserta didik itu sangat beragam, yang kemudian akan diasah potensi dan kemampuan tersebut sehingga dapat berkembang dan menjadi manusia yang dapat berguna dan bermanfaat nantinya, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.

Pendidikan memiliki tugas tersendiri dalam menciptakan dan menghasilkan suatu generasi yang dapat bermanfaat, generasi yang berbudaya, dan generasi yang mempunyai kepribadian yang baik tentunya. Suatu pendidikan juga tentu mempunyai tujuan yang berbeda-beda disetiap negaranya, berdasarkan pada dasar negara dan ideologi negara tersebut. Mengenali dan berbicara mengenai pendidikan di indonesa yang kita telah ketahui bahwa indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Nasional. Yang berarti bahwa pendidikan yang berpacu pada ideologi negara yaitu pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mempunya arti dan nilai-nilai agama, kebudayaan. Kemudian sebagaimana yang tercantum pada UU No.20 Tahun 2003 Bab 11 Pasal 3 yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan dan untuk membentuk suatu karakter serta peradaban bangsa yang mempunyai martabat demu mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia, dan memiliki tujuan untuk meningkatkan potensi dari generasi bangsa agar bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunya akhlak yang baik dan mempunyai kepribadian yang baik pula. (Agus Taufiq 2011: 1.3) mengatakan bahwa pendidikan setidak-tidaknya memiliki ciri sebagai berikut: (1) Pendidikan merupakan proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat, dimana dia hidup, (2) Pendidikan merupakan proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) untuk mencapai kompetensi sosial dan pertumbuhan individual secara optimum, (3) Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi atau watak manusia. Tujuan Tujuan dari artikel ini adalah agar kita dapat mengetahui hakekat manusia, konsep pendidikan dan juga mengetahui pentingnya pendidikan bagi manusia. Dengan membaca artikel ini maka kita dapat mengidentifikasi apa itu hakekat manusia dan apa saja kebutuhan manusia dalam kehidupan, kemudia mengetaui bagaimana konsep pendidikan di indonesia dan seberapa penting pendidikan bagi kehidupan manusia serta manfaat pendidikan bagi keberlangsungan hidup manusia, dan terakhir kita akan mengetahui dan memahami hubungan antara manusia dan pendidikan, bagaimana kebutuhan manusia terhadap pendidikan dan juga pengaruh pendidikan terhadap kehidupan manusia.

Metode Kajian dalam artikel ini dibuat dengan menggunakan kajian pustaka atau libary research. Dimana pengumpuan jurnal dan buku yang dijadikan sebagai panduan dan referensi sebagai bahan materi yang akan disajikan, kemudian dengan pengumpulan jurnal yang dijadikan panduan dengan cara mengunduh softcopy dalam bentuk pdf yang juga dijadikan bahan materi yang disajikan dalam artikel ini. Jenis dan sumber data berasal dari Buku Pengantar Pendidikan terkait secara induktif. Analisis secara induktif ini digunakan untuk menemukan kenyataan-kenyataan sebagai terdapat dalam data secara akuntabel dan dapat dikenal. Dan juga tentunya dapat dipahami dengan jelas oleh pembaca. B. KAJIAN TEORI Pendidikan dapat berjalan secara efektif, efisien dan dilaksanakan secara baik jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnha hanya apabila dilaksanakan dengan berdasarkan pada landasan yang kokoh. Oleh karena itu sebelum kita melaksanakan pendidikan, sebuah pendidikan perlu memperhatikan dahulu landasan pendidikannya, perlu memperkokoh dahulu landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Agar dapat memahami konsep dari landasan pendidikan, hakikat manusia dan pentingnya pendidikan bagi manusia. Maka kita dapat mempelajari bahan ajaran ini, kemudian kita dapat mengidentifikasi dan mengatahui mengenai asumsi keharusan pendidikan (mengapa manusia perku dididik dan mendidik diri), mengenai kemungkinan pendidikan (mengapa manusia dapat dididik), dan pengertian dari pendidikan itu sendiri. Semua ini akan mengembangkan wawasan kependidikan Anda dan akan berfungsi sebagai titik tolak dalam rangka praktek pendidikan maupun studi pendidikan lebih lanjut. Materi dari artikel ini terdiri atas tiga sub pokok bahasan. Sub pokok bahasan pertama mencakup pengertian landasan pendidikan, jenis-jenis landasan pendidikan, dan fungsi landasan pendidikan. Sub pokok bahasan kedua mencakup konsep hakikat manusia dan

hubungannya dengan pendidikan . Adapun sub pokok bahasan ketiga berkenaan dengan pentingnya pendidikan bagi manusia dan kehidupannya. C. PEMBAHASAN 1. HAKEKAT MANUSIA Manusia sebagai makhluk rasional yang dapat berpikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan pada dirinya. Manusia juga dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya harus dimanfaatkan oleh dirinya sendiri. Kemudian manusia harus berusaha terus-menerus memperkembangkan dan meningkatkan dirinya sendiri, khusunya melalui pendidikan. Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih dan dididik oleh orangtua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kedwasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola keberlangsungan hidupnya. Manusia dilahirkan ke bumi dengan berbagai potensi yang berbeda-beda yaitu untuk menjadi baik dan buruk. Dan hidup berarti suatu upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau mengontrol suatu masalah. Manusia sebagai Makhluk Tuhan YME Dalam perjalanan hidupnya manusia mempertanyakan tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul keber-ada-an dirinya sendiri. Terdapat dua aliran pokok filsafat yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme (J.D. Butler, 1968). Mengatakan bahwa Menurut Evolusionisme, manusia adalah hasil puncak dari mata rantai evolusi yang terjadi di alam semesta. Manusia – sebagaimana halnya alam semesta – ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan Konosuke Matsushita. Sebaliknya, filsafat Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul manusia – sebagaimana halnya alam semesta - adalah ciptaan suatu Creative Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran ini antara lain Thomas Aquinas dan Al-Ghazali. (Tatang Syaripudin 2008; 9-10) mengatakan bahwa kita dapat mengakui kebenaran tentang adanya proses evolusi di alam semesta termasuk pada diri manusia, tetapi tentunya kita menolak pandangan yang menyatakan adanya manusia di alam semesta semata-mata

sebagai hasil evolusi dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Penolakan ini terutama didasarkan atas keimanan kita terhadap Tuhan YME sebagai Maha Pencipta. Adapun secara filosofis penolakan tersebut antara lain didasarkan kepada empat argumen berikut ini. yaitu sebagai berikut: 1. Argumen ontologis: Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan. Sementara itu, bahwa realitas (kenyataan) lebih sempurna daripada ide manusia. Sebab itu, Tuhan pasti ada dan realitas ada-Nya itu pasti lebih sempurna daripada ide manusia tentang Tuhan. 2. Argumen kosmologis: Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai suatu sebab. Adanya alam semesta - termasuk manusia - adalah sebagai akibat. Di alam semesta terdapat rangkaian sebab-akibat, namun tentunya mesti ada Sebab Pertama yang tidak disebabkan oleh yang lainnya. Sebab Pertama adalah sumber bagi sebab-sebab yang lainnya, tidak berada sebagai materi, melainkan sebagai “Pribadi” atau “Khalik”. 3. Argumen Teleologis: Segala sesuatu memiliki tujuan (contoh: mata untuk melihat, kaki untuk berjalan dsb.). Sebab itu, segala sesuatu (realitas) tidak terjadi dengan sindirinya, melainkan diciptakan oleh Pengatur tujuan tersebut, yaitu Tuhan. 4. Argumen Moral: Manusia bermoral, ia dapat membedakan perbuatan yang baik dan yang jahat, dsb. Ini menunjukkan adanya dasar, sumber dan tujuan moralitas. Dasar, sumber, dan tujuan moralitas itu adalah Tuhan. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa manusia mempunya kedudukan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang. (M.I. Soelaeman, 1988) mengatakan bahwa adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhannya Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia memiliki keterbatasan dan ketidakberdayaannya, manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia merasakan kasih sayang Tuhannya, namun ia pun tahu begitu pedih siksa-Nya. Semua itu melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap Tuhannya, tetapi di balik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena Tuhannya begitu luhur dan suci. kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada penciptanya. Selain itu,

menyadari akan maha kasih sayangnya Sang Pencipta maka kepada-Nya manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, di balik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya. Adapun hal tersebut dapat menimbulkan kejelasan akan tujuan hidupnya, menimbulkan sikap positif dan familiaritas akan masa depannya, menimbulkan rasa dekat dengan penciptanya. (Ernst Cassirer, 1987). Mengatakan bahwa Manusia sebagai Makhluk Sosial Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat) setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu. Di samping itu, setiap individu mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Selain adanya kesadaran diri, terdapat pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini, Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Terdapat hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan masyarakatnya. Ernst Cassirer menyatakan: manusia takkan menemukan diri, manusia takkan menyadari individualitasnya, kecuali melalui perantaraan pergaulan sosial. (Soerjanto P. dan K. Bertens, 1983). Mengatakan bahwa dunia hidupku dipengaruhi oleh orang lain sedemikian rupa sehingga demikian mendapat arti sebenarnya dari aku bersama orang lain itu. Sebaliknya, terdapat pula pengaruh dari individu terhadap masyarakatnya. Masyarakat terbentuk dari individu-individu, maju mundurnya suatu masyarakat akan ditentukan oleh individu-individu yang membangunnya. Oleh karena itu setiap manusia merupakan pribadi yang mempunyai hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan sesama individu lain, maka idealnya hubungan tersbeut tidak merupakan hubungan antara subjek dan objek, melainkan subjek dan subjek. Oleh karena setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idealnya situasi hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan antara subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek. Dengan demikian hubungan timbal balik antara individu dan individu lain merupakan pengukuhan eksistensi masing-masing, maka perlu adanya keseimbangan antara individualitas dan sosialitas pada diri manusia.

2. LANDASAN PENDIDIKAN Pengertian Landasan Pendidikan Untuk memahami telebih dahulu apa itu landasaan pendidikan, disini terhadap dua istilah yang perlu akan kita kaji, yaitu istilah landasan dan pendidikan landasan. Mengutip pada (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995:260) yang mengatakan bahwa Istilah landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua jenis landasan, yaitu: (1) landasan yang bersifat material, dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan pendidikan, dsb. Mengacu pada kutipan diatas, kemudian kita dapat mengetahui bahwasanya landasan pendidikan itu dapat dikaitkan dalam jenis landasan yang mempunyai sifat konseptual. (Redja Mudyahardjo, 1995). mengatakan bahwa “asumsi dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu: aksioma, postulat, dan premis tersembunyi” Aksioma adalah asumsi yang diterima kebenarannya tanpa perlu pembuktian, atau suatu pernyataan yang kebenarannya diterima secara universal. Contoh: “dalam hidupnya manusia tumbuh dan berkembang”. Terhadap pernyataan ini tidak akan ada orang yang menyangkal kebenarannya, sebab kebenarannya dapat diterima secara universal tanpa perlu dibuktikan lagi. Postulat yaitu asumsi yang diterima kelompok orang tertentu atas dasar persetujuan. Contoh: “Perkembangan individu ditentukan oleh faktor hereditas maupun oleh faktor pengaruh lingkungannya (pengalaman)”. Asumsi ini disetujui/diterima benar oleh kelompok orang tertentu, tetapi tentu saja ditolak oleh kelompok orang lainnya yang menyetujui asumsi bahwa perkembangan individu sepenuhnya ditentukan oleh faktor hereditas saja, atau oleh faktor pengaruh lingkungan saja. ·

Premis Tersembunyi yaitu asumsi yang tidak dinyatakan secara tersurat yang diharapkan dipahami atau diterima secara umum. Premis tersembunyi biasanya merupakan premis mayor dan premis minor dalam silogisme yang tidak dinyatakan secara tersurat, dalam hal ini pembaca atau pendengar diharapkan melengkapinya. Contoh: Armin perlu dididik (dinyatakan). Dalam pernyataan ini terdapat premis tersembunyi yang tidak dinyatakan, yaitu semua manusia perlu dididik (premis mayor), dan Armin adalah manusia (premis minor). maka kesimpulanya seperti pernyataan di atas adalah Armin perlu dididik. Pendidikan merupakan suatu proses yang dapat mengubah perilaku dan sikap manusia dalam upaya untuk menjadi dewasa melalu pengajaran dan pelatihan dalam pendidikan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan wadah untuk berproses dan perbuatan mendidik. Maka dar itu pendidikan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas dari manusia, dalam mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, maka kita sangat membutuhkan sebuah pendidikan, tidak hanya itu saja. Kewajiban dalam mendapatkan pendidikan harus dirasakan oleh setiap manusia. Membahas mengenai pendidikan, seperti yang harus kita ketahui bersama bahwa Pengertian dari Pendidikan yaitu berasal dari kata pedagogi yang mempunyai arti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa yunani. Pedagogi terdiri dari dua kata yaitu ‘Paedos’ (anak pen) dan ‘Agego’ yang berarti saya membimbing, memimpin anak. Sedangkan Pedagodis ialah seorang pelayan atau bujan (pemuda, pen) yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak (siswa, pen) ke dan dari sekolah. Perkataan paedagogos yang semula berkonotasi rendah (pelayan, pembantu) ini, kemudian skearang dipakai untuk nama pekerjaan yang mulia yakni paedagoog (pendidik atau ahli didik atau guru). Dari sudut pandang ini pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorangn dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab. Kemudian Membahas mengenai hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari istilah humanisasi. Dan seperti yang kita ketahui bahwa Tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang ideal dan mempunyai cita-cita yang tinggi berdasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma yang dianut tentunya. Manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Manusia yang mempunya akhlak mulia, dan mempunyai kecerdasan baik

secara lahir maupun batin. Itulah pentingnya pendidikan dan pendidikan tidak dapat dijalankan tanpa kebijakan yang sesuai. Maksudnya, (Tatang S :1994) mengatakan bahwa pendidikan harus dilaksanakan secara disadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendidikan, mesti terdapat momen berpikir dan momen bertindak. Kemudian (Redja M; 1994) mengatakan bahwa dalam rangka pendidikan itu terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Momen studi pendidikan yaitu saat berpikir atau saat mempelajari pendidikan dengan tujuan untuk memahami/menghasilkan sistem konsep pendidikan. Dapat kita gambarkan dari kutipan diatas bahwa suatu pendidikan ialah dimana seorang anak didik mampu berpikir dengan baik dan memahami apa yang telah dipelajari, serta mampu tmelakukan dan mempraktikan apa yang telah dipelajari selama proses belajarnya, sehingga tujuan dan konsep pendidikan dapat terealisasikan secara baik. Jenis-jenis Landasan Pendidikan Berdasarkan pada sumbernya, terdapat beberapa asumsi-asumsi yang dapat dijadikan tolak ukur pendidikan, yaitu dapat berasal dari sumber agama, filsafat, ilmu dan hukum maupun yuridis.dapat kita ketahui bahwa jenis landasan dapat didentifikasikan menjadi : 1) landasan religius pendidikan, 2) landasan filosofis pendidikan, 3) landasan ilmiah pendidikan, dan 4) landasan hukum/yuridis pendidikan. Landasan mengenai filosofi pendidika dapat diartikan sebagai asumsi-asumsi yang bersumber pada filsafat yang menjadi dasar atau tolak ukur pendidikan. Filsafat juga mempunya beberapa aliran yang harus kita ketahui, diantaranya: aliran Idealisme, aliran Realisme, aliran Pragmatisme aliran Pancasila dan sebagainya. Fungsi Landasan Pendidikan

Dapat kita gambarkan suatu bangunan gedung dapat berdiri dengan kuat apabila memiliki pondasi, atas, dan sebagainya. Dimana pondasi yang kokoh dapat kita artikan sebagai landasannya. Apabila suatu pondasi dari bangunan itu tidak kokoh, maka bangunan itu tidak akan berdiri kuat dan tahan lama. Demikian pula pada pendidikan, pendidikan yang direncanakan dan direalisasik...


Similar Free PDFs