Title | Identifikasi Unsur Arsitektur: Rumah Adat Lobo |
---|---|
Author | A. Laksitaningrum |
Pages | 7 |
File Size | 365.5 KB |
File Type | |
Total Downloads | 134 |
Total Views | 531 |
Obyek Arsitektur Nama Obyek : Rumah Adat Lobo Lokasi : Desa Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigiesa Tora, Sulawesi Tengah Masyarakat Pemilik : Suku Kulawi Lobo di desa Toro ini adalah salah satu Lobo tertua yang masih ada hingga saat ini. Data Arsitektural Denah Berupa rumah panggung yang dipakai ...
Obyek Arsitektur Nama Obyek : Rumah Adat Lobo Lokasi : Desa Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigiesa Tora, Sulawesi Tengah Masyarakat Pemilik : Suku Kulawi
Lobo di desa Toro ini adalah salah satu Lobo tertua yang masih ada hingga saat ini.
Data Arsitektural Denah Berupa
rumah panggung yang dipakai
sebagai balai adat. Lobo memiliki bentuk empat persegi panjang, berfungsi tempat musyawarah, menyambut
melaksanakan tamu-tamu
pesta
adat,
kehormatan dan
sebagai tempat penginapan bagi orang-orang yang melanjutkan perjalanan.
Potongan atap • Menggunakan atap sirap yang terbuat dari bahan
kayu
yang
dibelah
kecil
• Bahan atap terbuat dari kayu (alipa’a) • Bagian yang dilapisi ijuk hanya pada bagian – bagian pinggir atap (panapiri)
Tampak Dinding Bawah • Material yang digunakan berupa kayu bulat yang disusun sebanyak dua buah • Sebagai pengikatnya menggunakan rotan Dinding Atas • Material yang digunakan adalah papan yang dibilah – bilah • Sebagai pengikatnya juga menggunakan rotan • Sebagai penutup dinding atas terdapat kayu bulat yang berfungsi sebagai penahan tangan orang yang duduk dan dinamakan “rindinukeke”
• Jumlah anak tangga lima buah • Tangga dari batang kayu bulat yang dipahat • Pada bagian atas mengecil • Posisi tangga di tengah bagian depan
Gambar-Gambar Perspektif
Rumah Adat Lobo di Taman Mini Indonesia Indah
Lobo dimasa pemerintahan raja-raja berfungsi sebagai pusat kesatuan adat, pemerintahan dan kebudayaan. Para bangsawan (maradika) sebagai pemegang tampuk pemerintahan, para ahli cendekiawan adat dan orang-orang penting mengadakan musyawarah di dalam bangunan ini untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan: 1. Perumusan suatu undang-undang, peraturan-peraturan adat 2. Pelaksanaan pemerintahan yaitu dalam hal-hal memberangkatkan dan menerima pasukan perang 3. Pemutusan/mengadili perkara-perkara terhadap setiap pelanggaran, penyelewengan dan kejahatan. Pelaksanaan hukuman bisa dilaksanakan di Lobo atau di tempat lain misalnya di pohon kayu ditengah hutan atau di pinggir-pinggir kali, menurut jenis dan macamnya perbuatan 4. Dalam hal-hal yang menyangkut perekonomian: kapan dimulai membuka kebun,sawah atau ladang; kapan dimulai bertanam, menuai, pengaturan perairan dsb. 5. Disamping hal-hal ersebut Lobo juga menjadi tempat dilaksanakannya pesta-pesta adat, sehubungan dengan: a. keselamatan kampung, supaya terhindar dari berbagai macam penyakit menular, bala serta kutukan dewa akibat adanya perbuatan sumbang. b. pengucapan syukur berhubungan dengan hasil panen yang baik c. menyambut/memberangkatkan pasukan perang d. menyambut tamu-tamu terhormat dari luar daerah
Detail, Ornamen, Dekorasi
Pada desa Toro, ornamen hanya terdapat pada tiang tengah bangunan sebagai simbol bahwa jika ada
yang
melakukan
pelanggaran
dan
harus
menerima
hukuman,
dapat diganti dengan cara membayar denda seekor kerbau. Tiang-tiang dipinggir dari kedua pintu muka dan belakang serta semua tiang-tiang penongkat belandar badan bangunan berbentuk papan lebar dan tebal yang dihiasi pahatan kepala kerbau berbagai motif terletak dibagian dalam dan luar. Pahatan kepala kerbau ini adalah langsung senyawa dengan tiang/dinding.
Harmoni Alam
Dinding disusun dengan tidak menutup penuh, ini antara lain dimaksudkan untuk sirkulasi udara yangg masuk kedalam dapat leluasa, dan maksud lainnya khusus bagi totua ngata dan bangsawan yang duduk di kanavari, yang memiliki kebiasaan mengunyah pinang dan sirih, dapat memanfaatkan
rongga itu untuk dapat membuang ludahnya keluar tanpa harus keluar lobo, dinding ini dinamakan dinding “hungkeke”. Ditengah dalika terdapat tiang raja yang menerus ke atap, di tiang ini juga terdapat lingkar ikatan tali dari rotan, yang disebut “takole”, tali rotan ini dugunakan pada saat upacara adat untuk mengikat leher kerbau yang akan disembelih di dalam lobo. Berkaitan dengan itu, tangga di buat tanpa ronggarongga mempermudah sekaligus mampu menahan beban kerbau yang dinaikan ke dalam lobo.terbuat dari bahan kayu utuh yang dicoak 5-7 trap (sesuai dengan tinggkatan lapisan masyarakat).
Konstruksi Lobo: •
Perawatu: batu-batu yang berfungsi sebagai alas bangunan Lobo seluruhnya
•
Pangoto: empat balok bendar menumpang diatas parawatu ikut lebar badan Lobo
•
Paduncu: memanjang ikut badan Lobo 2 buah balok bundar menumpang diatas pangoto
•
Palangka: tiang-tiang yang menongkat balok memanjang ikut badan Lobo, tertancap diatas 2 buah pangoto sebelah menyebelah pinggir kanan dan kiri dan paduncu
•
Pangketi: balok segi empat yang ditongkat tiang palangka
•
Pomulu: diatas pangketi melintagn lagi balok-balok agak lebih kecil bundar
•
Pembiti-Pomulu: balok bundar besar diatas momulu yang berfungsi sebagai penjepit/penekan pomulu
•
Pomulu-langa: balok diatas pembiti-pomulu memanjang ikut panjang badan Lobo
•
Pomulu-late: melintang diatas pomulu-langa.
Kosmologi Pembagian ruang didalam lobo diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya yang serba guna, secara zoning vertikal di bagi dalam tiga stage, ▪
Bagian bawah pada posisi tengah bangunan --berbentuk persegi panjang dengan tiang raja ditengah-tengahnya-- diperuntukan bagi masyarakat umum atau pendengar duduk, dan
tempat untuk mengatur makan dan minum, menari dan menyanyi, tempat ini disebut “dalika/ padence”, ▪
Diatas dalika pada sebelah pinggir yang berhubungan langsung dengan dinding (menyerupai balai-balai) di sebut “kanavari/palangka” yang diperuntukan bagi para bangsawan dan totua ngata. Sejajar dengan kanavari pada sisi lebar bangunan didalam lobo terdapat dapur mini (avu/ puavhua) .
▪
Dibagian samping menyebelah ada lagi palangka yang tingginya ± 40 cm diatas padence diperuntukkan bagi para tamu dari luar kampung yang dianggap terhormat.
Satu hal yang penting diketahui bahwa tidak sembarang orang diperkenankan masuk dalam Lobo, kecuali dalam hal-hal tertentu yang dianggap amat penting. Dengan demikian Lobo bukanlah bangunan yang berfungsi sosial, bahkan oleh sebagian orang dianggap bagunan yang keramat, agung dan suci.
Bagian dalam dari Rumah Lobo
Kearifan Lokal Rumah adat Lobo berfungsi menampung segala aktivitas yang menyangkut kepentingan masyarakat. lebih khususnya bagi para pemegang tampuk pemerintahan “Maradika” (bangsawan), para Totua Ngata (orang yang dituakan), anggota dewan adat dan tokoh masyarakat. Musyawarah, perumusan, pengambilan keputusan kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat umum dilakukan di dalam bangunan ini.
Lobo juga memiliki fungsi sebagai kantor pengadilan dan pemutusan perkara, dimana apabila seseorang melanggar hukum adat yang berlaku, maka dia akan diadili dan mendapatkan “rahaha”(siksaan) yang dilaksanakan di dalam lobo. Seperti halnya juga fungsi lainnya, dalam melepas pasukan ke medan perang dan menerimanya kembali, prosesi itu dilakukan dilobo dengan diiringi upacara adat. Kaitannya dengan upacara, lobo juga berfungsi sebagai tempat dilaksanakannya pesta-pesta adat sehubungan dengan ucapan syukur antara lain selamatan akan hasil panen yang baik, keselamatan kampung, keselamatan dari penyakit menular, bala serta kutukan dewa. upacara ini biasanya ditandai dengan prosesi pemotongan hewan kerbau yang dilakukan di dalam lobo. Lobo mempunyai bentuk yang sederhana, tetapi cukup unik. Alat-alat modern belumlah terlalu banyak campur tangan dalam proses pembuatannya. Belandar tiangnya dari kayu-kayu bundar asli dari hutan, dikupas kulit luarnya kemudian dihaluskan dengan parang. Kayu bundar tersebut berdiameter rata-rata 40 cm. Semua pertemuan tiang dengan belandar, belandar dengan belandar, dinding, lantai, bahkan konstruksi bangunan Lobo belum mempergunakan paku (besi), semuanya serba cuak, sistim lidahlidah, kait mengait dan tali temali menggunakan rotan. Bahan kayu pada seluruh bagian lobo terkecuali atap, di ambil dari jenis kayu yang dalam bahasa kulawinya disebut kayu Kole, kayu lokal ini dikenal dengan ketahanannya. Untuk bahan penutup atap dari kayu alipaa, dan kaha, dua jenis kayu ini merupakan spesialis untuk penutup atap lobo, dikenal dengan ketahanannya terhadap air hujan. pada ujung atap bubungan menggunakan bahan “kangkuba” (ijuk). Penutup atap dibuat sirap dari papan berukuran kecil, tipis-tipis pengerjaannya hanya dengan “Teba” (menyayat) kayu dari glondongan kayu.
Daftar Pustaka http://kakarmand.blogspot.com/ , Liputan Arsitektur Rumah Adat Lobo, Tipologi Arsitektur Lobo (1 April 2014) http://linopadeihina.blogspot.com/ , Arsitektur Tradisional Sulawesi Tengah (2 April 2014)...