Title | Kajian Gender Dalam Pandangan Nasr Hamid Abu Zayd |
---|---|
Author | Durrotun Nafisah |
Pages | 14 |
File Size | 152.2 KB |
File Type | RTF |
Total Downloads | 244 |
Total Views | 528 |
Kajian Gender Dalam Pandangan Nasr Hamid Abu Zayd Oleh: Ita Kurniasari dan Faiqotul Mahmadah I. Pendahuluan Seiring berjalannya zaman dengan maraknya membahas bagaimana perempuan yang ada. Sebuah bahasan perempuan bukanlah hal yang baru dalam pemikir Islam, melainkan bahasan yang jauh sudah ada dari...
Kajian Gender Dalam Pandangan Nasr Hamid Abu Zayd Oleh: Ita Kurniasari dan Faiqotul Mahmadah I. Pendahuluan Seiring berjalannya zaman dengan maraknya membahas bagaimana perempuan yang ada. Sebuah bahasan perempuan bukanlah hal yang baru dalam pemikir Islam, melainkan bahasan yang jauh sudah ada dari sebelum- sebelumnya. Namun, hingga saat ini masih kerap sekali untuk selalu dibahasnya. Perempuan sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Perempuan sering ditempatkan dalam posisi yang rendah, bahkan disamakan dengan benda yang bisa diperlakukan semaunya oleh sang pemilik. Kesadaran akan adanya ketertindasan di atas telah menjadikan feminisme memiliki karakter memihak dan tidak jarang menggugat, bahkan tidak jarang keberpihakan feminis terhadap nasib kaum perempuan diterjemahkan sebagai ancaman bagi kaum laki-laki. Ironisnya gerakan ini dianggap mengancam kebanyakan kaum perempuan yang merasa telah nyaman dengan posisi tradisional mereka. Ketika wacana tentang perempuan ini diungkapkan oleh seorang perempuan. Maka, hal ini adalah suatu yang biasa-biasa saja atau kewajaran. Tetapi, ketika yang berbicara tentang perempuan adalah seorang laki-laki, maka hal ini akan menjadi wacana yang sangat menarik. Contohkanlah seperti intelektual Muslim yaitu Rifaat at-Tahtawi (1801-1873) sewaktu kunjungannya ke Paris terkagum-kagum melihat perempuan terpelajar di sana. Dalam penutup bukunya Takhlis al-Ibriz fi Talkhis Baris ia berkata "turunnya kehormatan perempuan tidak disebabkan oleh keterbukaan atau ketertutupan aurat, tetapi bersumber pada pendidikan yang baik atau yang buruk". Begitulah Tahtawi menyerukan mendidik perempuan sebagai salah satu kewajiban agama dan negara. Yang dalam bukunya berjudul al-Mursyid al-Amin fi Ta'lim al-Banat wa al-Banin. 1...