KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI DUKUH BANYUNGANTI DESA JATIMULYO KABUPATEN KULON PROGO PDF

Title KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI DUKUH BANYUNGANTI DESA JATIMULYO KABUPATEN KULON PROGO
Author Sara Puspareni
Pages 5
File Size 174.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 447
Total Views 913

Summary

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI DUKUH BANYUNGANTI DESA JATIMULYO KABUPATEN KULON PROGO Wayan Bindo Ade Brata, Sara Puspareni P. Kelompok Studi Biologi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta [email protected] Abstrak Dukuh Banyunganti, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten...


Description

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI DUKUH BANYUNGANTI DESA JATIMULYO KABUPATEN KULON PROGO Wayan Bindo Ade Brata, Sara Puspareni P.

Kelompok Studi Biologi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta [email protected] Abstrak Dukuh Banyunganti, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, merupakan salah satu padukuhan dengan keanekaragaman burung yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberagaman jenis burung di Padukuhan Banyunganti. Penelitian ini dilakukan dengan metode jelajah dengan jalur menyebar di sekitar Padukuhan Banyunganti. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali pada pagi hari, yaitu dari pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB dan 1 kali pengamatan pada malam hari pada pukul 18.30 sampai dengan pukul 22.00. Hasil dari pengamatan diperoleh sebanyak 29 jenis burung yang termasuk ke dalam 18 famili, di mana beberapa jenis burung yang paling sering dijumpai, di antaranya Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Cabai Bunga Api (Dicaeum trigonostigma), Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius), Cucak kuning (Pignonotus melnicterus dispar), Cipoh Kacat (Aegithina tiphia). Kata kunci: Keanekaragaman, Burung, Banyunganti, Kulon Progo. I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Terkait dengan kekayaan avifauna, lebih dari 8.000 spesies burung yang diketahui, Indonesia memiliki 1.539 jenis burung dan merupakan 17% dari total burung di dunia. Hal ini menjadikan Indonesia berada pada peringkat kelima dengan negara yang kaya akan spesies burung (Sujatnika, 1995). Burung adalah indikator yang baik untuk mengidentifikasi daerah yang kaya keragaman hayatinya, termasuk perubahan dan masalah lingkungan yang ada. Umumnya, daerah yang kaya dengan keragaman jenis burung juga kaya akan keragaman hayati lainnya. Salah satu kawasan dengan keanekaragaman burung yang penting adalah Pulau Jawa dan Bali.

Kawasan tersebut mempunyai kekayaan avifauna sebanyak 494 spesies. Sebagian besar dari jenis burung tersebut hidup di hutan-hutan pegunungan, relatif terhadap hutan dataran rendah (MacKinnon, 2010). Daerah Istimewa Yogyakarta yang hanya mencakup 2,5% dari luas total pulau Jawa, provinsi terkecil kedua di Jawa setelah DKI Jakarta, ternyata memiliki potensi keragaman jenis burung yang cukup tinggi. Jumlah jenis burung liar di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 1995 tercatat sebanyak 140 jenis sedangkan Pada penghujung 2013, tercacat sebanyak 338 jenis burung liar. Ini menandakan, 67% dari 508 jenis burung di Pulau Jawa ada di daerah istimewa ini. Kabupaten Kulon Progo, salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sendiri memiliki keragaman mencapai 227 jenis. Kabupaten Kulon Progo

bagian utara merupakan dataran tinggi / perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500-1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. Di wilayah ini penggunaan tanah diperuntukkan sebagai kawasan budidaya konservasi dan perwakilan habitat bagi burung dataran rendah. Salah satu padukuhan yang termasuk dalam lingkup pegunungan Menoreh adalah Padukuhan Banyunganti. Padukuhan Banyunganti yang terletak di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu padukuhan yang memiliki keanekaragaman jenis burung yang cukup tinggi. Sebelumnya belum pernah ada penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung di Padukuhan Banyunganti sehingga perlu dilakukan pendataan jenis burung di padukuhan ini.

II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan dengan melakukan satu kali pengamatan siang dan satu kali pengamatan malam pada tanggal 27 Februari 2016 serta satu kali pengamatn siang pada tanggal 28 Februari 2016. Pengamatan siang berlangsung antara pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB sedangkan pengamatan malam berlangsung antara pukul 18.30 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB. Objek dari dari pengamatan ini adalah burung-burung yang terdapat di kawasan Padukuhan Banyunganti, Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung di kawasan Padukuhan Banyunganti. Pengamat terbagi atas tiga kelompok, di mana masing-masing kelompok terdiri atas 6 orang. Pengamatan siang hari pertama di lapangan dilakukan dengan menyisir perkebunan warga yang terletak di daerah timur sampai ke barat Banyunganti, kemudian pada pengamatan malam hari dilakukan oleh dua kelompok dengan menyisir daerah perkebunan warga di daerah utara dan selatan padukuhan. Penentuan

daerah pengamatan berdasarkan wawancara dengan warga sekitar mengenai keberadaan jenis burung nokturnal. Kemudian pada pengamatan hari kedua dilakukan kembali oleh tiga kelompok dengan menyisir perkebunan dan sekitar rumah warga yang terletak di daerah utara dan selatan Banyunganti. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 29 jenis burung yang termasuk ke dalam 17 famili. Dari 29 spesies tersebut, dijumpai juga jenis burung pemangsa atau raptor yang termasuk ke dalam famili Accipitridae yaitu Elang Ular Bido (Spilornis cheela), dan Celepuk Reban (Otus lempiji), serta terdapat 3 jenis burung endemik Jawa dan Bali, yaitu Burung Madu Jawa (Aethopyga mystacalis), Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius) dan Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris). Burungburung tersebut dijumpai di sekitar pemukiman warga dan juga di daerah kebun warga Banyunganti. Berdasarkan kehadiran burung saat dilakukan pengamatan, burung dengan anggota famili Nectariidae, Dicaeidae, Pycnonotidae, Sylviidae, Aegithinidae, dan Pycnonotidae cukup mudah untuk dijumpai. Burung dengan famili Nectariidae sangat mudah untuk dijumpai, dikarenakan melimpahnya tumbuhan-tumbuhan penghasil nektar di Padukuhan Banyunganti. Selain famili Nectariidae, burung jenis Cipoh Kacat (Aegithina tiphia) juga sangat mudah

dijumpai. Burung ini sangat khas dengan suaranya yang merdu dan keras, sehingga dari kejauhan dapat terdengar. Hal yang menarik dari pengamatan ini adalah ditemukannya burung Kadalan Birah (Phaenicopaheus curvirostris). Burung ini cukup sulit untuk dijumpai karena jumlahnya yang sedikit. Burung ini juga dikenal hidup secara berpasangan. Pada penelitian ini, saat pengamatan malam hari dijumpai burung pemangsa yang aktif pada malam hari, yaitu Celepuk Reban (Otus lempiji), yang

merupakan jenis burung hantu yang dapat dikategorikan berukuran kecil (20-21cm) tidak seperti burung hantu lainnya yang umumnya berukuran sedang. Untuk dapat berjumpa dengan burung ini diperlukan kesabaran dan kejelian dalam menera arah dari suara burung ini. Sebagai burung nokturnal, burung ini memangsa mangsanya yang berada di vegetasi yang lebih rendah darinya ataupun di tanah, seperti ngengat, kodok, bahkan burung yang berukuran lebih keci (MacKinnon, 2010). Selain Celepuk Reban (Otus lempiji), raptor menarik lainya yang dijumpai saat pengamatan adalah Elang Ular Bido (Spilornis cheela). Burung ini berukuran

sedang, dan sangat khas dengan suara nya yang keras dan tinggi. Selain itu, burung ini juga gemar memangsa ular. Selain ular burung ini juga memangsa mamalia-mamalia kecil. Burung pemangsa ini ditemukan pada pukul 08.54 WIB di wilayah perkebunan warga yang kondisi gerografisnya cukup tinggi. Hal yang menarik adalah saat dijumpai burung ini sendang bertengger di pohon Sengon (Albizia chinensis), dan sedang membawa makanan (ular). Kemungkinan besar burung ini memiliki sarang yang tidak jauh dari lokasi ia bertengger. Hal ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

Tabel 1. Hasil jenis burung berdasarkan hasil pengamatan NAMA NAMA ILMIAH Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Burung Madu Jawa Aethopyga mystacalis Burung Madu Sriganti Nectarinia jugularis Cabai Bunga Api Dicaeum trigonostigma Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris Celepuk Reban Otus lempiji Cikrak Kutub Phylloscopus borealis Cinenen pisang Orthotomus sutorius Cipoh Kacat Aegithina tiphia Cucak Kuning Pignonotus melnicterus dispar Cucak Kutilang Pignonotus aurigaster Elang Ular Bido Spilornis cheela Kadalan Birah Phaenicophaeus curvirostris Madu Kelapa Anthreptes malacensis Pelanduk Topi Hitam Pellorneum capistratum Pelatuk Besi Dinopium javanense Perenjak Prinia sp. Perenjak Coklat Prinia polychroa Perkutut sp. Geopelia sp Pijantung Gunung Arachnothera affinis Pijantung Kecil Arachnothera longirostra Sepah kecil Perichrocotus cinnamomeus Sikatan Bubik Muscicapa dauurica Sikatan Cacing Cyornis banyumas Walet Linchi Collocalia linchi Walik Kembang Ptilinpous melanospila

Wiwik kelabu Wiwik Lurik Salah satu penyebab kemelimpahan jenis burung di Padukuhan Banyunganti adalah tersedianya makanan untuk burung-burung tersebut. Terjaganya ekosistem, dan rantai makanan yang tidak terputus juga menjadi salah satu faktor penting dalam keseimbangan ekosistem di wilayah tersebut. Hal ini dibuktikan masih dijumpai burung pemangsa, yang merupakan pemangsa teratas dalam rantai makanan. Pemangsa teratas sangat penting dalam rantai makanan, agar tidak terjadi ledakan populasi salah satu jenis spesies yang memiliki aras trofik di bawahnya. Selain itu pemerintah Desa Jatimulyo juga telah menerapkan peraturan desa, yang membebankan sanksi berupa denda atau sanksi peringatan kepada pemburu yang kedapatan sedang memburu satwa di wilayah tersebut. Hal ini sangatlah penting dalam usaha menjaga keseimbangan ekosistem karena predator alami sangatlah berpengaruh besar dalam mengendalikan suatu ekosistem. Oleh karena itu, perburuan liar yang dapat menyebabkan putusnya rantai makanan haruslah dicegah. Warga Banyunganti juga mulai merintis aksi-aksi konservasi lingkungan dengan melestarikan pohonpohon yang tumbuh alami di wilayah tersebut. Warga Banyunganti juga mengharapkan adanya bimbingan lebih lanjut mengenai konservasi dan juga informasi lebih mengenai jenis-jenis burung ataupun tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan.

Cacomantis merulinus Cacomantis sonneratii IV. KESIMPULAN Jenis burung yang ditemukan di Padukuhan Banyunganti adalah sebanyak 29 jenis yang termasuk ke dalam 17 famili. Burung yang paling sering dijumpai adalah Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Cabai Bunga Api (Dicaeum trigonostigma), Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius), Cucak kuning (Pignonotus melnicterus dispar), Cipoh Kacat (Aegithina tiphia). Selain itu, burung nokturnal yang berhasil dijumpai adalah Celepuk Reban (Otus lempiji). DAFTAR PUSTAKA MacKinnon, J., Phillips dan Ballen, B.V. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam). Puslitbang BiologiLIPI, Bogor. Sujatnika, P.J., Soehartono, T.R., Crosby, M.J, dan Mardiastuti, A. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik (Conserving Indonesian Biodiversity: The Endemic Area Approach). PHPA & BirdLife International-Indonesia Programme, Jakarta. Taufiqurrahman, I., Yuda, Ign. P., Untung, Atmaja, E.D., dan Budi, N.S. 2015. Daftar Burung Daerah Istimewa Yogyakarta. Kutilang Indonesia, Yogyakarta. http://www.kulonprogokab.go.id/v21/KondisiUmum_6_hal diakses pada tanggal 6 Maret 2016.

LAMPIRAN...


Similar Free PDFs