KEANEKARAGAMAN ORGANISME MIKROSKOPIS PDF

Title KEANEKARAGAMAN ORGANISME MIKROSKOPIS
Author Calon Jenazah
Pages 9
File Size 523.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 97
Total Views 279

Summary

Nama : Sahono PJP : Dr. Dra. Triadati,M.Si NIM : C4401201062 Asisten : Kelas/Kelompok : ST25.1/Kel. 3 1. Aprilia Nurhasna (G34170086) Hari/Tanggal : Jum’at/ 19 Februari 2020 2. Amira Amandanisa (G84170080) 3. Devi Aldianty (G34170057) 4. Pesol Haryanto (A24170105) KEANEKARAGAMAN ORGANISME MIKROSKOPI...


Description

Nama : Sahono NIM : C4401201062 Kelas/Kelompok : ST25.1/Kel. 3 Hari/Tanggal : Jum’at/ 19 Februari 2020

PJP : Dr. Dra. Triadati,M.Si Asisten : 1. Aprilia Nurhasna (G34170086) 2. Amira Amandanisa (G84170080) 3. Devi Aldianty (G34170057) 4. Pesol Haryanto (A24170105)

KEANEKARAGAMAN ORGANISME MIKROSKOPIS Tujuan Praktikum ini bertujuan mempelajari organisme yang tidak kasat mata dari kelompok bakteri, protista dan cendawan dengan bantuan alat pembesar, yaitu mikroskop cahaya. Hasil Pengamatan A. Bakteri Escherichia coli adalah nama yang tidak asing lagi bagi orang yang berkecimpung dalam bidang mikrobiologi,karena E. coli atau Bacterium colicommune adalah sebuah nama bakteri yang diambil dari nama orang yang menemukannya yaitu Theodor Escherich. Pada tahun 1907 Massini memberi nama E. coli sebagai Bacterium coli mutabile. Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7 µm, lebar 0,4-0,7µm dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata.

(Sumber: livescience.com)

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen penting yang berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, dan ketahanan terhadap antibiotik. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-Positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.

(Sumber: en.wikipedia.org)

Dalam setiap pengamatan morfologi bakteri biasanya digunakan pewarnaan untuk memperlihatkan atau mempelajari kontras antar sel dan latar belakangnya sehingga dapat mempertajam bentuk sel-sel mikroba. Pewarnaan bakteri sederhana digunakan untuk mengamati berbagai bentuk morfologi bakteri, misalnya bentuk batang, bulat, koma, dan spirillum. Zat warna bermuatan positif ini juga disebut zat warna basa. Sebaliknya zat-zat warna mengandung khromofor bermuatan negatif (anion), disebut juga sebagai zat warna asam, tidak dapat diikat oleh sel bakteri, sehingga bagian latar belakang bakteri yang akan berwarna. Sedangkan Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial. Bakteri melalui pewarnaan Gram, dapat dibedakan menjadi dua grup, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif. Perbedaan pada keduanya ialah dalam hal lapisan-lapisan dinding selnya. Pewarnaan Gram memerlukan empat macam larutan, yaitu larutan zat warna basa, mordant, pencuci zat warna basa, dan satu zat warna lainnya (counterstain) yang berbeda dari zat warna pertamanya, namun masih merupakan zat warna basa. Sel-sel yang tidak dapat melepaskan warna awal yang diberikan, maka sel akan berwarna biruungu karena pewarna awal yang digunakan berupa ungu Kristal, dan disebut sebagai bakteri gram-positif. Sebaliknya, sel-sel yang dapat melepaskan ungu kristal maka akan tampak merah muda karena berikatan dengan pewarna tandingannya (counterstain), yaitu diberikan warna safranin, dan disebut sebagai bakteri gram-negatif. Dinding ssel merupakan bagian yang menentukan hasil pewarnaan Gram.

Pada bakteri gram positif dinding sel kelompok bakteri ini tersusun oleh sebagian besar Peptidoglikan, yang mampu mengikat zat warna dan tidak rusak saat dicuci dengan alkohol, oleh karena itu mampu mempertahankan zat warna utama dalam pewarnaan Gram, yaitu Gentian Violet (ungu kristal iodium), sehingga nampak berwarna ungu atau kebiruan. Sedangkan bakteri gram negatif memiliki komposisi dinding sel yang sebagian besar tersusun dari lapisan lipid, sehingga pada saat pewarnaan kurang dapat mempertahankan zat warna utama terutama saat dicuci dengan alkohol (lipid rusak saat dicuci dengan alkohol), akibatnya kelompok bakteri ini memberikan kenampakan warna merah (warna dari zat warna ke dua: safranin atau air fuchsin) di akhir kegiatan pewarnaan Gram. Para peneliti biasanya menggunakan teknik pewarnaan negative kapsul untuk mengamati kapsul bakteri. Teknik ini menggunakan zat warna primer karbol fuksin. Zat warna ini sulit didapatkan dan harus impor serta hargannya cukup mahal. Prosedur yang sesuai jika ingin mengamati motilitas bakteri: 1. Siapkan bahan bahan diantaranya pembersih bangku, spidol daan pembersih spidol, specimen bakteri, inoculation loop, penjepit baju, pembakar alcohol, kit pewarna gram, pencuci botol, bibolous paper, gelas kimia kecil dan besar. 2. Bersihkan meja, karena membersihkan ruang sangat penting untuk bekerja dengan mikroba untuk mempertahankan kondisi steril. 3. Tuangkan sedikit air ke dalam gelas kimia kecil 4. Dengan menggunakan spidol permanen, beri label kaca benda dengan nama sampel atau organisme yang sedang diuji 5. Nyalakan api pada pembakar alkohol dengan menggunakan korek api 6. Bakar ujung inoculation loop sampai merah menyala agar steril. 7. Dengan munggunakan inoculation loop teteskan sedikit air ke kaca benda dengan cara diketuk secara perlahan. Setelah itu bakar kembali inoculation loop hingga merah menyala, biarkan inoculation loop mendingin sebentar. 8. Ambil tabung kaca, lepaskan tutupnya dan bakar dengan api perlahan ini berguna untuk mensterilkan botol setelah dibuka. 9. Masukkan loop ke dalam tabung kaca tanpa menyentuh sisi dan kumpulkan dengan jumlah sedikit specimen bakteri dari sisi miring. Setelah melepaskan loop bakar kembali tabung kaca dengan api secara perlahan agar tetap steril lalu tutup kembali. 10. Ambil kaca benda, tambahkan bakteri ke tetesan air. Campur dan oleskan hingga menjadi lapisan yang sangat tipis. Membuat lapisan tipis meningkatkan pengeringan serta mengurangi gumpalan bakteri. Setelah membuat noda, nyalakan kembali loop sampai merah menyala. Angin-angin kaca benda hingga terlihat buram tanpa tetesan air. 11. Panaskan kaca benda tersebut secara perlahan sebanyak 2-3 kali, ini untuk memastikan tidak ada bakteri yang menempel disamping kaca benda. Pastikan kaca benda hangat, karena jika terlalu panas itu berarti bakteri telah matang. 12. Pastikan bekerja diatas wastafel atau gelas kimia agar tidak tumpah kemanamana. Tuangkan kristal violet hingga menutupi noda bakteri dan diamkan selama 1 menit, bilas dengan air sampai air yang mengalir dari kaca benda menjadi jernih. Berhati-hatilah agar tidak langsung menyemprotkan noda dengan semburan air saat membilas, karena bakteri dalam noda dapat dibersihkan, karena bakteri dalam noda dapat dibersihkan. 13. Tuangkan Iodine Gram, hingga menutupi noda bakteri, dan biarkan selama 1 menit. Bilas iodine gram dengan air yang mengalir di kaca benda hingga jernih. 14. Dekolorisasi kaca benda dengan etanol yang melarutkan membrane luar dan membersihkan kristal violet dari bakteri gram negative, ini harus dilakukan dengan cepat agar tidak menjadi bakteri Gram-positif yang tidak berwarna. Dengan kaca benda penuh etanol tahan dan geser pada sudut 45° aplikasikan dari atas hingga sampel tidak

berwarna (warna ungu samar), ini memakan waktu kurang dari 30 detik. Untuk menghentikan penghilangan warna, segera bilas etanol dengan air yang mengalir secara perlahan agar tidak menghilangkan noda. 15. Tuangkan Safranin hingga menutupi noda bakteri dan biarkan noda selama 1 menit. Safranin berguna untuk menodai bakteri Gram-negatif yang tidak berwarna merah muda. Bilas safranin dengan air, sampai air yang mengalir dari kaca benda menjadi jernih. 16. Keringkan kaca benda dengan menggunakan kertas bibulous dan tutup buklet. Tekan dengan lembut, jangan digosok. Lepaskan kaca benda dengan hati-hati dari kertas bibulous. Bakteri pada slide sekarang dapat dilihat dengan menggunakan minyak imersi. 17. Amati dengan mikroskop cahaya. Perbesaran yang dapat digunakan untuk mengamati bakteri adalah 10x, 40x, dan 100x. Perbesaran lensa objektif mikroskop yang digunakan harus memakai minyak imersi : Objektif 4x dengan okuler 10x, pembesaran 40x, Objektif 10 dengan okuler 10x, pembesaran 100x, Objektif 40x dengan okuler 10x, Pembesaran 400x , Objektif 100x dengan okuler 10x, pembesaran 1000x Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000x disebut objektif emersi, karena penggunaannya harus dengan minyak emersi. Lensa objektif yang menyentuh minyak imersi harus dibersihkan karena minyak imersi yang berada di lensa bila tidak dibersihkan akanmenyebabkan partikel halus menempel dan mengering di permukaan lensa tersebut, dan partikel serta minyak yang menempel dapat menciptakan goresan pada lensa. Hal ini menurunkan kemampuan lensa. B. Protista Paramecium merupakan salah satu protista mirip hewan. Bentuk tubuh umumnya seperti telapak sandal atau sepatu dengan bagian depan tumpul dan meruncing di bagian belakang. Struktur bagian yang mengandung lekuk mulut disebut bagian ventral, dan pada bagian sebaliknya merupakan sisi abnormal atau dorsal. Protoplasma area tubuh yang tampak jernih adalah bagian Ektosark, sedang daerah berbintik merupakan bagian (lapisan) Endosark.

(Sumber: sciencefacts.net) Pada paramaecium, makanan yang berupa materi halus diserap melalui permukaan tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk sitostoma (mulut

sel). Makanan yang berbentuk cair akan diedarkan oleh vakuola kontraktil, sedangkan zat makanan yang berbentuk padat akan dicerna dan diedarkan oleh vacuola makanan. Penyebaranya ke dalam endoplasma terjadi secara osmosis. Vakuola kontraktil pada Paramecium berfungsi untuk pengaturan tekanan osmosis (osmoregulasi). Pengaturan ini dilakukan dengan membuang kelebihan air dari ptopolasmanya. Selain itu, juga berfungsi untuk megeluarkan sisa makanan dengan cara berdenyut. Mikronukleus yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar Makronukleus yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi. perbedaan tipe perolehan nutrisi pada paramecium dan Euglena Paramecium memperoleh nutrisi dari menyerap makanan dari makhluk hidup lain. Sedangkan Euglena dapat menyintesis sendiri berbagai senyawa organik esensial. Meskipun demikian, Euglena juga memerlukan vitamin (faktor pertumbuhan) yangmtidak dapat disintesis sendiri sehingga organisme tersebut tetap memerlukan senyawa organik dari sumber lain. Euglena adalah genus dari organisme bersel tunggal pada ordo protozoa. Euglena punya beberapa ciri-ciri, di antaranya berwarna hijau karena mengandung klorofil,sel berbentuk oval memanjang, di salah satu ujungnya terdapat mulut sel dari mulutnya muncul satu flagela (cambuk) yang berfungsi sebagai alat gerak, punya bintik mata yang terletak di dekat mulut sel yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang.

(Sumber: id.depositphotos.com) C. Cendawan Rhizopus adalah genus fungi saprofit yang umum pada tanaman dan parasit yang terspesialisasi pada hewan. Jamur Rhizopus memiliki ciri-ciri sebagai berikut; hifa nonseptat, mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir.

(Sumber: pak.pandani.web.id) Sebutan spora seksual Rhizopus ialah Zigospora dan sebutan spora aseksualnya ialah Sporangium. Zigospora dan Sporangium termasuk sel haploid berarti sel atau organisme tersebut memiliki separuh dari jumlah set kromosom, pada organisme diploid ini beraeti memiliki satu set kromosom lengkap di inti sel. Rhizopus memperoleh nutrisi dari materi organik yang sudah mati dengan meggunakan hifa untuk merombak materi organik menjadi anorganik. Pilobolus merupakan salah satu jenis jamur dekomposer yang mampu memecah bahan organik dari makhluk yang telah mati untuk memperoleh makanannya. Spora Pilobolus ialah Sporangiospora yang dapat menembakkan topinya(spora). Spora tersebut ditembakkan ke arah datangnya cahaya. Di bawah ujung sporangiofor merupakan daerah yang peka terhadap cahaya (fototropisme dan fotoaksis). Tangkai tersebut akan tumbuh ke arah cahaya matahari. Ketika jamur telah matang, maka tekanan air di dalam tangkai akan menyebar dan menyebabkan ujung tangkai meledak. Saat itulah terjadi penyebaran spora. Peristiwa ini umumnya terjadi pada siang hari. Cendawan yang tumbuh pada kotoran hewan dikenal dengan istilah Cendawan koprofil. Semua kotoran hewan dapat menjadi substrat tumbuh cendawan koprofil termasuk kotoran domba dan kelinci. Beberapa cendawan koprofil termasuk ke dalam Mucorales (Zygomycota). Jenis somatik Rhizopus dan Pilobolus adalah hifa yang tidak bersekat, dikarenakan keduanya termasuk ke dalam fungi kelas Zygomycota. Hifa merupakan suatu tubulus yang mengandung nucleus (inti) dengan jumlah lebih dari satu (bahkan dapat berjumlah ratusan), yang dilingkupi sitoplasma. hifanya tidak mengandung septa sehingga hifa tersebut tidak terbagi menjadi beberapa sel. Hifa semacam ini disebut hifa nonseptat atau hifa aseptat . Septa yang membatasi tiap-tiap sel tidak sepenuhnya membatasi sitoplasma sel yang berdekatan melainkan masih ada pori yang memungkinkan terjadinya perpindahan sitoplasma dan nukleus antara sel-sel tersebut sebagaimana terjadi pada hifa non septat.

Daftar Pustaka Campbell NA, Reece JB. 2008. Biologi. Ed ke-8. Jilid ke-2. Wulandari DT, Penerjemah; Hardani w, Andhika, editor. Jakarta(ID) : Erlangga. Dewi, R. S., & Aziz, S. (2011). Isolasi Rhizopus oligosporus pada beberapa inokulum tempe di Kabupaten Banyumas. Molekul, 6(2), 93-104. Fayaz F, Kamili AN, Hafiz BZ, Khan I, Dar GH. 2015. Abundance and diversity of major cultivable fungal flora of River Jhelum in Kashmir Himalaya. Journal of Ecology and the Natural Environment 7: 1-6. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Hartanti, A. T., Hanggopertiwi, A., & Gunawan, A. W. (2019). Identifikasi Morfologi Rhizopus pada Oncom Hitam dari Berbagai Daerah di Indonesia. Jurnal Mikologi Indonesia, 3(2), 75-83. Haryanti, S. (2019). Pengembangan Almari Penyimpanan Terstandar Untuk Perawatan Mikroskop di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta). Karimela, E. J., Ijong, F. G., & Dien, H. A. (2017). Karakteristik Staphylococcus aureus yang di isolasi dari ikan asap pinekuhe hasil olahan tradisional Kabupaten Sangihe. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 20(1), 188-198. Melliawati, R. (2015). Escherichia coli dalam kehidupan manusia. BioTrends, 4(1), 1014. Mulyani S. 2004. Jamur Pilobolus si Penembak Ulung. Jakarta(ID) : Erlangga. Muthiah, H., Dewi, W., & Sudjarwo, I. (2017). Pemanfaatan ekstrak etil asetat buah merah sebagai zat warna primer pada teknik pengecatan negatif kapsul bakteri Utilization of ethyl acetate extract of red fruit as primary negative staining substance for bacterial capsule. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 29(1). Nurhidayati, S., Faturrahman, F., & Ghazali, M. (2015). Deteksi bakteri patogen yang berasosiasi dengan Kappaphycus alvarezii (Doty) bergejala penyakit ice-ice. Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan, 1(2). Purnamasari, R., & Santi, D. R. (2017). Fisiologi Hewan. Pratomo, H. Kingdom Protozoa dan Filum Porifera. Rifai MA, Puryadi D. 2016. Glosarium Biologi. Jakarta (ID): Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Sambrook J. 2011. Molecular Clonning: A Laboratory Manual. New York (USA): Cold-Spring Harbor Laboratory. Sezen K, Demir I, Demirbag Z. 2014. Study of the bacterial flora as a biological control agent of Agelastica alni L. (Coleoptera: Chrysomelidae).

Suriana R. 2011. Morfometri dan keragaman genetik ulat sutera liar Cricula trifenestrata (Lepidoptera: Saturniidae). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Triplehon CA, Jhonson NE. 2015. Borror and delongs Introduction to the Study of Insect. Washington DC (US): Thomson Brooks Cole....


Similar Free PDFs