KEARIFAN LOKAL, ETIKA ARSITEK DAN LINGKUNGAN MENUJU HARMONISASI ARSITEKTUR BALI YANG KREATIF, ESTETIKA DAN TERPADU PDF

Title KEARIFAN LOKAL, ETIKA ARSITEK DAN LINGKUNGAN MENUJU HARMONISASI ARSITEKTUR BALI YANG KREATIF, ESTETIKA DAN TERPADU
Author I Kadek prana jaya
Pages 11
File Size 400.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 44
Total Views 272

Summary

Perencanaan dan Penataan Proceeding Seminar Nasional Kawasan terintegrasi KEARIFAN LOKAL, ETIKA ARSITEK DAN LINGKUNGAN MENUJU HARMONISASI ARSITEKTUR BALI YANG KREATIF, ESTETIKA DAN TERPADU I Kadek Pranajaya, ST., MT Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali Email: kparchitects@...


Description

Accelerat ing t he world's research.

KEARIFAN LOKAL, ETIKA ARSITEK DAN LINGKUNGAN MENUJU HARMONISASI ARSITEKTUR BALI YANG KREATIF, ESTETIKA DAN TERPADU I Kadek prana jaya I Kadek Pranajaya

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

SENASDAR - Seni, Desain dan Arsit ekt ur I Dewa Gede Agung Diasana Put ra, Dr. Ir. Ngakan Ket ut Acwin Dwijendra, ST, SDs, MA, IPU, ASE… keberlanjut an kearifan lokal.pdf Popi Puspit asari Arsit ekt ur Dalam Dinamika Ruang, Bent uk dan Budaya Ant ariksa Sudikno

Proceeding Seminar Nasional

Perencanaan dan Penataan Kawasan terintegrasi

KEARIFAN LOKAL, ETIKA ARSITEK DAN LINGKUNGAN MENUJU HARMONISASI ARSITEKTUR BALI YANG KREATIF, ESTETIKA DAN TERPADU I Kadek Pranajaya, ST., MT Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali Email: [email protected]

ABSTRAK Unsur yang akan selalu ada dalam proses penciptaan karya arsitektur adalah kreatifitas dan keindahan. Keindahan selalu menjadi latar belakang atau tuntutan dalam sebuah karya arsitektur. kreativitas selalu bergerak mengikuti perjalanan dan perkembangan arsitektur, namun tidak hanya ditujukan pada perwujudan fisik, melainkan terlebih pada suasana kehidupan manusia dan masyarakat sebagai pemakai beserta tata nilai yang dikandungnya. Selain mengutamakan keindahan dan kratifitas, kearifan lokal wajib diperhatikan bagi seorang arsitek dalam mendesain sebuah karya arsitektur. Kearifan lokal merupakan sebuah nilai luhur kebudayaan yang dimiliki masyarakat untuk selalu menghargai alam, lingkungan dan sosial budaya masyarakat setempat.Telah banyak kasus pelanggaran yang terjadi dalam praktek berarsitektur di Bali bahkan Kecenderungannya semakin menjadi. Dalam situasi ini etika membantu arsitek jangan sampai kehilangan orientasi dalam setiap perwujudan karya arsitektur dan harus diterapkan di dalam situasi konkrit, janganlah tenggelam dalam daya kekuatan arsitektur yang tak berwajah itu. Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam serta hubungan antara semua kehidupan alam semesta. Arsitek merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dengan lingkungan. Etika lingkungan bagi arsitek sangat penting dan merupakan kewajiban untuk menghormati, menghargai dan menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalam lingkungan, sehingga lingkungan tetap lestari. Kata kunci : Kearifan Lokal, Etika Arsitek dan Lingkungan 1.1. Pendahuluan Arsitektur sangat berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menjadi bukti untuk menelusuri perjalanan sejarah dan modal pengembangan karakter bangsa, karya arsitektur juga melambangkan kreativitas yang merupakan suatu perpaduan dari seni, budaya dan teknologi. Saat ini beberapa pihak telah banyak mendorong upaya pelestarian bangunan bersejarah, termasuk menjaga langgam arsitektur tradisional, kearifan lokal dan cara hidup masyarakat di masa lampau baik dalam pendekatan fisik dan nonfisik. Untuk pendekatan fisik misalnya membuat disain yang kontemporer dengan tetap menjaga nilai-nilai tradisional, penggunaan material lokal, perencanaan dan disain. Sementara untuk nonfisik misalnya melalui penciptaan even dan merumuskan kebijakan ruang publik. Arsitektur yang menjadi salah satu subsektor dari ekonomi kreatif diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan memberikan nilai tambah. Dengan cara mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan tetap memperhatikan kondisi sosial dan budaya masyarakat dalam perkembangan arsitektur yang memperhatikan kearifan lokal dan budaya, memperhatikan keseimbangan antara lingkungan dan nilai budaya dan sosial sebagai inspirasi bagi insan kreatif, mendukung pengembangan karya arsitektur yang memperhatikan kondisi alam dan lingkungan, mengedepankan konservasi lingkungan melalui karya arsitektur yang mengembangkan konsep arsitektur hijau (green architect), ramah lingkungan dan efisien. Arsitek merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dengan lingkungan. Sebagai makhluk hidup yang membutuhkan lingkungan, arsitek memiliki kewajiban untuk menghormati, menghargai dan menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalam lingkungan, sehingga lingkungan tetap lestari. Tidak semua arsitek memiliki komitmen seperti itu, beberapa arsitek telah menjadikan lahan ruang publik dan ruang terbuka hijau sebagai ajang Program Studi Magister Arsitektur Universitas Udayana

43

Proceeding Seminar Nasional

Perencanaan dan Penataan Kawasan terintegrasi

permainannya. Peraturan perundangan maupun Peraturan daerah tergeser oleh perubahan tata ruang telah bergeser menjadi tata uang. Belum lagi masuknya modal dari kota-kota besar di Indonesia dan pemodal asing dalam investasi di bidang pariwisata dan pembangunan properti, mereka datang dengan membawa arsitek dari kota dan negaranya sendiri tanpa melibatkan aritek lokal didalamnya. Perkembangan arsitektur modern di Bali saat ini, semata-mata berbasis pada rasionalitas estetika, efisiensi fungsi, formalisme dan international style dengan komersialisme dan konsumtivisme untuk menghasilkan suatu karya arsitektur yang arogan, tak kontekstual, dan eksploatatif sehingga mengabaikan kelestarian lingkungan. Banyak biro arsitek asing saat ini terlibat aktif perancangan arsitektur di Bali. Kehadiran mereka tidak bisa dipungkiri banyak membawa nuansa dan warna baru terhadap desain arsitektur di Bali, di antaranya menghadirkan nuansa modern yang disatukan dengan dengan muatan arsitektur lokal dengan gaya arsitektur bersifat universal yang menjadikan arsitektur bernuansa Bali tetapi modern, atau arsitektur dengan tampilan modern tetapi bercitra Bali. Hal ini disebabkan karena tuntutan investor, maka mereka menggunakan arsitek asing. Sisi positifnya adalah karya mereka menghadirkan sesuatu yang baru, memberi pengajaran dan ajakan kepada komunitas arsitek lokal untuk berani keluar dari belenggu dan pakem (kaidah) arsitektur yang konservatif, konvensional dan mengekang penjelajahan desain. Dari sisi negatifnya juga ada dan menggejala. Di antara mereka, ada yang datang dengan membawa gaya arsitektur modern dan universal yang berlebihan dan menafikan rupa arsitektur lokal. Terkadang arsitek bukan merancang arsitektur tetapi hanya merancang bangunan karena karyanya menjadikan disharmoni, rupa bangunan tanpa ekspresi lokal, ruang menjadi individual hilang komunalitas dan kebersamaan rasa ruang. Banyak pembangunan proyek villa mengorbankan aliran subak yang telah menjadi warisan nenek moyang kita, jalan lingkungan menuju pura di desa-desa menjadi terputus atau aksesnya menjadi sulit hanya untuk keangkuhan bangunan villa, pantai menjadi privat sehingga terbatasnya akses dan ruang untuk masyarakat untuk berwisata bahakan ritual melasti pun terkadang terhalangi.Akibatnya sering terjadi konflik antara investor dan masayarakat setempat. Arsitek yang rancangannya mengakibatkan disharmoni seperti ini seharusnya wajib dikecam dan diberi sanksi oleh pemerintah melalui organisasi profesi yang diakui di Indonesia yaitu IAI dengan kode etik yang mengatur etika dalam berprofesi. Saat ini banyak arsitek yang memahami etika, keberpihakan dan aspek hukum. Namun, karena dijepit oleh tekanan ekonomi ditunjang oleh sistem yang tidak kondusif untuk beridealisasi, akhirnya banyak yang tunduk demi survive kondisi ekonominya. Problem belum stabilnya kondisi ekonomi para arsitek di Bali menjadikan kode etik profesi arsitek sebagai standar norma yang sepertinya hanya di awang-awang dan tidak acceptable untuk dihayati agar menjadi arsitek yang berdedikasi dan berintegritas. Ini adalah realitas soal integritas mayoritas arsitek di Bali. Bila arsitek bekerja dengan penuh dedikasi dan integritas, terkadang seringkali sulit mendapatkan proyek atau pekerjaan. Ini dikarenakan realitas pasar yang sering memihak pada arsitek yang karena tekanan ekonomi bekerja saling menyerobot proyek, dengan standar fee yang lebih rendah bahkan sangat rendah daripada yang mestinya berlaku,, selain itu seringkali merupakan pesanan dari client/owner yang menginginkan arsitektur seperti itu. Berdasarkan hal tersebut, sudah saatnya pembangunan di Bali berakar pada keragaman kekayaan alam, keunikan budaya lokal, dan menghargai komunitas, tanpa meninggalkan konsep dan elemen modernitas serta berdasarkan etika dan kesantuanan yang ada. Kearifan lokal berupa keselarasan interaksi manusia dengan lingkungan, yang disinergikan dengan kekayaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, akan menghasilkan kekuatan fusi arsitektur dari apa yang disebut arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) 1.2. Tujuan Penulisan Makalah 1. Untuk mendapatkan pemikiran mendalam mengenai kearifan lokal dan etika yang mendukung kelestarian budaya, tata lingkungan, arsitektur dan alam. 2. Aturan dan etika yang mengarahkan kreativitas arsitek untuk mendukung pelestarian kebudayaan, arsitektur dan alam secara berkelanjutan. 3. Memberikan masukan bagi seluruh arsitek agar memiliki kesantunan dalam berprofesi sebagai arsitek dengan memegang kode etik sebagai dasar dalam mendesain Program Studi Magister Arsitektur Universitas Udayana

44

Proceeding Seminar Nasional

Perencanaan dan Penataan Kawasan terintegrasi

1.3. Estetika, Inovasi dan Kreatifitas Arsitek, bukan Egoisme Arsitek Hasil karya arsitektur tentunya memiliki nilai ekonomis yang berbeda satu dengan lainnya, nilai ekonomis sebuah bangunan berbanding lurus dengan kreatifitas sang arsitek dalam merancang bangunan tersebut. Arsitektur memang gabungan bidang keteknikan dan seni. Keteknikan bersifat sangat obyektif, praktis dan rasional. Sedangkan seni bersifat sangat subyektif dan imajinatif, sehingga seorang arsitek dapat bersifat rasional atau irasional di dalam melakukan pendekatanpendekatan dalam merancang. Bagaimanapun pendekatannya, yang penting dia dapat mengembangkan proses kreatif selancar dan se-intens, serta tentunya dapat memuaskan dirinya dan orang lain. Satu kompleksitas kreativitas mau tidak mau harus selalu bergerak mengikuti perjalanan dan perkembangan arsitektur, dalam pengertian menyeluruh dan totalitas, menyangkut wadah dan isi, tidak hanya ditujukan pada pembangunan fisik saja berupa gedung-gedung, melainkan terlebih pada suasana kehidupan manusia dan masyarakat sebagai pemakai, pengunjung beserta tata nilai yang dikandungnya. Kreativitas di dalam arsitektur seringkali diwujudkan dalam pengolahan bentuk fisik bangunan yang aneh dan menarik perhatian. Semakin aneh dan menarik perhatian bentuk yang dihasilkan, semakin kreatiflah si arsitek itu dianggap oleh diri dan lingkungannya. Pemaknaan kreativitas sebagai kemampuan pengolahan bentuk semata, seperti dijelaskan di atas, sebenarnya merupakan sebuah pandangan yang memaknai kreativitas secara sempit. Kerangka pikir ini akhirnya mengarahkan para arsitek untuk berlomba-lomba mencari bentuk-bentuk baru yang rumit, menarik perhatian dan mencengangkan. Sebaliknya, mereka tampaknya tidak terlalu peduli apakah bentukbentuk yang baru itu memiliki makna yang dipahami oleh masyarakat ataukah tidak. Padahal, masyarakatlah yang sehari-hari akan berinteraksi dengan bangunan yang mereka rancang. Sebaliknya, sang arsitek mungkin hanya satu dua kali, atau mungkin tidak pernah lagi mengunjungi bangunan yang dirancangnya. Dengan demikian, ia tentu tidak akan pernah menyadari dampak apa yang ditimbulkan oleh bangunan yang dirancangnya kepada orang lain. Kreativitas bisa jadi bukanlah sebutan yang tepat bagi sebuah tindakan penonjolan bentuk fisik sebuah obyek arsitektur, terlebih jika hal itu dibingkai pula oleh ketidakpedulian si arsitek akan dampak tindakannya di kemudian hari. Tidak jarang pula terjadi, arsitek bahkan tidak menyadari apakah kreativitas yang ia miliki dan ia wujudkan dalam bentuk-bentuk yang aneh itu merupakan cerminan dari idealisme-nya sebagai arsitek, ataukah egoisme-nya yang ingin diakui, dikenal dan dihargai. Idealisme hadir sebagai wujud pertanggungjawaban dari latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Di dunia yang majemuk ini, tampaknya para arsitek harus dapat menarik garis tegas untuk memisahkan egoisme mereka dengan dealisme dalam berarsitektur, terutama untuk hal-hal yang dianggap membenturkan kreativitas. Ada kalanya arsitek perlu belajar untuk lebih banyak mendengar, merasakan, berempati dan mengakui bahwa sebagai manusia, mereka juga memiliki kekurangan. Dengan demikian, mereka tidak akan memaksakan, dengan alasan kreativitas, untuk menghadirkan bentuk-bentuk arsitektural yang bisa jadi hanya baik di mata mereka sendiri, bukan di mata masyarakat banyak. Kreativitas yang dimiliki si arsitek tidak selalu harus diukur dengan seberapa terkenalnya mereka di masyarakat, fenomena yang berbeda tampak saat ini, di mana kebanyakan arsitek berlomba-lomba untuk dikenal padahal belum tentu dapat menghasilkan karya yang layak disebut sebagai sebuah karya arsitektur. Kreativitas ternyata bukanlah sesuatu yang harus selalu terbentur oleh batasan yang ada. Kreativitas justru hadir di tempat-tempat di mana batasan itu ada, bukan untuk menerobosnya, melainkan untuk mengolah secara optimal segala sesuatu yang ada di dalam batasan itu menjadi lebih berdaya guna. Agar proses kreatif dapat berjalan dengan baik. Bentuk itu ditemukan, bukan diciptakan oleh kita, dalam konteks berarsitektur, segala bentuk yang berkaitan dengan Program Studi Magister Arsitektur Universitas Udayana

45

Proceeding Seminar Nasional

Perencanaan dan Penataan Kawasan terintegrasi

manusia dialam semesta ini sebenarnya telah diciptakan oleh Tuhan, tugas kita tinggal memilah yang paling sesuai dengan kebutuhan. Kedua bahwa proses ber-arsitektur adalah suatu proses merancang melalui eksplorasi bentuk, mengubah, mempertimbangkan, menyimpulkan, mengubah dan seterusnya, sampai akhirnya diputuskan bentuk-bentuk yang ditemukan menjadi suatu keputusan rancangan yang final. Inovasi sendiri bagi arsitek adalah pengenalan dari sesuatu yang baru. Inovasi sebagai konsep yang baru dikenalkan kepada kita dan kemungkinan besar belum terjadi atau sedang terjadi. pendukungnya. Biaya yang terbatas merupakan tantangan arsitek dalam mewujudkan inovasi dan kreatifitas ide yang lebih estetik, sedangkan kemajuan teknologi yang pesat memungkinkan manusia untuk berinovasi dalam temuan baru dalam arsitektur. Modern bukan sekedar gaya saja tetapi juga merupakan cara berpikir dan sikap keseharian kita. Dalam konteks hunian, unsur modern masih sangat dominan dan mengalami pengembangan sesuai dengan apresiasi desainer dan pemilik hunian. Kreativitas bisa jadi bukanlah sebutan yang tepat bagi sebuah tindakan penonjolan bentuk fisik sebuah obyek arsitektur, terlebih jika hal itu dibingkai pula oleh ketidakpedulian si arsitek akan dampak tindakannya di kemudian hari, apakah sudah sesuai dengan peraturan bangunan setempat, apakah sudah mengadopsi arsitektur Bali. Tidak jarang pula terjadi, arsitek bahkan tidak menyadari apakah kreativitas yang ia miliki dan ia wujudkan dalam bentuk-bentuk yang aneh itu merupakan cerminan dari idealisme-nya sebagai arsitek, ataukah egoisme-nya yang ingin diakui, dikenal dan dihargai. Idealisme hadir sebagai wujud pertanggungjawaban dari latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Di dunia yang majemuk ini, tampaknya para arsitek harus dapat menarik garis tegas untuk memisahkan egoisme mereka dengan idealisme dalam berarsitektur, terutama untuk hal-hal yang dianggap membenturkan kreativitas tanpa meperhatikan peraturan yang telah ditetapkan. Ada kalanya arsitek perlu belajar untuk lebih banyak mendengar, merasakan, berempati dan mengakui bahwa sebagai manusia, mereka juga memiliki kekurangan. Dengan demikian, mereka tidak akan memaksakan, dengan alasan kreativitas, untuk menghadirkan bentuk-bentuk arsitektural yang bisa jadi hanya baik di mata mereka sendiri, bukan di mata masyarakat Bali. Mewujudkan kreatifitas dalam arsitektur Bali sebenarnya tidak sulit, tinggal kita sendiri mau mengolahnya dan tidak terlalu terbelenggu dengan arsitektur dari luar. 1.4. Kearifan Lokal dalam Arsitektur Yang Berkesinambungan Local wisdom atau kearifan lokal memiliki arti sebagai bentuk kearifan yang berasal dari daerah setempat yang berkaitan dengan sosio-budaya, sosio-ekonomi maupun sosio-ekologi yang terjadi pada masyarakat. Lokal wisdom saat ini sebagai salah satu solusi sebagai bentuk kebijakan atau kearifan lokal guna mengimbangi atau menanggulangi derasnya dampak globalisasi. Kearifan lokal dalam bidang arsitektur upaya penggalian kearifan lokal yang dimiliki dan dijalankan oleh suatu kelompok masyarakat dalam bentuk kebijakan yang terdiri dari tata-bangunan dan tata lingkungan yang ada. Salah satu tujuan penggalian nilai-nilai local wisdom tersebut adalah untuk keserasian dan berlanjutan lingkungan. Upaya penggalian nilai-nilai kearifan lokal dalam bidang arsitektur bukan sebatas penggalian bagaimana atau cara-cara solusi cerdas tanpa diimbangi bagaimana cara-cara solusi arif dan bijaksana. Sehingga penyelesaian masalah yang kita hadapi dalam kehidupan seharihari bukan saja mendapatkan jawaban smart (cerdas) tetapi juga sekaligus jawaban yang wisdom (arif) sehingga dapat berdampak pada keserasian dan keberlanjutan pada generasi penerus di masa yang akan datang. Penggalian nilai-nilai kearifan lokal pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari tata sosialbudaya masyarakat setempat, tata sosial-ekonomi warga masyarakat setempat hingga tata kelola social-ekologi lingkungan di mana masyarakat setempat berada. Khusus dalam bidang arsitektur, maka upaya penggalian nilai-nilai lokal wisdom akan berhubungan dengan tata kelola dari perencanaan/ perancangan bangunan, proses pendirian bangunan, perencanaan tata lingkungan sekitar dan tata kelola lingkungan alam sekitar. Kearifan lokal merupakan sebuah nilai luhur kebudayaan yang dimiliki masyarakat untuk selalu menghargai alam dan lingkungannya. Penyediaan ruang terbuka hijau harus benar-benar diperhatikan guna menyeimbangi tanah yang ditutup oleh beton, yang dipadukan dengan konsep tidak tersekatnya antara ruang dalam dan ruang terbuka hijau tersebut, sehingga menimbulkan suasana yang menyatu dengan alam sekitar untuk menjaga keharmonisan Program Studi Magister Arsitektur Universitas Udayana

46

Proceeding Seminar Nasional

Perencanaan dan Penataan Kawasan terintegrasi

dengan alam. Selain guna menjaga keharmonisan, rancangan tanpa sekat tersebut atau perbanyak bukaan juga sangat menguntungkan bagi sebuah hunian di iklim tropis untuk sirkulasi udara dan cahaya. Penggunaan material-material juga layak dioptimalkan, seperti penggunaan kembali bahanbahan alam atau material-material yang masih layak pakai. Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral. Kearifan lokal telah menjadi tradisi, fisik, budaya, dan secara turun-temurun menjadi dasar dalam membentuk bangunan dan lingkungannya, yang diwujudkan dalam sebuah warisan budaya arsitektur perkotaan. Kearifan lokal sudah mengatur harmonisasi antara kebutuhan teknologi, bahan bangunan, desain, tata letak, dengan kemampuan alam. Harmonisasi dicapai oleh masyarakat tradisional dengan terlebih dahulu mengenal dan memahami dengan baik kondisi lingkungannya. Masyarakat tradisional sangat menguasai konsep ekologi dimana mereka hidup. Mereka mengetahui dengan baik interaksi antara makhuk hidup dengan lingkungan biotik dan abiotiknya, sehingga tercipta kehidupan yang seimbang, serasi dan selaras (Frick 1998). Arsitektur yang bagus adalah sebuah arsitektur yang berkonsep dan menyatu dengan alam. Dimana semuanya di desain berkesan alami dan banyak memakai bahan-bahan dari alam sekitar dengan mengusung tema history, cultural heritage, scientists dan lainnya. Kearifan lokal sekarang banyak menjadi sumber inspirasi desain. Keunikan dan ciri khas suatu karya akan menjadi nilai tambah dan kekuatan untuk menghadapi era global yang kompetitif. Salah satu sumber keunikan itu bisa digali dari budaya dan kearifan lokal itu sendiri. 1.5. Etika Berarsitektur Harus Dipegang Teguh Oleh Arsitek Dalam...


Similar Free PDFs