Kebudayaan Tolaki PDF

Title Kebudayaan Tolaki
Author La Ode Yusran Syarif
Pages 431
File Size 58.8 MB
File Type PDF
Total Downloads 35
Total Views 68

Summary

KEBUDAYAAN TOLAKl TIDAK DIPERJUALBELIKAN Proyek Bahan Pustaka Lokal Konten Berbasis Etnis Nusantara Perpustakaan Nasional, 2011 SERI ETNOGRAFI INDONESIA NO: 3 KEBUDAYAAN TOLAKI oleh Abdurrauf Tarimana Perpustakaan Nasional Balai Pustaka Republik Indonesia Perum Penerbitan dan Percetakan BALAI PUSTA...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Kebudayaan Tolaki La Ode Yusran Syarif

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

RAHMAWAT I LAODE YUSRI LAODE BALAWA ANDI HERLINA NUR WUROIDAT IL HAMRO ASRIF SY… asikin muhammad Nilai dan Makna Moanggo pada Orang Tolaki di Sulawesi Tenggara Idaman Idaman Alwi MIT OS OHEO DAN ASAS HUBUNGAN DALAM KONSEP O RAPU: Menguak Posisi Perempuan dalam Kelu… Heksa B P Hast ut i

KEBUDAYAAN

TOLAKl

TIDAK DIPERJUALBELIKAN Proyek Bahan Pustaka Lokal Konten Berbasis Etnis Nusantara Perpustakaan Nasional, 2011

SERI ETNOGRAFI INDONESIA NO: 3

KEBUDAYAAN TOLAKI

oleh Abdurrauf Tarimana

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Balai Pustaka

Perum Penerbitan dan Percetakan BALAI PUSTAKA BP No. 3444 CL-04 Hak pengarang dilindungi undang-undang Cetakan pertama Cetakan kedua

301.2 Tar k

- 1989 - 1993

Tariiuana, A b d u r r a u f Kebudayaan Tolaki / oleh Abdurrauf Tarimana. — cet 2. — Jakarta : Baiai Pustaka, 1993. X, 423 hlm. : ilus. ; bibl. ; indeks. ; 21 cm. — (Seri BP no. 3444). (Seri Etnografi Indonesia no. 3) 1. Kebudayaan Indonesia-Tolaki. I. Judul. II. Seri. ISBN

979 — 4 0 7 — 1 9 6 — X

Perancang kulit: Koenljaraningrat

KATA PENGANTAR

Kalo adalah sentra dari keterpaduan segala unsur kebudayaan suku bangsa Tolaki yang diam di wilayah daratan propinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di kabupaten Kendari d a n Kolaha. Sebenarnya Kalo adalah lambang yang tetap d i p a n d a n g keramat dan sakral oleh semua anggota suku bangsa tadi, d a n selalu tampil dalam berbagai bentuk upacara ritual. Bagi mereka, Kalo mencangkup seluruh p e r w u j u d a n adat istiadat, mulai dari sistem kehidupan sosial - ekonomi yang bercorak tradisional, sistem budaya yang menyangkut bahasa, seni dan keagamaan, sampai pada sistem pengkonsepsian untuk m e m a n d a n g manusia dalam kaitan eratnya dengan alam semesta. Usaha membedah kebudayaan suku bangsa Tolaki oleh A. Tarim a n a pantas kita hargai. M a n f a a t n y a akan besar sekali demi kepentingan nasional. Setidak-tidaknya, pembaca akan tahu bahwa ternyata ada suku bangsa Tolaki yang berdiam di Sulawesi sebagai salah satu dari sekian ratus suku bangsa yang memadu dalam bangsa Indonesia. Bagaimanapun, kebudayaan suku bangsa Tolaki adalah kebu dayaan bangsa Indonesia juga. Balai Pustaka

5

SERI E T N O G R A F I INDONESIA

Sudah Terbii. 1. Dr. Junus Melalatoa, Kebudayaan Gayo (1982) 2. P r o f . Dr. Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (1984) 3. Dr. Abdurrauf Tarimana, Kebudayaan Tolaki (1989) Akan

Terbit:

P r o f . Dr. Koentjaraningrat, Kebudayaan-Kebudayaan di Irian Jaya. P r o f . Dr. Ny. Tapiomas Ichromi, Dr. H. Nooy-Palm, Dra. Ny. Priyanti P a k a n , Kebudayaan Toraja. Dr. S. Ekojati, Kebudayaan Sunda. Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus, Kebudayaan Bati. Drs. Hans Daeng, Kebudayaan-Kebudayaan di Flores.

6

Untuk: Kedua Almarhum Ayah dan Ibu yang tercinta, Istri yang kekasih, dan Anak-anakku, harapanku.

7

PRAKATA

Ketika saya mengantar Dr. P.M. Lawalata ke lapangan terbang Wolter Mongonsidi hendak kembali ke U j u n g P a n d a n g setelah mengajar seminggu lamanya di Universitas Haluoleo di Kendari, beliau m e n g a n j u r k a n saya untuk menemui Professor Dr. Koentjaraningrat dengan maksud studi promosi dalam bidang antropologi pada Universitas Indonesia di J a k a r t a . Atas a n j u r a n itu saya ke Jakarta dan berhasil dapat menemui Professor Dr. Koentjaraningrat pada akhir Desember 1976. Sebelumnya saya tidak kenal beliau secara langsung kecuali melalui karya-karya tulis beliau. Saya mulai belajar pada Jurusan Antropologi Fakultas Sastra UI pada 28 Pebruari 1977 berdasarkan panggilan beliau selaku Ketua Jurusan Antropologi pada waktu itu. P a d a 10 Januari 1979 saya dinyatakan oleh Ketua Jurusan Antropologi telah memenuhi syarat untuk meneruskan studi d o k t o r ini. Saya kembali ke Kendari m e n g a d a k a n penelitian lapangan. Mulai menulis disertasi ini sejak awal 1980 atas bimbingan beliau bersama Dr. Parsudi Suparlan mulai September 1981. Sebelum disertasi ini selesai ditulis, Ketua P r o m o t o r memberi kesempatan kepada saya untuk memperluas pengetahuan saya dalam sub bidang antropologi simbolik di bawah bimbingan Professor Dr. J . J . Fox, Professorial

Fellow Research School of Pasific Sludies Deparlmenl of Anthropology, A N U , C a n b e r r a , Auslralia selama tiga bulan mulai 11 Oktober 1982 sampai 10 Januari 1983, yang beliau bertindak membimbing saya selaku anggota p r o m o t o r . T a n p a beliau-beliau selaku p r o m o t o r adalah tidak mungkin disertasi ini berwujud seperti ini, sehingga saya secara sadar sungguh-sungguh merasa berutang budi yang tidak dapat dibalas dengan bentuk apa pun, 9

kecuali ucapan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Selama studi lebih kurang empat semester di J u r u s a n Antropologi tersebut di atas, saya telah secara langsung m e n d a p a t k a n t a m b a h a n pengetahuan dari Professor Dr. K o e n t j a r a n i n g r a t , Professor Dr. H a r s j a W. Bachtiar, Dr. S. Budhisantoso, Dr. J. Vredenbregt, Dr. Parsudi Suparlan, Dr. Nico Kalangi, Dr. E . K . M . Masinambouw, Dr. M. J u n u s Melalatoa, Dra. Meutia Swasono, Drs. Suleiman, Drs. A m r i Marsali, M . A . , dan D r a . Yamine, M . A . ; Beliau-beliau inilah yang memberikan dasar-dasar pengetahuan saya sehubungan dengan disertasi ini, sehingga sudah sewajarnya jikalau saya pada saat ini m e n g h a t u r k a n banyak terima kasih. Jasa-jasa baik dari para karyawan P e r p u s t a k a a n Fakultas Sastra dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial UI, Museum Pusat, dan Arsip Nasional di J a k a r t a , Perpustakaan Pusat U N H A S di U j u n g Pandang, Perpustakaan U N H A L U di Kendari, dan terakhir pada Australian National University Library, A N U , di C a n b e r r a , semuanya turut menentukan penyelesaian disertasi ini. Kepada mereka saya mengirimkan salam dan terima kasih. Demikian juga Letjen Edy Sabara selaku G u b e r n u r Kepala Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara, yang saya adalah staf beliau, telah memberikan izin tugas belajar program d o k t o r ini berikut bantuan biaya dalam meringankan beban biaya sendiri; demikian pula G u b e r n u r Anumerta Drs. Abdullah Silondae yang saat itu selaku Rektor Universitas Haluoleo, dan Drs. La Ode Malim, Rektor Universitas Haluoleo berikutnya, yang saya pada waktu itu adalah dosen tetap dalam statusnya sebagai universitas swasta, telah memberikan izin tugas belajar ini berikut fasilitas yang ada. T a n p a ketiga beliau ini adalah mustahil bagi saya untuk menyusun disertasi ini, sehingga sudah seyogyanya saya sebagai anak mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setinggi-tingginya terhadap mereka sebagai orang tua. Kepada pimpinan Universitas Haluoleo Negeri, Professor E. Agussalim M o k o d o m p i t , M . A . , yang telah memberikan izin meninggalkan 10

lugas untuk pergi ke Australia dalam rangka studi ini tak lupa saya menghaturkan banyak terima kasih yang tak terhingga. Akhirnya kepada kawan-kawan mahasiswa dalam 1KA jurusan Antropologi Fakultas Sastra UI yang telah memberikan partisipasinya kepada saya selama di J a k a r t a , dan para mahasiswa U N H A L U yang telah m e m b a n t u saya dalam penelitian lapangan di Kendari dan di Kolaka, serta loyalitas dari kawan-kawan mahasiswa ANU di C a n b e r r a asal Indonesia, bagi saya adalah sangat berharga yang tidak dapai saya balas. J a k a r t a , 19 Agustus 1985 A.T.

I1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PRAKATA

5 9

I. P E N D A H U L U A N

19

1. Latar Belakang 2. Fokus d a n R u a n g Lingkup 3. Kerangka Teori d a n Konsep-Konsep yang Digunakan 4. Studi L a p a n g a n 5. Uraian Singkat Isi Disertasi II. G A M B A R A N U M U M 1. Lingkungan Alam Sulawesi Tenggara 2. Asal Mula d a n Persebaran Orang Tolaki 2.1. Asal Mula O r a n g Tolaki d a n Berdirinya Kerajaan 2.2. Wilayah Persebaran Orang Tolaki 3. Administrasi Pemerintafian di Sulawesi Tenggara . . 3.1. P e m e r i n t a h a n Z a m a n Kolonial Belanda d a n • P e n d u d u k a n Jepang 3.2. Administrasi Pemerintahan di Sulawesi Tenggara Dewasa ini 4. K e p e n d u d u k a n di Sulawesi Tenggara 5. H u b u n g a n O r a n g Tolaki dengan Suku-Suku Bangsa Lain di Indonesia III. B A H A S A T O L A K I

19 20 25 37 44 46 46 50 50 54 55 55 58 61 63 66

1. Beberapa Ciri Khas Bahasa Tolaki

66 13

PNRI

2. Bahasa Tolaki d a n Persebarannya 3. P e n g g u n a a n Bahasa Tolaki dan Sistem Penggolongannya 4. Bahasa Tolaki sebagai Alat Ekspresi dan Komunikasi dan H u b u n g a n n y a dengan Kalo IV. M A T A P E N C A H A R I A N O R A N G T O L A K I

TEKNOLOGI

TRADISIONAL

74

78 79 79 82 83 85 88 89 92 94 95

ORANG

TOLAKI 1. 2. 3. 4. 5.

70

78

1. C o r a k Kehidupan E k o n o m i 2. Bercocok T a n a m , Berburu d a n Beternak, serta Meramu 2.1. Bercocok T a n a m di L a d a n g 2.2. M e n a n a m Padi di Sawah 2.3. Berkebun T a n a m a n J a n g k a P a n j a n g 2.4. Berburu d a n Beternak 2.5. M e r a m u 3. Konsep Pemilikan 4. T u k a r M e n u k a r dan Redistribusi 5. Integrasi Berbagai Sistem E k o n o m i 6. Asas Mata Pencaharian Orang Tolaki dan H u b u n g annya dengan Kalo V. SISTEM

70

98

Jenis Alat-alat Bahan Dasar P e m b u a t a n dari Tiap Alat-Peralatan . Teknik P e m b u a t a n dari Alat-Peralatan Bentuk dari Tiap Alat-Peralatan Asas Teknologi Tradisional O r a n g Tolaki dan H u b u n g a n n y a dengan Kalo

VI. O R G A N I S A S I S O S I A L O R A N G T O L A K I 1. Sistem Kekerabatan 1.1. Tipe Sistem Kekerabatan Orang Tolaki 1.2. Keluarga Inti dan Kelompok Kekerabatan . . . . 1.3. Lingkaran H i d u p 1. Kelahiran 14 PNRI

98 102 103 104 106 108 108 108 116 124 124

2. P e r k a w i n a n 3. Kematian 2. Sistem Politik dan Stratifikasi Sosial 2.1. Organisasi Politik K e r a j a a n 2.2. Komuniti dan Pola P e m u k i m a n 2.3. Stratifikasi Sosial Tradisional d a n Masa Kini .

141 166 179 179 193 198

3. Sistem Kekerabatan d a n Organisasi Politik dan Stratifikasi Sosial Orang Tolaki dan H u b u n g a n n y a dengan Kalo 204 3.1. P e r a n a n Kalo dalam U p a c a r a 205 3.2. P a n d a n g a n - p a n d a n g a n Orang Tolaki terhadap Kalo sebagai Simbol 206 VII. K O S M O L O G I D A N S I S T E M K E A G A M A A N

217

1. Alam Semesta dan Isinya, dan Asal Manusia 2. T u h a n , Dewa, dan Manusia 3. Dunia Nyata d a n Dunia Gaib: Kekuatan Sakti dan Kekuatan Sosial 3.1. Konsepsi Orang Tolaki Mengenai Kekuatan Sakti 3.2. Konsepsi Orang Tolaki mengenai Kekuatan Sosial

217 226

234

4. U p a c a r a - U p a c a r a Keagamaan 4.1. Sistem U p a c a r a Keagamaan Orang Tolaki . . . . 4.2. Fungsi U p a c a r a p a d a Orang Tolaki

235 235 239

231 232

5. H u b u n g a n A n t a r a Kosmologi dan Sistem Keagamaan Orang Tolaki dengan Kalo 241 6. A g a m a Islam dan Lain-lain A g a m a di Sulawesi Tenggara 243 VIII. K E S E N I A N T R A D I S I O N A L O R A N G T O L A K I . . . .

245

1. Seni Sebagai Ekspresi Keagamaan 2. Prinsip-prinsip P e n a t a a n dan Perhiasan R u a n g . . . . 3. Bentuk-bentuk Kesenian 3.1. Seni Disain dan Seni Rias Tradisional

245 247 255 255 15

PNRI

3.2. Seni Vokal, Seni Instrumental, dan Seni Sastra Tradisional 256 3.3. Seni Tari Tradisional 258 4. H u b u n g a n A n t a r a Kesenian O r a n g Tolaki dengan Kalo 261 IX.

KLASIFIKASI S I M B O L I K D A L A M K E B U D A Y A A N TOLAKI 1. Klasifikasi D u a 1.1. Klasifikasi 1.2. Klasifikasi 1.3. Klasifikasi 1.4. Klasifikasi tumbuhan 1.5. Klasifikasi an

262 263 Dua p a d a Manusia 263 Dua p a d a A l a m 267 Dua p a d a Masyarakat 271 D u a pada Binatang dan T u m b u h 274 Dua p a d a P e k e r j a a n d a n Permain..276

2. Lain-lain Klasifikasi Simbolik: Klasifikasi Tiga d a n Klasifikasi Lima 277 3. Percerminan Klasifikasi D u a , Klasifikasi Tiga, dan Klasifikasi Lima p a d a Kalo 279 X. F U N G S I K A L O

283

1. Kalo Sebagai Ide dalam Kebudayaan d a n Sebagai Kenyataan dalam Kehidupan Orang Tolaki 2. Kalo sebagai Fokus dan Pengintegrasi Unsur-unsur Kebudayaan Tolaki 3. Kalo sebagai P e d o m a n H i d u p untuk Terciptanya Ketertiban Sosial dan Moral 4. Kalo sebagai Pemersatu u n t u k pertentangan Konseptual dan Sosial dalam Kebudayaan Tolaki d a n dalam Kehidupannya XI. RINGKASAN DAN P E N U T U P

283 288 293

294 298

BIBLIOGRAFI

313

LAMPIRAN-LAMPIRAN

331

16 PNRI

LAMPIRAN

LAMPIRAN

I : Beberapa Mitos 1. Mitos O h e o 2. Mitos Wekoila 3. Mitos O n g g a b o 4. Mitos P a s a ' e n o

331 331 340 341 345

II : Bunyi Bahasa Tolaki 1. Bunyi Vokal 2. K o n s o n a n

347 347 348

LAMPIRAN

III : Ciri-ciri M o r f o l o g i d a n Semantik

LAMPIRAN

IV : Struktur Kalimat

LAMPIRAN

LAMPIRAN

348 .' 355

V : C o n t o h Kata d a n Kalimat dalam Bahasa Tolaki yang M e n u n j u k k a n Ciri-ciri Penggolongan Bahasa Tolaki 1. Penggolongan Bahasa Tolaki Menurut Lapisan Sosial Pemakainya . 2. Beberapa C o n t o h Kata dan Kalimat yang Biasa Dipakai oleh Seseorang Orang tua, Ulama, J u r u Bicara A d a t , d a n Seorang D u k u n VI : Doa-doa

Membuat

dan

357

358

Memasang

Jerat LAMPIRAN

357

359

VII : D o a Memasang Cincin Hidung Kerbau

360

L A M P I R A N VIII : Kerangka Teknologi Orang Tolaki . . .

362

L A M P I R A N I X . A : P a r a d i g m a Istilah Kekerabatan dalam Bahasa Tolaki

368

L A M P I R A N I X . B : Keterangan L a m p i r a n I X . A

372

LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN

X : Mantera M e m a n d i k a n U p a c a r a Kelahiran

Bayi

dalam 374

XI : Dialog D u a J u r u Bicara dalam Upacara Perkawinan

374

XII : Bunyi A k a d Nikah, Ijab Qabul, dan Ta'lik

381 17

PNRI

L A M P I R A N XIII : Kata-kata P a m i t a n O r a n g Meninggal dengan Keluarga yang Ditinggal (Disampaikan oleh Keluarga Dekatnya) .

382

L A M P I R A N XIV : Kata-kata P e n y a m b u t a n T e r h a d a p Pengantin P e r e m p u a n oleh Pihak Mertuanya

384

LAMPIRAN

XV : Teks P e n y u m p a h a n Seorang Mokole (Raja)

385

L A M P I R A N XVI : Kata-kata P e n y a m b u t a n Seorang R a j a

387

L A M P I R A N XVII : M a n t e r a - m a n t e r a Bagi K e m a k m u r a n d a n Kesejahteraan Negeri d a n Penduduknya

388

GLOSARI INDEKS DAFTAR NAMA INFORMAN

396 415 423

18 PNRI

I

PENDAHULUAN

1. L A T A R B E L A K A N G Kalau ditinjau bibliografi Kennedy, akan tampak bahwa karangan-karangan tentang manusia dan kebudayaan di Indonesia sangat banyak. N a m u n kalau bibliografi itu ditinjau lebih mendalam akan t a m p a k bahwa amat banyak karangan mengenai kebudayaan suku-suku bangsa tertentu, tetapi sangat kurang mengenai kebudayaan beberapa suku bangsa lain tertentu. Di antara kebudayaan suku-suku bangsa yang kurang dideskripsi adalah kebudayaan suku bangsa Tolaki. Dalam bibliografi Kennedy hanya disebut 14 judul mengenai kebudayaan Tolaki.*) Dalam zaman p e m b a n g u n a n di negara kita dewasa ini kita masih merasakan kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia ini. Sumber untuk pengetahuan itu adalah tulisan etnografi, terutama etnografi yang ditulis sekarang. Dalam rangka apa yang terurai di atas, pengetahuan mendalam mengenai kebudayaan Tolaki, ialah salah satu di antara suku-suku bangsa di Indonesia yang kini kurang dikenal, menjadi sangat penting. Orang Tolaki yang akan dibicarakan di sini adalah suatu suku bangsa yang mendiami wilayah-wilayah daratan dari Kabupaten Kendari d a n Kabupaten Kolaka, yaitu dua kabupaten dari empat kabupaten di Propinsi Sulawesi Tenggara. Dua kabupaten lainnya adalah Kabupaten Buton dan Kabupaten M u n a yang terletak di

*) Lihat R. 116-117)

Kennedy, el al.,

Bibliography of Indonesian Peoples and Cuhures (1955:

19 PNRI

bagian kepulauan dari propinsi ini. Orang Tolaki, baik mereka yang tinggal di desa-desa dan hidup dari bertani tradisional, maupun mereka yang tinggal di kota dan hidup sebagai pegawai atau sebagai pengusaha, sampai sekarang rupa-rupanya masih memandang penting dalam kebudayaannya suatu lambang pusat yang keramat yang disebut kalo. Dalam menyusun etnografi mengenai kebudayaan Tolaki ini, saya akan secara khusus memberi perhatian kepada lambang yang keramat ini.

2. FOKUS DAN RUANG L I N G K U P Hal yang ingin saya tunjukkan adalah, sampai berapa jauh kalo dalam kebudayaan Tolaki dapat dianggap sebagai pusat yang mengaitkan menjadi satu, unsur-unsur yang ada dalam kebudayaan Tolaki sebagai suatu sistem yang terintegrasi. Saya ingin menunjukkan proses pengintegrasian itu pada tingkat-tingkat yang berbeda-beda dan lapangan yang berbeda-beda seperti lapangan sosial, ekonomi dan politik. Kemudian saya juga ingin menunjukkan fungsi kalo dalam kehidupan upacara dan ritus serta dalam kesenian, dan akhirnya juga fungsi kalo sebagai simbol yang mengekspresikan konsepsi orang Tolaki mengenai alam semesta dan isinya. Secara harfiah kalo adalah suatu benda yang berbentuk lingkaran, cara-cara mengikat yang melingkar, dan pertemuan-pertemuan atau kegiatan bersama di mana pelaku membentuk lingkaran. Sebagai benda lingkaran kalo dibuat dari rotan, dan a d a j u g a berbagai jenis kalo yang dibuat dari bahan lain, yaitu: emas, besi, perak, benang, kain putih, akar, daun pandan, bambu, dan dari kulit kerbau. Adapun cara membuat benda-benda itu menjadi berbentuk lingkaran sehingga disebut kalo pada dasarnya adalah dengan jalan mempertalikan atau mempertemukan kedua ujung dari bahan-bahan tersebut pada suatu simpul. Suatu jenis kaloyang dibuat dari bahan tertentu dari bahan-bahan tersebut di atas, ada yang digunakan untuk beberapa keperluan, dan ada yang digunakan hanya untuk satu keperluan. 20 PNRI

Berdasarkan bahan pembuatannya dan tempat penggunaannya maka kalo itu banyak jenisnya. Kalo dari rotan itu ada yang disebut kalo sara, yaitu kalo yang digunakan sebagai alat upacara perkawinan adat, upacara pelantikan raja di zaman kerajaan, upacara penyambutan adat bagi para pejabat pemerintah yang berkunjung ke daerah atau ke desa-desa, upacara perdamaian atas suatu sengketa, alat bagi sejumlah tokoh adat untuk menyampaikan sesuatu soal yang penting kepada raja, alat untuk menyampaikan undangan pesta keluarga. Kalo sara ini dalam penggunaannya dilengkapi dengan wadah anyaman dari tangkai daun palam, dan kain putih sebagai alas dari wadah tersebut. Jenis kalo lain yang dibuat dari rotan ada yang disebut kalo tusa i tonga, yaitu kalo yang dipakai sebagai pengikat tiang tengah rumah. Ada juga kalo yang disebut kalo holunga, yaitu kalo yang dipakai untuk mengikat hulu parang, alat-alat produksi lainnya, serta senjata. Ada juga kalo yang disebut kalo o wongge, yaitu kalo sebagai pengikat dan penguat aneka-ragam wadah; ada yang disebut kalo ohotai, kalo o taho, kalo ohopi, yaitu macam-macam kalo yang digunakan unt...


Similar Free PDFs