Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan DOCX

Title Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan
Author Budiati Sihombing
Pages 27
File Size 273.9 KB
File Type DOCX
Total Downloads 641
Total Views 743

Summary

kompasiana Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan Bangsa Shindy Nilasari OPINI | 31 October 2013 | 09:48 Dibaca: 285 Komentar: 3 0 Sudahkah kita bangga berbahasa Indonesia? Sudahkah kita merasa bangga menjadikan bahasa Indonesia sebagai bagian dari budaya kita? Sudahkah kita santun dalam berbahasa? Pertan...


Description

kompasiana Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan Bangsa Shindy Nilasari OPINI " 31 October 2013 " 09:48 Dibaca: 285 Komentar: 3 0 Sudahkah kita bangga berbahasa Indonesia? Sudahkah kita merasa bangga menjadikan bahasa Indonesia sebagai bagian dari budaya kita? Sudahkah kita santun dalam berbahasa? Pertanyaan inilah yang tiba-tiba muncul di kepala saat kuliah Bahasa Indonesia kemarin. Bahasa Indonesia yang bila kita telaah lebih dalam asal-usul sejarahnya, seharusnya dapat membuat kita sebagai warga negara Indonesia bangga untuk menggunakannya dan menjadikannya bagian dari budaya kita. Namun, kenyataannya tidak demikian. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari bahasa Melayu tinggi yang hanya digunakan oleh kaum bangsawan atau kaum intelektual dan hanya digunakan serta diajarkan di sekolah-sekolah saja. Bahasa Melayu tinggi pertama kali digunakan di Riau. Zaman dahulu, bahasa Melayu tinggi cenderung digunakan oleh masyarakat atas, sedangkan masyarakat menengah ke bawah menggunakan bahasa Melayu pasar. Terbayangkah oleh kita bagaimana dulu bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa persatuan, padahal Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Salah satu cuplikan Sumpah Pemuda mengingatkan kita, "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia." Perjuangan dan ikrar pemuda-pemuda nusantara waktu itu seharusnya dapat kita jadikan pedoman untuk saat ini. Namun, entah kenapa dengan alasan globalisasi bahasa Indonesia seakan menjadi semakin tersingkirkan. Sekolah-sekolah mulai menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar (lingua franca) dalam kegiatan pembelajaran. Anak muda lebih sering menggunakan istilah-istilah asing, karena mungkin dianggap lebih keren atau apalah. Fakultas Bahasa Indonesia kurang diminati oleh warga Indonesia sendiri, mahasiswanya justru kebanyakan adalah orang asing yang memiliki ketertarikan terhadap budaya Indonesia. Bahasa adalah kunci segala-galanya. Suatu negara yang ingin melakukan penjajahan, maka harus mengerti bahasa yang digunakan di tanah jajahannya tersebut. Sadar atau tidak, perlahan kita sudah mulai terjajah kembali. Sadarkah kita betapa banyak orang asing yang sangat tertarik untuk mempelajari kebudayaan dan bahasa negeri kita? Negeri kita masih sangat kaya. Tak bisa dipungkiri kalau banyak negara tertarik dengan tanah negeri kita ini. Orang-orang asing sudah banyak yang menetap di Indonesia. Pengusaha-pengusaha asing pun banyak yang berinvestasi di Indonesia. Disini kemampuan berbahasa sangat memegang kendali. Kemampuan dan kesantunan berbahasa rakyat Indonesia juga tidak terlepas dari tata cara berbahasa public fgure negeri ini. Jangan harapkan rakyat akan menjadi santun jika para pemimpinnya saja bersikap tidak santun. Media sebagai sumber informasi rakyat yang sangat berpengaruh dalam pembentukan opini masyarakat terkadang menampilkan tontonan yang tidak pantas untuk dilihat. Misalnya saja, kelakuan para pejabat negara yang berkelahi di tengah rapat yang seharusnya menjadi forum terhormat, umpatan-umpatan yang tidak pantas dikeluarkan dari orang yang berpendidikan....


Similar Free PDFs