Kekuasaan Negara atas Tubuh Perempuan: Studi Kasus Female Genital Mutilation di Sierra Leone PDF

Title Kekuasaan Negara atas Tubuh Perempuan: Studi Kasus Female Genital Mutilation di Sierra Leone
Author Dewi Sari
Pages 132
File Size 2.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 229
Total Views 635

Summary

Kekuasaan Negara atas Tubuh Perempuan: Studi Kasus Female Genital Mutilation di Sierra Leone Dewi Idam Sari G1B040078 Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2008. 1 ABSTRAK Dewi Idam Sari. Kekuasaan Negara atas Tubuh Perempuan: Stu...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Kekuasaan Negara atas Tubuh Perempuan: Studi Kasus Female Genital Mutilation di Sierra Leone Dewi Sari

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Peran Perempuan dalam Menghapus Kebijakan Pro Female Genit al Mut ilat ion di Indonesia Gent a Mansyur ICF-Prosiding Konferensi Feminisme.pdf Nina Nurmila Feminisme: Suat u Pengant ar Singkat Muhaimin Zulhair Achsin

Kekuasaan Negara atas Tubuh Perempuan: Studi Kasus Female Genital Mutilation di Sierra Leone

Dewi Idam Sari

G1B040078 Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2008.

1

ABSTRAK

Dewi Idam Sari. Kekuasaan Negara atas Tubuh Perempuan: Studi Kasus Female Genital Mutilation di Sierra Leone. Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2008.

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman tentang bagaimana kekuasaan negara Sierra Leone atas tubuh perempuan berkaitan dengan masih dijalankannya praktik Female Genital Mutilation(FGM) yang merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap Hak Asasi Perempuan yaitu penghilangan hak perempuan atas tubuhnya.

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini berupa teori dan konsep yang terdapat dalam pendekatan feminisme. Dimana sebagai ideologi pembebasan perempuan dari segala bentuk diskriminasi yang ada di dunia ini, feminisme mampu menjawab suara hati perempuan serta mengungkap segala bentuk kekuasaan yang membentengi perempuan menggapai kebebasan hak asasinya.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang berperspektif feminisme. Sehingga segala sesuatu dalam penelitian ini tidak terlepas dari nila-nilai feminisme itu sendiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, jasa internet, dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukan bahwa betapa hak asasi perempuan atas tubuhnya dikuasai oleh kekuasaan yang berlapis-lapis. Sehingga dalam Kasus Female Genital Mutilation di Sierra Leone ini, perempuan sama sekali tidak punya hak atas tubuhnya

2

karena secara tidak langsung negara sudah berkuasa atas tubuh perempuan. Maka dalam hal ini negara sama sekali tidak berguna bagi perempuan.

3

ABSTRACT

Dewi Idam Sari. State‟s Authority on Woman‟s Body: Case study Female Genital Mutilation Practice in Sierra Leone. Departement of International Relations, Faculty of Social and Political Sience.Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2008.

This Research is making for take the description dan undestanding about how the state‟s authority of Sierra Leone on Woman‟s Body, which is the practice of Female Genital Mutilation is still exist over there. It‟s kind of women‟s rights violence, the shape is women‟s rights violence on her body as her rights. The framework thinking in this research refer to theory and concept in feminism perspective. As an ideology for women‟s freedom from all forms of discrimination against women, feminism appear to answer all of women‟s heart voices, showing up all of authority that fortify women in reaching their rights.

The research method in this reasearch is qualitative method with feminism perspective. So, all kind of forms in this research is awalys stay in feminism values. The data is collected by library research, internet service, and interview The result shown that how women‟s rights on her body is authorized by multi authorities that deep and strong. So, in this case of female genital mutilation in Sierra Leone, women do not have rights on their body anymore, because state has being authorized on women‟s body. So, in this case state does not usefull anymore for women

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hak Asasi Perempuan (HAP) merupakan suatu jaminan bahwa perempuan tidak akan mengalami diskriminasi yang berdasar atas jenis kelaminnya sebagai perempuan. 1 Namun pada kenyataannya, di berbagai belahan dunia sering terjadi pelanggaran terhadap HAP dimana perempuan sering mengalami diskriminasi diberbagai sektor kehidupan. Faktor utama penyebab masalah ini adalah masih dianutnya paham patriakal di sebagian besar masyarakat dunia, dimana laki-laki dianggap sebagai makhluk yang lebih superior dibandingkan perempuan. Dalam masyarakat yang patriakal, sering sekali perempuan diperlakukan sebagai benda milik dan hampir tidak memiliki hak atas apapun, baik harta benda, kebebasan menentukan masa depan, bahkan kontrol atas diri dan tubuhnya.2 Pelanggaran-pelanggaran HAP tidak saja terjadi di ruang publik, dalam ruang domestik, perempuan juga paling besar terlanggar hak asasinya. Pada konteks ini maka perempuan dalam banyak kesempatan mengalami korban kekerasan berganda. Ia tidak saja menjadi korban fisik, tetapi juga psikis, sosial dan budaya dalam masyarakat patriarki. Salah satu dampak buruk bagi perempuan adalah seringnya

1

Microsoft ® Encarta ® Encyclopedia 2002. © 1993-2001 Microsoft Corporation. All rights reserved. Debu Batara Lubis,”Female Genital Mutilation: Penghilangan Hak Wanita Atas Tubuhnya” dalam Irianto, Sulistyowati, Perempuan dan Hukum Menuju Hukum yang Berspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor, 2006, hal. 489

2

5

terjadi tindakan kekerasan yang dilakukan baik oleh laki-laki, masyarakat, maupun negara terhadap perempuan, baik yang berupa kekerasan fisik maupun psikis. Menghadapi situasi ini, hukum dalam masyarakat cenderung menutup diri dan tidak mau mengambil tindakan karena masalah ini dianggap sebagai masalah interen yang tabu untuk dibicarakan atau diselesaikan di muka umum, apalagi yang menyangkut masalah tubuh dan seksualitas perempuan. Kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan ini diklaim oleh sebagian besar kaum feminis sebagai penekanan dalam banyak cara tergantung pada kebudayaan, kelas, dan ras yang berbasis gender.

3

Salah satu bentuk ketertindasan dan

diskriminasi terhadap perempuan yang berdasar atas kebudayaan adalah Female Genital Mutilation (FGM) yang merupakan penghilangan hak perempuan atas tubuhnya. Berdasarkan fact sheet no.23, Harmfull Traditional Practices Affecting the Health of

Women and Children yang dikeluarkan oleh Office of the High

Commissioner for Human rights, FGM adalah istilah yang dipakai untuk mengacu pada tindakan pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh bagian organ genital perempuan yang paling sensitif.4 Praktik FGM ini dapat dianggap sebagai hal yang umum di banyak bagian dunia, karena berdasarkan data yang dihimpun oleh World Health Organization (WHO) diperkirakan bahwa sekitar 100-132 juta perempuan di seluruh dunia ini telah 3

J. Ann Tickner, Gender in International Relations Feminist Perspectives on Achieving Global Security, New York, Columbia University Press, 1992, hal. 15 4 fact sheet no.23, Harmfull Traditional Practices Affecting the Health of Women and Children dalam Sulistyowati Irianto, Perempuan dan Hukum Menuju Hukum yang Berspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta, Yayasan Obor, 2006, hal. 491

6

menjadi korban praktik FGM, dan setiap tahunnya sekitar 2 juta perempuan terancam terkena praktik ini. 5 Praktik FGM berlangsung lebih di 100 kelompok etnis yang berada di 40 lebih negara di Afrika, Timur Tengah, Amerika bagian selatan, Asia dan Australia.6 Kebanyakan dari praktik FGM di seluruh dunia dilakukan di 28 negara Afrika diantaranya yang terbesar yaitu Djibouti, Etrirea, Sierra Leone, Somalia, dan Sudan dimana sekitar 90% perempuannya mengalami praktik ini.7 Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Amerika Serikat, diantara kelima negara ini, tiga negara sudah melakukan pelarangan terhadap praktik FGM, dimana Djibouti telah mengeluarkan pelarangan pada tahun 1998, Eritrea pada tahun 1995, dan Somalia pada tahun 1999. Sierra Leone sebagai salah satu negara yang masih mempertahankan praktik FGM ini telah meratifikasi Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) pada tahun 1988, namun tidak satupun hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah Sierra Leone untuk menentang praktik FGM ini. 8 FGM masih saja terus berlangsung di Sierra Leone sebagai sebuah kebudayaan yang melanggar HAP. Negara seolah-olah tidak peduli terhadap masalah pelanggaran HAP Sierra Leone ini.

5

http://www.ipu.org/wmn-e/fgm-what.htm, diakses 7 September 2007 Berdasarkan data dari http://en.wikipedia.org/wiki/Female_genital_cutting, diakses 28 September 2007 7 World Health Organization. (August 1996). Estimated Prevalence of Female Genital Mutilation in Africa. Diakses melalui http://haneydaw.myweb.uga.edu/twwh/fgm.html, diakses 28 September 2007 8 http://www.afrod.com/articles/15927, diakses 22 Agustus 2007 6

7

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana kekuasaan negara Sierra Leone atas tubuh perempuan dengan masih dijalankannya praktik FGM. Berikut beberapa hal yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti masalah ini : 1. Tubuh perempuan sebagai Hak Asasi Perempuan menjadi tidak berarti ketika praktik FGM di Sierra Leone terjadi. 2. Bahwa FGM dengan segala dampak negatifnya terhadap perempuan dan sudah dikecam sebagai praktik yang berbahaya oleh beberapa lembaga internasional tetapi masih saja dipertahankan di Sierra Leone. 3. Peneliti juga ingin menunjukan urgensi kajian gender dalam analisis Hubungan Internasional dengan penggambaran bahwa praktik FGM di Sierra Leone tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan atas gender dan seksualitas oleh negara yang maskulin.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul: Kekuasaan Negara atas Tubuh Perempuan : Studi Kasus Praktik Female Genital Mutilation di Sierra Leone Penelitian ini didukung oleh dua mata kuliah pada Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran, antara lain: 1. Teori Hubungan Internasional

8

Mata kuliah ini mengkaji mengenai keberagaman teori internasional di dalam Studi Hubungan Internasional sebagai salah suatu konstruksi akademik/disipliner yang berkembang dan emansipatoris. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu pendekatan yang dipelajari pada mata kuliah ini yaitu pendekatan feminisme. 2. Gender dan Seksualitas dalam Politik Dunia Mata kuliah ini mengkaji bahwa betapa semua fenomena yang terjadi di dunia ini termasuk fenomena hubungan internasional tidak terlepas dari masalah gender dan seks.

1.2 Permasalahan 1.2.1

Identifikasi Masalah "I was genitally mutilated at the age of ten. When the operation began, I put up a big fight. The pain was terrible and unbearable… I was badly cut and lost blood… I was genitally mutilated with a blunt penknife. After the operation, no one was allowed to aid me to walk… Sometimes I had to force myself not to urinate for fear of the terrible pain. I was not given any anesthetic in the operation to reduce my pain, nor any antibiotics to fight against infection. Afterwards, I hemorrhaged and became anemic. This was attributed to witchcraft. I suffered for a long time from acute vaginal infections." -Hannah Koroma, Sierra Leone9

Melalui gambaran pengalaman salah seorang perempuan Sierra Leone yang telah melakukan FGM, dapat dilihat bahwa tindakan FGM sangat merugikan dan

9

http://www.amnestyusa.org/Violence/Womens_Human_Rights/page.do?id=1108439&n1=3&n2=39& n3=739, diakses 7 September 2007

9

membuat seorang perempuan menderita. Perempuan benar-benar tidak berdaya untuk mengontrol tubuhnya sendiri, ia harus menyerah pada tuntutan adat. FGM dipraktikkan oleh seluruh kelompok masyarakat adat di Sierra Leone kecuali kelompok Chirstian Krio yang bertempat tinggal di bagian barat. 10 Tipe FGM yang biasanya dipraktikkan di Sierra Leone adalah:11 1. Tipe I (menghilangkan bagian permukaan klitoris) 2. Tipe II (pengangkatan klitoris diikuti dengan pengangkatan sebagian atau seluruh bagian dari labia minoria). Kedua tipe FGM ini sudah dinyatakan pelarangannya oleh berbagai kesepakatn internasional seperti yang dikeluarkan oleh United Nation, WHO, UNICEF, dan CEDAW. Dalam CEDAW terdapat 2 artikel yang berkaitan dengan kewajiban negara atas praktik FGM ini, yaitu pasal 2f dan 5a. Sierra Leone telah meratifikasi CEDAW pada tahun 1988, ini berarti Sierra Leone setuju untuk mengambil tindakan terhadap segala bentuk tindakan diskriminasi dan

pelanggaran

hak

asasi

atas

perempuan.

Namun

pada

praktik

pengimplementasiannya Sierra Leone masih melakukan praktik FGM ini dengan berbagai alasan diantaranya praktik FGM ini merupakan bagian dari proses seorang anak perempuan untuk bisa menjadi perempuan seutuhnya (from childhood to womanhood). Masyarakat Sierra Leone meyakini bahwa dengan menghilangkan klitoris maka dasar dari kemaskulinan (disini klitoris dianggap sebagai penis yang

10 11

Ibid Ibid

10

kecil) akan hilang dari tubuh perempuan sehingga perempuan tersebut bisa menjadi „perempuan seutuhnya‟ 12 . Biasanya orang yang melakukan FGM dalam proses pemotongannya tanpa menggunakan obat bius. Hal tersebut tentu saja sangat menyiksa perempuan yang melakukan FGM. Sebagaimana kesaksian salah seorang perempuan Sierra Leone Hannah Koroma, yang melakukan FGM ini, ia menderita infenksi vagina akut dan kehilangan bagian dari tubuhnya. Tidak hanya konsekuensi atas dasar kesehatan saja yang bisa dialami oleh perempuan yang melakukan FGM ini tetapi juga konsekuensi seksual, dimana perempuan yang sudah di mutilasi tidak akan mampu menikmati hubungan seksual karena perempuan tersebut sudah kehilangan sensitifitas akibat dari FGM tersebut. 13 Kehilangan sensitifitas berarti tidak bisa merasakan sehingga kehilangan kenikmatan. Segala bentuk tindakan untuk mengurangi memperoleh kenikmatan serta penggunaan hak-hak asasi perempuan berarti merupakan tindakan diskriminasi terhadap perempuan. 14 Menurut laporan Division for the Advancement of Women tahun 2004, penilaian situasi di Sierra Leone dalam hal respektasi terhadap implementasi CEDAW pada artikel 2f dan 5a dibutuhkan sebuah pengenalan mengenai HAP di Sierra Leone tanpa harus ditunda dengan alasan pertimbangan pola sosial dan budaya. Namun, dalam masalah FGM sendiri, masih belum ada tanggapan dari pemerintah 12

Perempuan yang dikonstruksikan feminin sehingga akan tunduk terhadap sistem patriarki http://en.wikipedia.org/wiki/Female_genital_cutting, diakses 20 Agustus 2007 14 Mengacu pada pasal 1 CEDAW: Diskriminasi terhadap perempuan berarti setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau apapun karena statusnya sebagai perempuan . 13

11

Sierra Leone dan tidak secara terbuka didiskusikan dimana tidak ada keinginan untuk memasukan masalah FGM ini sebagai salah satu kejahatan atas Hak Asasi Manusia.15 FGM sudah mengakar pada praktik kebudayaan di Sierra Leone. Hal ini dibuktikan dengan adanya Secret Societies yaitu institusi kebudayaan kuno yang ditujukan untuk mengatur identitas seksual dan kelakuan sosial. Secret Societies ini dikenal dengan sebutan Sande di daerah selatan dan Bondo di daerah utara, dan Freetown untuk sebutan secara umum di Sierra Leone. Secret Societies ini memiliki hubungan antara suatu kota dan pinggiran kota di Sierra Leone.16 Kekuatan kebudayaan FGM di Sierra Leone ini menjadikan advokasi mengenai penghapusan FGM ini diterima sebagai sebuah musuh besar oleh berbagai lapisan masyarakat di negara ini. FGM berlangsung untuk terus menjaga stereotip perempuan. Praktik tradisional ini mengajarkan bahwa perempuan dan anak perempuan untuk menjadi subordinat laki-laki dalam berbagai pola termasuk seksualitas. Mengacu pada laporan Sierra Leone dalam pengimplementasian CEDAW tahun 2006, FGM masih belum didiskusikan secara terbuka dan belum ditetapkan sebuah hukum yang melarang praktik ini. Bagi Sierra Leone isu FGM ini merupakan isu yang sangat sensitif untuk dibahas karena menyangkut kebudayaan. Negara tidak memberikan ijin kepada universitas, asosiasi medis, dan organisasi perempuan untuk

15

Laporan Division for the Advancement of Women, CEDAW mission to Sierra Leone, 0ktober 2004

16

http://www.unhcr.org/cgibin/texis/vtx/refworld/rwmain/opendocpdf.pdf?docid=46cee3152, diakses 28 September 2007

12

mengambil data mengenai praktik FGM karena ini masih sangat tertutup dan dirahasiakan. Menurut laporan Comittee on the Elimination of Discrimination Against Women pada sesi ke-38 Maret 2007, Sierra Leone merupakan negara yang tingkat diskriminasi terhadap perempuannya cukup tinggi dimana lebih dari seperempat dari sejuta perempuan diperkosa selama

perang berlangsung, Human Right Watch

mencatat sebanyak 275.000 perempuan dan anak perempuan di Sierra Leone mengalami tindak kejahatan seksual.17 Kekerasan seksual merata terjadi di negara ini, dan perundang-undangan di negara ini sangat lemah dalam mengatur hal tersebut Selain itu terdapat beberapa pemaksaan-pemaksaan legal terhadap perempuan di Sierra Leone. Di bawah konstitusi yang berlangsung, perempuan sering tidak diuntungkan oleh hukum yang mengatur tentang hak milik, perkawinan, dan hak-hak warisan yang cenderung lebih berpihak pada laki laki seperti masalah perkawinan. Ketika laki-laki Sierra Leone boleh melakukan perkawinan dengan perempuan di luar negaranya, tetapi tidak dengan perempuan Sierra Leone, mereka tidak boleh melakukan perkawinan dengan laki-laki di luar Sierra Leone. Begitu banyak masalah perempuan yang diabaikan di Sierra Leone termasuk FGM padahal praktik ini sangat dalam terpancang di kebudayaan Sierra Leone dan memengaruhi 90% perempuan di negara ini. Perempuan di bawah perhitungan dalam pembuatan keputusan di dalam pemerintahan Sierra Leone, dan ketika terdapat perempuan dalam level bawah pemerintahan, hanya ada sedikit menteri dan hanya 17

Laporan Division for the Advancement of Women, CEDAW mission to Sierra Leone, 0ktober 2004

13

ada satu orang duta besar yang perempuan. Hal inilah yang menjadikan stereotip peran gender sangat terlihat dimana hanya 29% perempuan yang berpendidikan di Sierra Leone.18 Patriarki di Sierra Leone berjalan sangat kuat dan yang sering menjadi korban adalah perempuan, namun kejahatan domestik bukanlah sebuah masalah yang menjadi bahasan masyarakat di Sierra Leone begitu juga dengan FGM. Ini dianggap sebagai masalah domestik sehingga apapun yang terjadi akibat FGM merupakan rahasia perempuan Sierra Leone. 19 Walaupun berbagai alasan yang dikemukakan untuk tetap mempertahankan kebudayaan FGM, namun kebudayaan ini telah dinyatakan berbahaya oleh United Nation dalam Fact Sheet No. 23 tentang Harmful Traditional Practices Affecting the Health of Women and Children.

1.2.2 Pembatasan Masalah Mengingat begitu luasnya permasalahan yang ada, peneliti membatasinya pada masalah kekuasaan negara atas tubuh perempuan melalui praktik FGM di Sierra Leone. Sehingga dengan demikian penelitian ini juga dibatasi dengan batasan waktu dari tahun 2004, dua tahun setelah perang Sierra Leone dinyatakan berakhir sampai dengan tahun 2007. Hal ini dimaksudkan untuk memberi jarak situasi Sierra Leone pasca perang dengan usaha rekonstruksi negaranya hingga tersentuhnya masalah Hak Asasi Perempuan Sierra Leone dalam praktik FGM.

18

http://www.peacewomen.org/un/ecosoc/CEDAW/38th_Session/Sierra%20Leone/PW_ReviewSierra Leone.html, diakses 7 September...


Similar Free PDFs