KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS PDF

Title KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
Author Hardika Saputra
Pages 9
File Size 474.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 220
Total Views 405

Summary

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS Hardika Saputra, M.Pd.* *Dosen Matematika PGMI IAI Agus Salim Metro Lampung *Guru Matematika SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Metro Lampung A. Kemampuan berpikir kreatif Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang menghasilkan sesuatu yang baru hasil dari pengem...


Description

Accelerat ing t he world's research.

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS Hardika Saputra

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Berpikir Krit is dan Berpikir Kreat if sebagai Fokus Pembelajaran Mat emat ika Tat ag Y.E. Siswono PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREAT IF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MAT EMAT IKA DEN… muhammad jaka Pembelajaran Mat emat ika yang Menumbuhkan T indak Pikir Kreat if Tat ag Y.E. Siswono

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS Hardika Saputra, M.Pd.* *Dosen Matematika PGMI IAI Agus Salim Metro Lampung *Guru Matematika SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Metro Lampung

A. Kemampuan berpikir kreatif Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang menghasilkan sesuatu yang baru hasil dari pengembangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Coleman dan Hammen (Sukmadinata, 2004a) bahwa “Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating)”. Kemampuan berpikir kreatif berkenaan dengan kemampuan menghasilkan atau mengembangkan sesuatu yang baru, yaitu sesuatu yang tidak biasa yang berbeda dari ide-ide yang dihasilkan kebanyakan orang. Menurut Potur & Barkul (2009) mendefinisikan berpikir kreatif adalah sebuah kemampuan kognitif orisinil dan proses memecahkan masalah yang memungkinkan individu menggunakan intelegensinya dengan cara yang unik dan diarahkan menuju pada sebuah hasil. Kemampuan kognitif orisinil ini menekankan pada kemampuan kognitif seseorang untuk menciptakan sesuatu yang unik yang berbeda dengan apa yang dimiliki orang lain. Menurut de Bono (2007) Kemampuan siswa dalam berpikir kreatif memungkinkan siswa tersebut memperoleh banyak cara atau alternatif penyelesaian dari suatu masalah. Meskipun terkadang terlalu banyak cara akan menyulitkan sampai kepada hasil akhir, namun dengan banyaknya pilihan akan memungkinkan siswa sampai kepada tujuan dibandingkan siswa yang memang benar-benar tidak memiliki cara untuk sampai kepada solusi masalahnya. Oleh karena itulah berpikir kreatif sangat penting dalam diri seorang siswa. Berpikir kreatif merupakan kunci dari berpikir untuk merancang, memecahkan masalah, untuk melakukan perubahan dan perbaikan, memperoleh gagasan baru. Sedangkan menurut Al-Khalili (2005) seorang pribadi

yang kreatif mampu untuk memberikan kita suatu pemikiran baru atas permasalahan-permasalahan yang dia hadapi atau kita hadapi, baik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau berkaitan dengan kajian-kajian praktikum. Melalui berpikir kreatif siswa diharapkan juga dapat menyelesaikan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari secara kreatif. Kemampuan berpikir kreatif menekankan pada beberapa indikator. Siswono (2005) ada tiga indikator berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibelitas dan kebaruan. Berdasarkan ketiga indikator tersebut, Siswono (2006) mengungkapkan bahwa terdapat 5 tingkatan dari kemampuan berpikir kreatif. Dimulai dari tingkat 4 yang tertinggi sampai tingkat 0 sebagai yang terendah. Siswa kreatif dalam berpikir untuk memecahkan masalah merupakan salah tujuan yang harus dicapai dari mata pelajaran matematika. Berpikir kreatif merupakan pemikiran yang bersifat keaslian dan reflektif dan menghasilkan suatu produk yang komplek dalam permasalahan matematika. Berpikir tersebut melibatkan sintesis ide-ide, membangun ide-ide baru dan menentukan efektivitasnya. Selain itu, berpikir kreatif juga berkaitan dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan menghasilkan produk yang baru. Krulik (1999) yang mendefinisikan berpikir kreatif sebagai pemikiran yang original dan menghasilkan suatu hasil yang komplek, yang meliputi merumuskan ide-ide, menghasilkan ide-ide baru, dan menentukan keefektifannya. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kreativitas yang dapat diartikan sebagai cara berpikir untuk mengubah atau mengembangkan suatu permasalahan, melihat situasi atau permasalahan dari sisi yang berbeda, terbuka pada berbagai ide dan gagasan bahkan yang tidak umum. Menurut beberapa pakar seperti Semiawan, Munandar, Supriadi, Silver, Sriraman dalam (Sumarmo, 2013) memberikan penjelasan yang hampir sama dalam memahami kreativitas. Menurut Munandar dan Supriadi bahwa kreativitas adalah menganalisis empat dimensi yang dikenal dengan dengan istilah “the Four P’s of Creativity” atau émpat P dari kreativitas” yaitu Person, Product, Process, dan Press. Pertama, kreativitas sebagai person mengilustrasikan individu dengan pikiran atau ekspresinya yang unik. Kedua, kreativitas sebagai produk merupakan kreasi yang baru, asli, dan bermakna. Ketiga, kreativitas

sebagai proses merefleksikan keterampilan dalam berfikir yang meliputi: kemahiran/kelancaran (fluency), fleksibilitas (flexibility), originalitas (originality), dan elaborasi (elaboration). Keempat, kreativitas sebagai press adalah kondisi internal atau eksternal yang mendorong munculnya berpikir kreatif. Munandar (2009) menyatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua, yakni ciri kognitif (aptitude) dan ciri non kognitif (non-aptitude). Ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborative. Sedangkan ciri non-kognitif non-aptitude) dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Siswa kreatif dalam berpikir untuk memecahkan masalah merupakan salah tujuan yang harus dicapai dari mata pelajaran matematika. Berpikir kreatif merupakan pemikiran yang bersifat keaslian dan reflektif dan menghasilkan suatu produk yang komplek dalam permasalahan matematika. Berpikir tersebut melibatkan sintesis ide-ide, membangun ide-ide baru dan menentukan efektivitasnya. Selain itu, berpikir kreatif juga berkaitan dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan menghasilkan produk yang baru. Krulik (1999) yang mendefinisikan berpikir kreatif sebagai pemikiran yang original dan menghasilkan suatu hasil yang komplek, yang meliputi merumuskan ide-ide, menghasilkan ide-ide baru, dan menentukan keefektifannya. Sriraman (2004) mengatakan kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan karya baru atau asli, tentang kreativitas matematis sebagai proses yang berakibat tidak biasa dan berwawasan solusi untuk masalah tertentu, terlepas dari levelnya kompleksitas. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan untuk mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru yang bermanfaat yang sebelumnya ide-ide tersebut belum pernah ada. Menurut Khodijah (2006) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Berpikir kreatif dapat diartikan sebagai berpikir secara logis dan divergen untuk menghasilkan ide atau gagasan yang baru. Produk dari berpikir kreatif itu sendiri adalah kreativititas.

B. Kemampuan berpikir kreatif matematis Kemampuan berpikir kreatif dalam pelajaran matematika menurut Silver (dalam Siswono, 2007) dilakukan dengan menggunakan The Torance Tests of Creative Thinking (TTCT). Tiga komponen kunci yang dinilai dalam menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah. Siswa yang kreatif dapat memandang masalah dari berbagai persfektif. Hal demikian akan memungkinkan individu tersebut memperoleh berbagai alternative strategi pemecahan masalah. Tuntutan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa semakin mengemuka. Sebagainmana kemampuan lainnya, kemampuan berpikir kreatif juga dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika. Kemampuan berpikir kreatif tidak bisa muncul dengan sendirinya melainkan butuh suatu latihan. Dalam hal ini guru harus bisa melatih dan mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa dengan pembelajaran yang memunculkan permasalahan-permasalahan sehari-hari yang bersifat tidak rutin. Masalah rutin adalah masalah yang prosedur penyelesaiannya sekedar mengulang. Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang prosedur penyelesaiannya memerlukan perencanaan penyelesaian, tidak sekedar menggunakan rumus dan teori. Sriraman dan Liljedahl (dalam, Aizikovitsh 2014) mendefenisikan kreatifitas matematika dalam konteks sekolah sebagai tingkat proses yang menghasilkan solusi kebaruan yang dapat diberikan pada permasalahan dan atau menjadikan pendekatan lama menjadi baru. Chamberlain and Moon (2005) menunjukkan bahwa siswa kreatif berbakat memiliki kemampuan yang tidak biasa untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan solusi berguna untuk masalah simulasi atau nyata, menggunakan model matematika. Lebih jauh Chiu (2009) menghubungkan kreatifitas matematika siwa dengan kemampuan menyelesaikan masalah rutin dan non rutin dan bahkan untuk mendekati masalah terstruktur.

Kreativitas dalam matematika lebih pada kemampuan berpikir kreatif. Karena secara umum sebagian besar aktivitas yang dilakukan seseorang yang belajar matematika adalah berpikir. Beberapa ahli mengatakan bahwa berpikir kreatif dalam matematika merupakan kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan intuisi tetapi dalam kesadaran yang memperhatikan fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan (Pehkonen, 1999; Krutetskii, 1976; Silver, 1997). Matematika memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan berpikir, berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan potensi tersebut dapat terwujud bila pembelajaran matematika menekankan pada aspek peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan siswa memanipulasi informasi serta ide-ide dalam cara tertentu yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru (Noer, 2009). Kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari King, Goodson, & Rohani (2009) “Higher order thinking skills include critical, logical, reflective, metacognitive, and creative thinking”. Artinya bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) mencakup berpikir kritis, logis, kreatif, reflektif, dan metakognitif. Berpikir kreatif yaitu berpikir yang memberikan perspektif baru atau menangkap peluang baru sehingga memunculkan ide-ide baru yang belum pernah ada (Ismienar, Andrianti, & A., 2009). Selaras dengan hal tersebut, berpikir kreatif menurut Yusmanida (2014) adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam jawaban terhadap satu soal. Dari pendapat tersebut, diketahui bahwa semakin banyak cara penyelesaian dari suatu masalah maka semakin kreatiflah seseorang dengan catatan jawaban yang dihasilkan masih sesuai dengan soal yang diberikan. Jadi kuantitas jawaban dan kualitas cara penyelesaian, menentukan seseorang dikatakan kreatif.

C. Bagaimana cara menilai berpikir kreatif matematis Terdapat empat tahap dalam berpikir kreatif, yaitu; (1) Exploring, mengidentifikasi hal-hal apa saja yang ingin dilakukan dalam kondisi yang ada pada saat ini; (2) Inventing, melihat atau mereview berbagai alat, teknik, dan metode yang telah dimiliki yang mungkin dapat membantu dalam menghilangkan cara berpikir yang tradisional; (3) Choosing, mengidentifikasi dan memilih ide-ide yang paling mungkin

untuk dilaksanakan; (4) Implementing, bagaimana membuat suatu ide dapat diimplementasikan. Kemudian Siswono (2007) juga mengembangkan level Tingkat berpikir kreratif ini terdiri dari lima tingkatan yaitu tingkat berpikir kreatif 4 (sangat kreatif), tingkat berpikir kreatif 3 (kreatif), tingkat berpikir kreatif 2 ( cukup kreatif), tingkat berpikir kreatif 1 (kurang kreatif), dan tingkat berpikir kreatif 0 (tidak kreatif). Silver (1997: 76) memberikan indikator untuk menilai kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengacu pada kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan melalui pemecahan masalah. Selanjutnya Silver (1997: 78) mengatakan (a) siswa dikatakan fasih dalam memecahkan masalah matematika, jika siswa tersebut mampu menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam interpretasi, metode penyelesaian,atau jawaban masalah, (b) siswa dikatakan fleksibilitas dalam memecahkan masalah matematika, jika siswa tersebut mampu menyelesaikan masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian, dan (c) siswa dikatakan menemukan kebaruan dalam memecahkan masalah matematika, jika siswa tersebut mampu memeriksa beberapa metode penyelesaian atau jawaban, kemudian membuat cara penyelesaian yang berbeda.

Daftar Pustaka Aizikovitsh 2014. The Extent of Mathematical Creativity and Aesthetics in Solving Problems among Students Attending the Mathematically Talented Youth Program. Creative Education,5, 228-241. Diakses Dari http://file.scirp.org/pdf/CE_2014031217160229.pdf Al-Khalili, A. A. 2005. Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar. Chamberlain and Moon (2005) Chamberlin, S. A., & Moon, S. (2005). Model-Eliciting Activities: An Introduction to Gifted Education. Journal of Second- ary Gifted Education, 17, 37-47. Chiu (2009) Chiu, M.-S. (2009). Approaches to the Teaching of Creative and Non-Creative Mathematical Problems. International Journal of

Science and Mathematics Education, 7, 55-79. Diakses dari http://dx.doi.org/10.1007/s10763-007-9112-9 de Bono, E. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung:Kaifa. Ismienar, S., Andrianti, H., & A., S. V. 2009. Thinking. Malang. Khodijah, N. 2006. Psikologi Belajar. Retrieved March 3, 2009, from http://www.andragogi.com King, F. J., Goodson, L., & Rohani, F. 2009. Higher Order Thinking Skills. In Publication of the Educational Services Program, now known as the Center for Advancement of Learning and Assessment. Obtido de: www.cala.fsu.edu (pp. 1–177). Retrieved from http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf (online) Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. (1999). Innovative Tasks To Improve Critical and Creative Thinking Skills. Dalam Stiff, Lee V. Curcio, Frances R. (eds). Developing Mathematical reasoning in Grades K-12. 1999 Year book. h.138-145. Reston: The National Council of teachers of Mathematics, Inc. Krutetskii, V.A. 1976. The Psychology of Mathematical Abilities in School Children. Chicago: University of Chicago Press. Munandar. 2009. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Noer, S. H. 2009. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Apa, Mengapa, dan Bagaimana? (pp. 521–526). Lampung: Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 Pehkonen, E. 1992. Using Problem-Field as a Method of Change. Mathematics Education 3(1), 3-6. Silver, E.A. 1997. “Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing”. Tersedia: http://www.fizkarlsruhe.de/fiz/publications/zdm/2dm97343.pdf (23 juli 2018)

"Silver, Edward A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. Pittsburgh: USA." Siswono, Tatag Y E. 2006. Implementasi Teori Tentang Tingkat Berpikir Kreatif dalam Matematika. Jurnal (Online). Tersedia:https://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jur nal_unej.pdf Siswono, Tatag Y E. 2007. Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika. Jurnal (Online).Tersedia:https://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/ tatag_jurnal_unej.pdf Sriraman, Bharath. 2004. The Characteristics of Mathematical Creativity. The Mathematics Educator, 14(1), 19-34. Diakses dari http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.848.4 348&rep=rep1&type=pdf Sumarmo. 2013. Berpikir dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Sukmadinata, N.S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya. Yusmanida, D. E. 2014. Pengaruh Gaya Belajar, Kreativitas Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMK PIRI I Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta....


Similar Free PDFs