Konsep dasar dan Teorinya dalam Etika berbisnis maupun Etika Personal PDF

Title Konsep dasar dan Teorinya dalam Etika berbisnis maupun Etika Personal
Author Petra Vitara
Pages 8
File Size 134.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 166
Total Views 836

Summary

CONCEPTS AND THEORIES OF BUSINESS ETHICS Petra Vitara Wimar, ST 1), Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA 2) 1) Penulis Pertama Email : [email protected] 2) Dosen Pengampu Pembahasan 1) Etika personal dan Etika Bisnis Etika atau moral dalam bisnis dibagi menjadi dua yaitu etika personal dan etik...


Description

CONCEPTS AND THEORIES OF BUSINESS ETHICS Petra Vitara Wimar, ST 1), Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA 1) Penulis Pertama Email : [email protected] 2) Dosen Pengampu

2)

Pembahasan 1) Etika personal dan Etika Bisnis Etika atau moral dalam bisnis dibagi menjadi dua yaitu etika personal dan etika perusahaan (Dias & Shah, 2009:113). Etika personal adalah etika yang membimbing untuk menghasilkan keputusan yang tepat, hal ini dijelaskan dengan lima pendekatan, yaitu pendekatan manfaat, hak, keadilan, kebaikan bersama, dan kebajikan. Lima pendekatan ini pada awalnya adalah gagasan dari Markkula Centre for Applied Ethics di Universitas Santa Clara yang akhirnya dipakai dikalangan luas (Dias & Shah, 2009:114). Perusahaan juga dapat menggunakan lima proses ideal menuju pembuatan kebijakan yang bermoral yaitu; mengakui isu moral yang ada, mengumpulkan fakta yang terjadi di lapangan, mengevaluasi tindakan alternatif, bertindak sesuai dengan keputusan yang telah di buat dan yang terakhir adalah merefleksikan keputusan yang telah di buat (Dias & Shah, 2009:115). Setelah membahas mengenai etika personal, ada pula etika perusahan yang dibagi menjadi dua yaitu compliance-based ethics codes dan integrity-based ethics codes. Model compliance-based atau yang berbasis kerelaan ini menekankan pada pencegahan tindakan yang tidak sah melalui peningkatan/pengetatan kontrol dengan menghadirkan sanksi bagi pihakpihak yang bersalah sedangkan dalam integrity-based terdapat nilai-nilai yang menuntut suatu organisasi untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya tindakan bermoral antara pegawai melalui pembagian pertanggungjawaban (Dias & Shah, 2009 : 116). Dalam menjalankan etika bisnis ini, setidaknya dapat melalui lima langkah, yaitu pimpinan perusahaan harus menyetujui dan juga mematuhi atau menerapkan kode etik, selanjutnya para pekerja di tingkat bawah harus memahami bahwa mereka diharapkan mematuhi kode etik dengan juga mereka melihat apa yang atasannya lakukan, manajer harus dilatih untuk memahami implikasi kode etik dari keseluruhan keputusan bisnisnya, pihak luar terkait harus mengerti kode etik perusahaan semisal customer, distributor, dan supplier, dan kode etik harus bersifat memaksa (Dias & Shah, 2009: 116-7). Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah: 1) Pengendalian diri 2) Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility) 3) Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi 4) Menciptakan persaingan yang sehat

5) Menerapkan konsep ―pembangunan berkelanjutan‖ 6) Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) 7) Mampu menyatakan yang benar itu benar 8) Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah 9) Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama 10) Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati 11) Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu 1) Sistematik Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi. 2) Korporasi Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaanpertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan. 3) Individu Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual. Ciri-Ciri Bisnis yang beretika yaitu: a. Tidak merugikan siapapun b. Tidak menyalahi aturan-aturan dan norma yang ada c. Tidak melanggar hukum d. Tidak menjelek-jelekan saingan bisnis e. Mempunyai surat izin usaha Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum — sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalah gunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.

2) Moralitas dan Hukum Moralitas dan Hukum Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik. Hukum itu merupakan bagian dari pergumulan manusia dalam upayanya mewujudkan rasa aman dan sejahtera. Karena itu hukum ditengarai menjadi sarana utama dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban dalam kelompok masyarakat. Hukum itu sendiri tidak lepas dari masyarakat, karena telah menjadi aksioma yang mengatakan Ibi society ibi ius, yang artinya dimana ada masyarakat maka ada hukum. Hubungan moral dengan penegakan hukum menentukan suatu keberhasilan atau ketidakberhasilan dalam penegakan hukum, sebagaimana diharapkan oleh tujuan hukum. Stephen Palmquis yang mengambil pandangan dari Immanuel Kant, bahwa tindakan moral ialah kebebasan. Kebebasan sebagai satu-satunya fakta pemberian akal praktis pada sudut pandang aktualnya menerobos tapal batas ruang dan waktu (kemampuan indrawi) dan menggantikannya dengan kebebasan. Kebebasan tidak berarti dalam arti seenak kita dapat mengetahui kebenaran, yang kemudian tercermin pada pembatasan diri untuk menjalankan suatu kebajikan. Semua kaidah harus sesuai dengan hukum moral yang menciptakan suatu tuntutan yang tak bersyarat. Kewajiban adalah perintah yang mengandung kebenaran. Menurut Kant, kewajiban adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan hukum moral, dalam rangka ketaatan terhadap hati nurani manusia daripada hanya mengikuti nafsu. 3) Moralitas Moralitas berasal dari kata dasar ―moral‖ berasal dari kata ―mos‖ yang berarti kebiasaan. Kata ―mores‖ yang berarti kesusilaan, dari ―mos‖, ―mores‖. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya. Moral secara etimologi diartikan: a) Keseluruhan kaidah-kaidah kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok tertentu, b) Ajaran kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika dalam etika.

Dalam bahasa Yunani disebut ―etos‖ menjadi istilah yang berarti norma, aturan-aturan yang menyangkut persoalan baik dan buruk dalam hubungannya dengan tindakan manusia itu sendiri, unsur kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia. kemudian ―etika‖ yang berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan yang buruk. Moralitas yang secara leksikal dapat dipahami sebagai suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat. 4) Etiket dan Hukum Profesional Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama Etiket adalah tata cara dalam masyarakat, sopan dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia. Arti etiket disini sama dengan adat kebiasaan, yaitu sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulangulangi serta menjadi kebiasaan dalam masyarakat, berupa kata-kata atau macam-macam bentuk perbuatan manusia dalam berinteraktif dengan manusia lainnya. Agar seseorang dapat diterima oleh kelompok masyarakat tertentu maka ia harus memahami etiket pergaulan berlaku pada masyarakat itu. Untuk memelihara keseimbangan kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama (sosial), manusia perlu mengetahui aturan-aturan, nilai-nilai, norma-norma umum, maupun aturan ajaran agamanya. Manusia yang selalu berpikir kritis akan mampu menimbang perilaku, mana yang berdampak baik dan berdampak buruk. Kesadaran diri, harus berperilaku bagaimana ini, yang dikenal dengan ilmu etika. Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi serta mempelajari penerapan prinsipprinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau objek).Etika profesi memilikikonsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya. Prinsip dasar di dalam etika profesi : a. Tanggung jawab - Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. - Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya. b. Keadilan Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

c. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan ketekunan d. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi e. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi 5) Manajemen dan Etika Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral. Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga masyarakat dan negara. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak perusahaan. Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan etik perlu ditegakkan. Contohnya, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih kemenangan. Hubungan yang tidak transparan dapat menimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan peluang untuk korupsi. Banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran, terutama dalam kinerja keuangan perusahaan karena tidak lagi membudayakan etika bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Sementara itu hampir 61.9% dari 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap menyampaikan laporan keuangannya (not avaliable). Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga sangat menentukan karena dalam jangka panjang bila perusahaan tidak concern terhadap perilaku etis maka kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja keuangannya. Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Segala kompetensi, keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya ditujukan sepenuhnya untuk memenangkan kompetisi. Pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap orientasi strategik secara simultan sebesar 65%. Secara parsial pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap orientasi strategik masing-masing sebesar 26,01% dan 32,49%. Hal ini mengindikasikan bahwa kombinasi penerapan etika dan budaya dapat meningkatkan pengaruh terhadap orientasi strategik. ‖Hendaknya perusahaan membudayakan etika bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Salah satu persyaratan bagi penerapan orientasi strategik yang inovatif, proaktif, dan berani dalam mengambil risiko adalah budaya perusahaan yang mendukung,‖. Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling mudah diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam operasinya, perusahaan mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang. Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Jika semua tingkah laku salah dibiarkan, maka lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Pada akhirnya, norma yang

salah ini akan menjadi budaya. Oleh karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya transparansi antara lain: a. Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Individu yang mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik institusi. Untuk menyatakan kebenaran kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus ada keberanian baru untuk menyatakan pendapat. b. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan kedekatan dengan atasan, melainkan kinerja. c. Pengelolaan sumber daya manusia harus baik. d. Visi dan misi perusahaan jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi. Berikut contoh Implementasinya pada Perusahaan PT. Telkom

Etika Bisnis Dan Budaya Perusahaan PT Telkom Telkom senantiasa memegang teguh moral dan etika yang merupakan landasan penerapan GCG. Seiring waktu pembelajaran kami dalam mengelola GCG, maka penerapannya membentuk kesadaran hukum dan menghasilkan karyawan yang peka terhadap tanggung jawab sosial serta dicintai pelanggan. Panduan Perilaku (Code of Conduct) Sebagai panduan perilaku bagi seluruh insan Perseroan, kami menerbitkan Keputusan Direksi No.KD.201.01/2014 tentang Etika Bisnis di Lingkungan Telkom Group. Telkom memiliki perangkat etika bisnis, yang merupakan standar perilaku karyawan dalam berhubungan dengan pelanggan, pemasok, kontraktor, sesama karyawan dan pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan dengan perusahaan. Pemberlakuan Penerapan Kode Etik Bagi Dewan Komisaris, Direksi Dan Karyawan Sesuai ketentuan Sarbanes Oxley Act (―SOA‖) 2002 section 406, Telkom menjalankan kode etik yang berlaku bagi seluruh level organisasi, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan pejabat kunci lainnya serta seluruh karyawan yang dapat dilihat pada website kami http://www.telkom. co.id/hubungan-investor/tata-kelolaperusahaan/ kode-etik/ Untuk setiap perubahan dan pengesampingan terhadap kode etik Telkom informasikan melalui website tersebut. Sosialisasi Dan Upaya Penegakan Etika Bisnis Pemahaman dan upaya mengingatkan kembali kepada karyawan tentang tata nilai dan etika bisnis dilakukan melalui pengiriman materi sosialisasi dan sekaligus assessment yang dilaksanakan setiap tahun. Materi tersebut berkaitan dengan pemahaman GCG, etika bisnis, pakta integritas, fraud, manajemen risiko,

pengendalian internal (―SOA‖),whistleblowing, pelarangan gratifikasi, tata kelola TI, menjaga keamanan informasi dan hal-hal lainnya yang terintegrasi terkait dengan praktik tata kelola perusahaan. Upaya dimaksud dilakukan melalui program survei etika bisnis dengan populasi seluruh karyawan. Survei dilakukan secara online, melalui media portal/intranetyang diakhiri dengan pernyataan kesediaan karyawan untuk menjalankan etika bisnis. Pemahaman dan penerapan etika bisnis berikut hasil survei setiap tahun diaudit secara internal maupun eksternal melalui proses audit SOA 404 terkait dengan penerapan control environment sesuai kerangka kerja pengendalian internal COSO pada audit pengendalian internal tingkat entitas. Budaya Perusahaan Sistem dan budaya terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan perubahan bisnis untuk mewujudkan cita- cita agar Telkom terus maju, dicintai pelanggannya, kompetitif di industrinya dan dapat menjadi role model Perusahaan. Sejak tahun 2009 dilakukan transformasi budaya baru perusahaan yang disebut dengan ―The Telkom Way‖. Pengembangan budaya selanjutnya, dilakukan pada tahun 2013 dengan ditetapkannya Arsitektur Kepemimpinan Dan Budaya Perusahaan (―AKBP‖) Telkom Group. Secara lengkap Budaya Perusahaan digambarkan sebagai berikut: Philosophy to be the Best: Always The Best Always the Best adalah sebuah basic belief untuk selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan. Always the Best memiliki esensi ―Ihsan‖ yang dalam pengertian ini diterjemahkan ―terbaik‖. Karyawan yang memiliki spirit Ihsan akan selalu memberikan hasil kerja yang lebih baik dari yang seharusnya, sehingga sikap ihsan secara otomatis akan dilandasi oleh hati yang ikhlas. Ketika setiap aktivitas yang di lakukan adalah bentuk dari ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Philosophy to be the Best: Integrity, Enthusiasm, Totality Always the Best menuntut setiap insan Telkom memiliki integritas (integrity), antusiasme (enthusiasm), dan totalitas (totality). Principles to be the Star: Solid, Speed, Smart Principles to be the Star dari The Telkom Way adalah 3S yakni Solid, Speed, Smart yang sekaligus menjadi core valuesatau great spirit. Practices to be the Winner : Imagine – Focus – Action Practices to be the Winner dari The Telkom Way adalah IFA yakniImagine, Focus, Action sekaligus sebagai Key Behaviors. Evaluasi Implementasi Etika Bisnis Dan Budaya Perusahaan Setiap tahun Telkom melakukan survei internal untuk mengetahui efektivitas penerapan budaya Perusahaan dan etika bisnis, PT Telkom menyebutnya dengan istilah Etika Bisnis Family Survey. Beberapa pertanyaan ditujukan kepada karyawan dilakukan secara online agar dapat menjangkau semua karyawan secara cepat, meliputi: GCG, Etika Bisnis, Tata NilaiThe Telkom Way, anti fraud, pengendalian internal, pakta integritas, whistleblowing system, dan lain-lain. Hasil survei pada tahun 2011, 2012,2013 dan 2014 adalah 74,87 poin, 79,07 poin, 75,80 dan 89,35 poin dari skala 100 poin. Hasil survei tahun 2014 meningkat 13,55 poin dari tahun

sebelumnya. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pemahaman karyawan terhadap etika bisnis semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Daftar Pustaka Business Ethics & GG Pusat Bahan Ajar dan eLearning Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali,, MM, CMA Business Ethics: Decision Making for Personal Integrity & Social Responsibility, McGraw-Hill International Edition, Second Edition. Cherrington, Moral Leadership and ethical Decision Making, 1st edition, CHC Forecast, Inc., 2000 Dias, Laura Portolese & Shah, Amit. J. 2009. Demonstrating Ethical Behavior And Social Responsibility dalam Introduction to Business. New York : McGraw-Hill Etika Bisnis Ritha F. Dalimunthe Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara https://panjisatria15.wordpress.com/2016/01/24/contoh-perusahaan-yang-sudahmenerapkan-etika-dalam-berbisnis/ (Diakses pada 13 September 2018) Huse, M. (2007). Boards, Governance and Value Creation: The Human Side of Corporate Governance. Cambridge: Ibid., hal. 203-204; Lihat juga H. L. A. Hart dalam ―Essay on Jurisprudence and Philosophy‖, hal. 54. INSTITUTIONAL ISSUES INVOLVING ETHICS AND JUSTICE – Vol.I - Personal Ethics - Witold Jacorzynski Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.3 Juli-September 2014 Laura P.Hartman – Joe DesJardins. 2011. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik, 2012. PT Bumi Aksara: Jakarta, hal. 136 Robert.A.G. Monks and N. ...


Similar Free PDFs