PENTINGNYA ETIKA DALAM BERORGANISASI PDF

Title PENTINGNYA ETIKA DALAM BERORGANISASI
Author M. Syihabuddin
Pages 5
File Size 104.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 140
Total Views 749

Summary

PENTINGNYA ETIKA DALAM BERORGANISASI Muhammad Arif Syihabuddin Email: [email protected] Pendahuluan Manusia adalah makhluk sosial, yang selalu membutuhkan lingkungan dalam proses interaksinya dengan makhluk lain. Lingkungan yang dibutuhkan sangat beragam, mulai lingkungan kecil keluarga, sam...


Description

PENTINGNYA ETIKA DALAM BERORGANISASI Muhammad Arif Syihabuddin Email: [email protected] Pendahuluan Manusia adalah makhluk sosial, yang selalu membutuhkan lingkungan dalam proses interaksinya dengan makhluk lain. Lingkungan yang dibutuhkan sangat beragam, mulai lingkungan kecil keluarga, sampai lingkungan masyarakat luas. Proses interaksi yang dilakukan oleh manusia memerlukan kearifan dan pengetahuan, agar terjadi interaksi yang baik. Salah satu kearifan dan pengetahuan yang harus dimiliki oleh manusia dalam melakukan interaksi adalah nilai-nilai etika. Kajian tentang pentingnya etika menjadi salah satu topik yang menarik untuk terus didiskusikan. konsep tentang nilai-nilai etika ini juga telah banyak dirumuskan oleh para tokoh. Karena konsep tentang nilai-nilai etika dipandang sebagai salah satu elemen penting dalam bersosial. Lingkungan tempat manusia berinteraksi ada kalanya berupa organisasi. Lingkungan organisasi menjadi tempat manusia bersosial, menumbuh kembangkan potensi diri, sekaligus mengaktualisasikan diri. Interaksi manusia dalam lingkungan organisasi ini harus dilandasi dengan kearifan dan pengetahuan tentang nilai-nilai etika. Sebab, etika yang ada pada diri seseorang akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan organisasi, baik terhadap iklim, eksistensi, perkembangan dan lain sebaginya. Etika

Etika pada dasarnya mengarah pada keberadaan satu aturan yang erat kaitannya dengan keberadaan moral yang tidak dapat terlepas dari keberadaan budaya yang berada di sekitarnya. Nilai sopan santun, toleransi dan menolong yang erat dengan gambaran menghormati individu lain, mengarahkan pada harmoni serta pemenuhan kebutuhan orang lain. Pembelajaran nilai-nilai etika yang erat kaitannya dengan moral oleh individu pertama kali tidak terlepas dari orangtua atau keluarga. Keberadaan orang tua sebagai agen sosialisasi dan enkulturasi bagi individu dalam hal ini berperan dalam proses transmisi budaya yang bersifat vertical. Proses pembelajaran mengenai satu nilai maupun

aturan dalam satu masyarakat atau budaya yang selanjutnya setelah orangtua dalam perkembangannya dipengaruhi oleh keberadaan lingkungan sekitar (teman, masyarakat, keluarga luas, dan lain-lain). Etika berasal dari bahasa yunani “ethes’’ artinya adat. Etika adalah ilmu yang meyelidki baik dan buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan moral berasal dari Bahasa Latin “mores” yang berarti kebiasaan. Persamaan antara akhlak dengan etika adalah keduanya membahas masalah baik dan buruk tingkah laku manusia. Perbedaannya terletak pada dasarnya sebagai cabang filsafat, etika bertitik tolak dari pikiran manusia. Sedangkan akhlak berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Etika dalam Bahasa arab disebut dengan akhlak. Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah. Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak merupakan pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga tergambarkan dalam perilaku yang baik. Akhlak merupakan perilaku yang tampak ( terlihat ) dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah. Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan pola perilaku kepada alam. Akhlak yang islami adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk memperbaiki hubungan makhluq (manusia)

dengan khaliq (Allah Ta’ala) dan hubungan baik antara makhluq dengan makhluq. Kata “menyempurnakan” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam-macam, dari akhlak sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak sempurna. Etika dan organisasi Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki setumpuk keinginan dan berbagai macam kebutuhan. Silih berganti keinginan dan kebutuhan merasuki alam pikiran dan kehidupan manusia. Ketika satu keinginan menjelma menjadi kebutuhan. Dengan berbagai cara, seseorang berhasil memenuhi kebutuhan tersebut sehingga muncul keinginan dan kebutuhan baru. Demikian seterusnya, seolah-olah manusia tidak pernah merasa puas meski kebutuhan-kebutuhannya telah terpenuhi. Kondisi inilah yang menyebabkan manusia sering dijuluki sebagai the wanting creature. Julukan ini menyiratkan bahwa keinginan, kebutuhan, dan upaya untuk mencapai titik kepuasan merupakan kodrat manusia yang selalu melekat pada diri seseorang. Dorongan dan motivasi seseorang untuk melakukan berbagai macam tindakan sering kali dilandasi oleh kodrat tersebut. Selain sebagai makhluk individu, manusia pada dasarnya adalah makhluk soisal (social being). Manusia, menurut pandangan ini, tidak bisa melepaskan ketergantungannya pada orang lain. Namun, harus diakui pula munculnya kerja sama tersebut tidak terjadi semata-mata bersifat alamiah, tetapi karena keterbatasan masing-masing individu. Oleh sebab itu, kerja sama antara dua orang atau lebih sesungguhnya bertujuan agar di antara mereka bisa saling membantu untuk mencapai tujuan (baca: memenuhi kebutuhan) meski tujuan mereka bukan tidak mungkin berbeda. Gambaran ini menunjukkan bahwa perbedaan tujuan sesungguhnya tidak menghalangi mereka menjalin kerja sama selama mereka bisa memenuhi kebutuhan dan tujuan masing-masing. Jika katakanlah ikatan kerja sama ini dianggap efektif, sangat boleh jadi bentuk kerja sama yang semula bersifat temporer kemudian diatur dengan pola kegiatan yang lebih tersistem, terstruktur, dan masingmasing memiliki tanggung jawab sesuai dengan peran yang terlebih dahulu mereka sepakati. Pola kerja sama semacam ini sering disebut sebagai organisasi.

Penjelasan di atas secara tidak langsung menegaskan bahwa ketika seseorang atau sekelompok orang mendirikan organisasi tujuan akhirnya bukan sekadar berdiri kokohnya organisasi tersebut, melainkan agar orang-orang yang terlibat di dalamnya bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dengan alasan tersebut, semakin banyak dan semakin variatif kebutuhan seseorang, semakin ia terlibat pada berbagai macam organisasi berbeda, mengingat setiap organisasi hanya mampu memenuhi kebutuhan tertentu. Karena itu pula, tidak jarang seseorang terlibat dalam berbagai macam organisasi pada waktu bersamaan. Dari sekian banyak kajian tentang organisasi, salah satu kajian yang menarik adalah etika dalam berorganisasi. Etika yang dimiliki setiap individu ini harus berlandaskan pada nilai-nilai dan norm-norma yang ada pada lingkungan tempat organisasi itu berada. Maka segala sesuatu yang terkait dengan tingkah laku dan aktifitas seseorang dalam lingkunganorganisasi harus berlandaskan dan disesuaikan dengan tujuan akhir organisasi tersebut. Konsep etika sangatlah luas, salah satunya adalah etika terhadap diri sendiri antara lain: 1. Setia (al-Amanah), yaitu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, rahasia, kewajiban, atau kepercayaan lainnya. 2. Benar (as-Shidqatu), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. 3. Adil (al-‘adlu), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. 4. Memelihara kesucian (al-Ifafah), yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan perbuatan yang dapat mengotori dirinya. 5. Malu (al-Haya), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan melanggar perintah Allah 6. Keberanian (as-Syajaah), yaitu sikap mental yang menguasai hawa nafsu dan berbuat semestinya. 7. Kekuatan (al-Quwwah), yaitu kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan pikiran atau kecerdasan. 8. Kesabaran (ash-Shabrul), yaitu sabar ketika ditimpa musibah dan dalam mengerjakan sesuatu. 9. Kasih Sayang (ar-Rahman), yaitu sifat mengasihi terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama makhluk.

10. Hemat (al-iqtishad) yaitu tidak boros terhadap harta, hemat tenaga dan waktu. Kemudian etika terhadap masyarakat antara lain: 1. Memuliakan tamu 2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. 3. Saling menolong dalam melakukan kebajikan takwa. 4. Menganjurkan anggota masyarakat berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat. 5. Memberi makan fakir miskin. 6. Bermusyawarah dalam segala urusan kepentingan bersama. 7. Menunaikan amanah yang telah diberikan oleh masyarakat kepada kita. 8. Menepati janji. Beberapa poin diatas merupakan nilai-nilai etika secara umum. Jika Dalam organisasi menginginkan tujuan utamanya dapat tercapai, tentunya juga memegang teguh pada Nilai-nilai etika tersebut. Setiap individu yang memiliki peran dan pengaruh dalam sebuah organisasi hendaknya selalu memperhatikan dan mengimplementasikan nilai-nilai etika, minimal etika pada diri sendiri. Karena tujuan organisasi bukanlah tujuan perorangan melainkan tujuan Bersama....


Similar Free PDFs