KONSILIDASI DAN PEMBAHARUAN POLITIK UMAR BIN ABDUL AZIZ PDF

Title KONSILIDASI DAN PEMBAHARUAN POLITIK UMAR BIN ABDUL AZIZ
Author Asman Asman
Pages 31
File Size 2.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 33
Total Views 119

Summary

KONSOLIDASI DAN PEMBAHARUAN POLITIK UMAR BIN ABDUL AZIZ Pengarah : Dr. Agus Aditoni, M. Ag Oleh: Asman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi para sejarawan yang membuat catatan tentang Khilafah Umar bin Abdul Aziz yang memerintah 99 hijriah hingga 101 hijrah, adalah tokoh terpandang. Bila...


Description

Accelerat ing t he world's research.

KONSILIDASI DAN PEMBAHARUAN POLITIK UMAR BIN ABDUL AZIZ Asman Asman

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ST RAT EGI DAN PEMBAHARUAN POLIT IK UMAR BIN ABDUL AZIZ Irma Wat i

Sejarah Peradaban Islam Jilid 1 I love islam BUKU SISWA SKI X KEAGAMAAN SYAIFUL ISLAM

KONSOLIDASI DAN PEMBAHARUAN POLITIK UMAR BIN ABDUL AZIZ Pengarah : Dr. Agus Aditoni, M. Ag Oleh: Asman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi para sejarawan yang membuat catatan tentang Khilafah Umar bin Abdul Aziz yang memerintah 99 hijriah hingga 101 hijrah, adalah tokoh terpandang. Bila dibanding dengan para khilafah Bani Umayyah lainnya, Umar bin Abdul Aziz memiliki kualitas-kualitas unggul.1 Selain itu ia juga terkenal sebagai khalifaurrasyidin ke lima, sebab ia memang memiliki ciri-ciri yang sama dengan mereka, yakni khalifah yang bertekad menegakkan keadilan di bumi Allah. Kata-katanya yang sangat terkenal dalam sejarah adalah: “Demi Allah… saya akan bertekad menegakkan keadilan di bumi ini walau usia jabatanku hanya tiga hari!"2 Sejarah menurut terminologi Islam adalah amanah dan pengakuan kebenaran yang disampaikan semata-mata karena Allah. Karena itu, sejarawan muslim dituntut mengungkapkan yang benar dan bila perlu mengorbankan segala usaha untuk sampai kepada tujuan tersebut. Sejarawan tidak boleh berbasa-basi terhadap seseorang, membohongi, ataupun menzalimi. Tidak boleh, dengan alasan apa pun, memanipulasi amanah atau menyembunyikan kebenaran.3

Rasul Ja’farian, Sejarah Islam Sejak Wafat Nabi Saw hingga Runtuhnya Dinasti Bani Umayyah (11-132 H) (PT. Lentera Basritama: Jakarta, 2003), 691. 2 Imaduddin khalil, Umar bin Abdul Aziz Perombak Wajah Pemerintahan Islam, terj. Abdulkadir Mahdamy (CV. Pustaka Mantiq: Solo, 1992), 7. 3 Muhammad Quthb, Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam? (Gema Insani Press: Jakarta, 1992), 11.

1

0

B. Rumusan Masalah Untuk mengetahui siapa Umar dan bagaimana konsep kebijakannya yang dilaksanakan pada saat memerintah masyarakat Islam selama 2 tahun setengah. Penulis ingin merumuskan masalah dengan: 1. Bagaimana Konsolidasi Politik Umar bin Abdul Aziz 2. Bagaimana Pembaharuan Politik Umar bin Abdul Aziz

C. Tujuan 1. Mengetahui Konsolidasi Politik yang Dilakukan Umar bin Abdul Aziz 2. Mengetahui Produk Pembaharuan Politik Umar bin Abdul Aziz

BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Umar bin Abdul Aziz (63 H- 101 H) Umar dilahirkan di Hulwan, nama sebuah desa di Mesir. Ayahnya , Marwan pernah menjadi Gubernur di wilayah itu. Dia dilahirkan pada tahun 61 H, -ada juga yang menyatakan 63 H- Hijriah. Ibunya bernama Ummu ‘Ashim binti ‘Ashim bin Umar bin Al-khathab. Di wajah Umar terdapat bekas luka karena tendangan seekor binatang. Peristiwa itu terjadi saat dia masih kanak-kanak. Pada saat ayahnya menghapus darah yang mengalir di mukanya dia berkata: “Jika kamu adalah orang yang terluka dikepalanya dari kalangan Umayyah, maka engkau akan menjadi orang yang berbahagia.” (diriwayatkan oleh Ibnu Asakir).4 Adapun A. Syalabi menyatakan dengan mengutip Ibnu Abdil Hakim meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Madinah. Silsilah keturunannya dari pihak ibunya, bersambung kepada khalifah yang kedua, Umar bin Khathtab. Sebab itu ia telah mewarisi banyak sifat-sifat yang mulia dan jarang tandingannya. Bahkan di masa kecilnya ia tinggal bersama paman-paman ibunya di Madinah. Dalam suasana yang semerbak itulah ia mempelajari bimbingan-bimbingan dan pendapat-pendapat yang sehat, dan disana pulalah ia tumbuh dengan baik.pendidikan yang diperolehnya dalam

4

Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’, terj. Samson Rahman, (Pustaka Al-Kautsar: Jakarta, 2012), 269-270.

1

masa tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifatnya yang istimewa dan terpuji.5 Garis keturunan Umar bin Abdul Aziz dari pihak ayah adalah: Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abul 'Ash bin Umayyah al-Qursyi al-Umawi. Sedangkan ibunya bernama Laila binti 'Ashim bin Umar bin Khattab, biasa dipanggil dengan sebutan Ummu 'Ashim.6 Umar bin Abdul Aziz meriwayatkan hadits dari ayahnya, Anas, Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib, Ibnu Farizh, Ysuf bin Abdullah bin Salam, Amir bin Sa’ad, Sa’ad bin Al-Musayyib, ‘Urwah bin Zubair, Abu Bakar bin Abdur Rahman, Rabi’ bin Sirah dan yang lainnya.7 Sedangkan

orang-orang

yang

meriwayatkan

darinya

adalah

Az-Zuhri,

Muhammad bin Al-Munkadir, Yahya bin Sa’ad Al-Anshari, Maslamah bin Abdul Malik, Raja’ bin Haywah dan masih banyak lagi yang lain. Dia telah berusaha menghapal Al-Qur’an sejak kecil. Kemudian ayahnya mengirimnya ke Madinah untuk belajar berbagai ilmu disana. Dia banyak berguru kepada Ubaidillah bin Abdullah. Tatkala ayahnya meninggal Abdul Malik (pamannya sendiri) memintanya untuk datang ke Damaskus.lalu ia dikawinkan dengan anaknya yang bernama Fathimah. Sebelum ia menjadi Khalifah dia terkenal sebagai seorang yang sangat shaleh. Hanya saja dia suka berfoya-foya. Maka orang-orang yang dekat dengannya tidak mencelanya kecuali kefoya-foyaannya dan kesombongannya dalam berjalan. Tatkala Al-Walid menjadi khalifah, dia diangkat sebagai gubernur Madinah. Dia menjadi gubernur Madinah padaa tahun 86 H hingga tahun 93 H, kemudian dia dipecat. Akhirnya datang kembali ke Damaskus.8 B. Konsolidasi Politik Umar bin Abdul Aziz Secara bahasa konsolidasi9

adalah perbuatan (hal dsb) memperteguh atau

memperkuat (perhubungan, persatuan, dsb). Jadi konsolidasi politik Umar bin Abdul Aziz yaitu: 1. Perbaikan Aspek Diri Sendiri dan Keluarga 5

Ahmad Syalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, terj. M. Sanusi Latief, (PT. Pustaka Al-Husna Baru : Jakarta, 2003) hlm: 81. 6 Herfi Ghulam Faizi, Umar bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia, (Cahaya Siroh: Jakarta 2012), 3. 7 As-Suyuthi, Tarikh , 270. 8 Ibid., 270-271. 9 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 803.

2

Peristiwa yang telah mengubah jalan hidupnya terjadi pada tahun 93 H, Ada satu peristiwa yang paling disessali Umar bin Abdul Aziz sepanjang hayatnya saat menjadi gubernur di Madinah. Peristiwa itu adalah penyiksaan Khubaib bin Abdillah bin Zubair, cucu Asma' binti Abu Bakar, sehingga menyebabkannya meninggal. Peristiwa itu berawal ketika Khubaib membacakan sebuah hadits dha'if dari Rasulullah Saw. "Jika keturunan Abul 'Ash (Bani Umayyah) telah sampai generasi ketiga puluh, maka mereka akan menjadikan hamba Allah sebagai budak dan menjadikan harta Allah hanya berputar pada mereka."10 Ketika itu Walid bin Abdul Malik memerintahkannya agar mencambuk Hubaib bin Abdullah bin Zubair lima puluh kali, lalu meletakkan kantong air yang amat dingin di atas kepalanya, padahal waktu itu musim dingin yang sangat, kemudian ia memerintahkannya berdiri sepanjang hari di pintu masjid, sehingga akhirnya orang yang malang itu meninggal dunia sebagai akibatnya.11 Ini adalah kezaliman yang nyata dan hukuman yang sama sekali tidak sesuai dengan syariat, yang terpaksa dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz dalam kedudukannya sebagai walikota. Tapi setelah itu ia mengundurkan diri dari jabatannya karena diliputi oleh ketakutan dan kecemasan yang sangat dari Allah dan menyesali perbuatannya itu dengan penyesalan yang tidak terhingga.12 Maka ketika ia menduduki jabatan khalifah, pada tahun 99 H, bedasarkan wasiat rahasia Sulaiman bin Abdul Malik, ia pun menunjukkan kepada rakyat perbedaan antara khilafah dan kerajaan. Pada pidato yang pertama setelah dibai’at, ia berkata: “Saudarasaudara sesungguhnya aku telah ditimpa bala (musibah) dengan kedudukanku ini, yang telah kuperoleh tanpa dimusyawarahkan dengan kaum muslimin. Dan kini aku melepaskan bai’at kepadaku yang melingkungi leher kalian, maka pilihlah bagi diri kalian dan urusan kalian siapa saja yang kalian inginkan”. Maka berteriaklah para hadirin secara serentak: “Kami telah memilih Anda bagi diri kami dan urusan kami, dan kami semua ridha dengan Anda”. Mendengar itu, ia pun menerima jabatan khilafah dan berkata: “sesungguhnya umat ini tidak pernah bertengkar tentang Tuhannya, Kitabnya atau Nabinya, tapi mereka itu bertengkar akibat dinar dan dirham. Demi Allah aku tidak akan member seseorang secara batil dan tidak akan menahan suatu hak bagi seseorang”. Kemudian ia meninggikan suaranya dan berkata: “wahai manusia, barangsiapa mentaati 10

Ghulam Faizi, Umar bin Abdul Aziz, 40. Abul A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan Evaluasi Kritis atas Sejarah Pemerintahan Islam, terj. Muhammad Al-Baqir (Mizan: Bandung, 1994), 242-243. 12 Ibid. 11

3

Allah, maka dia wajib ditaati, dan barang siapa bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada ketaatan baginya. Taatlah kepadaku sepanjang aku taat kepada Allah, dan apabila aku bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada kewajiban ketaatan kalian kepadaku”.13 Menurut Herfi Ghulam Faizi, setelah khutbah pertama kali yang ia sampaikan dalam kepemimpinannya di atas,

Dalam khutbah tersebut

setidaknya ada hal-hal

penting yang itu merupakan kebijakan-kebijakan besar yang diambilnya di awal pemerintahan. Diantara kebijakan-kebijakan penting tersebut adalah : 1. Mengembalikan Sistem Syuro Dalam Pemerintahan Islam. 2. Menyatukan Visi, Menuju Persatuan Ummat dan Menjauhi Hal-Hal yang Menyebabkan Perpecahan. 3. Melakukan Kontrak Politik Dengan Rakyat.14 Dalam menjalankan kekuasaannya itu, ia menghilangkan seluruh gaya hidup para raja seperti yang dilakukan oleh keluarga dan nenek moyangnya, dan memilih bagi dirinya kehidupan yang hampir menyerupai kehidupan para khulafaur-rasyidun. Dan ia pun mengembalikan semua harta milik yang telah diwarisinya sendiri dengan cara yang tidak sah menurut syari’at, sehingga sampai-sampai ia mengembalikan perhiasan istrinya ke dalam baitul maal. Dan dari sejumlah empat puluh ribu dinar yang menjadi penghasilannya setiap tahun, ia hanya mengambil bagi dirinya sebanyak empat ratus dinar setahun yang dimilikinya secara sah. Dengan begitu, sebelum segala yang lain, ia menyelesaikan terlebih dahulu perhitungan dirinya sendiri dengan Allah dan manusia. Setelah itu ia mengumumkan: “Siapa saja yang memiliki keluhan terhadap salah seorang anggota keluarga yang sedang berkuasa atau para amirnya maka hendaknya ia mengajukan kepadaku, dan barang siapa memiliki bukti atas terampasnya sesuatu miliknya, akan dikembalikan kepadanya”.15 Sesudah melakukan tindakan-tindakan terhadap dirinya sendiri, maka kini Umar bersiap untuk melakukan pula tindakan-tindakan serupa itu terhadap orang-orang lainnya. Dalam kalangan Bani Umayyah di masa itu banyak orang-orang yang telah mengambil cara illegal (tidak sah), misalnya dengan jalan merampas, atau dengan cara yang nampaknya legal tetapi pada hakikatnya amat jauh dari ketentuan syara’, misalnya

13

Ibid.,248. Ghulam Faizi, Umar bin Abdul Aziz, 44. 15 Ibid., 244.

14

4

pemberian hak kepada seseorang untuk berkuasa atas sebidang tanah, atau dengan jalan hibah.16 Kemudian

Ahmad

Syalaby

dengan

mengutip

penjelasan

Ibnu

Jauzi

meriwayatkan, bahwa Umar pernah berkurung diri dalam rumahnya selama tiga malam, dan hal itu telah mengoncangkan hati orang-orang Bani Marwan, Bani Umayyah, pembesar-pembesar tentara dan pemimpin-pemimpin Arab. Mereka berdiri di pintu rumahnya menanti-nanti keputusan apa yang akan dikeluarkan Umar terhadap mereka. Ketika itu Umar bersama Muzahim –yaitu wajir dan penasehatnya- mengumpulkan arsip tentang tanah-tanah yang telah dikuasakan kepada amir-amir oleh khilafah-khilafah yang terdahulu. Begitu pula tentang daftar tanah-tanah yang telah dihibahkan kepada mereka dan surat-surat perjanjian dari para khilafah tentang tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada mereka. Setelah terkumpul daftar-daftar dan surat-surat itu maka Umar memerintahkan

memanggil

rakyat

bersembahyang

jama’ah

di

mesjid.

Maka

berkumpullah rakyat, dan Umar hanya memakai pakain yang murah harganya. Kemudian ia berpidato:”Bahwasanya khilafah-khilafah yang terdahulu telah memberikan hadiahhadiah yang sesungguhnya mereka itu tidak berhak menghadiahkannya dan hadiahhadiah itu tidak patut diterima. Dan aku telah memulai terhadap diriku sendiri, maka aku telah mengembalikan semua hak kepada yang empunya. Telah kukembalikan semua tanah-tanah dan harta-benda ke baitul maal milik kaum muslimin. Dan kulakukan pula tindakan itu terhadap keluargaku. Bacakanlah wahai Muzahim! “ maka Muzahim membacakan assip-arsip itu satu demi satu. Kemudian Umar merobek-robeknya, lalu diumumkannya bahwa semua tanah yang tersebut dalam arsip-arsip itu dikembalikan ke baitul maal, tidak peduli siapa pun dulu yang memberikannya, dan siapa pun yang menerima pemberian itu. Umar dan Muzahim berbuat demikian sampai datang waktu zuhur.17 Adapun tanah-tanah yang dirampas, dan yang tidak ada arsipnya, oleh Umar dinyatakan bahwa tanah-tanah tersebut dikembalikan kepada pemiliknya. Jika pemiliknya tidak ada atau tidak diketahui, maka tanah itu dikembalikan ke baitul maal. Kemudian Umar segera memecat geburnur-gebernur yang zalim dan ‘amil-‘amil yang kejam. Dipecatnya Usamah ibnu Zaid at Tanukhi, yang sebelumnya itu menjabat sebagai ‘amil zakat di Mesir. Usamah itu sangat zalim dan banyak tindakan-tindakannya

16 17

Syalaby, Sejarah dan Kebudayaan, 87. Ibid., 87-88.

5

melampaui batas. Umar juga memecat Yazid ibnu Abi Abdirrahman gubernur Iraq, dan As Tsaqafi gubernur Andalus.18 2. Perbaikan Aspek Pemerintahan Selesai pembenahan dalam keluarga, mulailah Umar melangkah keluar. Giliran para pegawai dan pejabat yang mendapat perhatian. Bagi Umar, mereka adalah teladan bagi rakyat.19 Khalifah Umar bin Abdul Aziz sejak pertama memulai memegang pemerintahan, Umar telah memberikan syarat-syarat bagi mereka yang ingin bekerja dengan beliau. Dan ini di umumkan secara terang-terangan, sehingga jelas bagi yang mendengar syarat yang dicantumkan ada lima, yaitu: (1) menyampaikan keinginan (hajat) orang-orang yang tidak mampu menyampaikannya sendiri(amanah); (2) menukjukkan keadilan atas apa-apa yang tidak diketahui khalifah sendiri; (3) mau menjadi pembantu dalam menegakkan dan melaksanakan kebenaran; (4) meyampaikan amanat kepada semua orang tanpa terkecuali; dan (5) tidak mencari kejelekan orang lain diantara kita sendiri. Mereka yang tidak memenuhi dan tidak mematuhi kelima hal tersebut dipersilakan mengundurkan diri karena persahabatan mereka tidak akan diterima khalifah.20 Umar bin Abdul Aziz meletakkan semua kebijaksanaan dan dasar pemerintahan dan dasar pemerintahannya berdasar Islam. Jadi amatlah berbahaya jika ada unsur nonIslam dalam struktur pemerintahan kedaulatan yang ditegakkan. Beliau menulis: “Allah SWT telah memberi karunia kepada hamba-Nya dengan Islam. Dijayakannya dan dimuliakannya dengan Islam, kehinaan dan kerehendahanlah bagi yang menghinanya. Islamlah yang menampilkan manusia terbaik di muka bumi ini. Dengan demikian janganlah kalian mengangkat wali yang mengurusi kaum muslimin dari mereka yang non-muslim, golongan dzimmah yang masih harus membayar pajak dan upeti. Jangan pula memberikan kesempatan tangan dan lidah mereka leluasa menghina kaum yang telah dimuliakan Allah SWT. Masih banyak bahayanya mengajak mereka. Masih banyak kemungkinan pula mereka berlaku khianat karena dendam mereka.21 Dan kalian harus selalu ingat firman Allah SWT:

18

Ibid., 88. Khalil, Umar bin Abdul Aziz, 123. 20 Ibid., 73-74. 21 Ibid., 153.

19

6

ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ال تَت‬ ِ ‫َّخ ُذوا بِطَانَةً ِمن ُدونِ ُكم ال يأْلُونَ ُكم َخباال ودُّوا ما َعنِتُّم قَ ْد ب َد‬ ‫ت‬ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ِ ‫ضاء ِمن أَفْ و ِاه ِهم وما تُ ْخ ِفي ص ُدورُهم أَ ْكب ر قَ ْد ب يَّ نَّا لَ ُكم اآلي‬ ‫ات إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْع ِقلُو َن‬ َ ُ َ َُ ْ ُ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ ‫الْبَ ْغ‬ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak hentihentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.22 Langkah keluar dari ibu kota di mulai dengan membalas surat Abu Bakar bin Amru, walikota Madinah. Surat itu tertuju kepada Sulaiman –khalifah sebelum Umar bin Abdul Aziz- meminta dana pembenahan urusan tata kota. “ Aku telah mempelajari surat yang kau ajukan, setelah anda baca ini kumpulkan dan bandel surat-surat itu. Kukira satu lembar pun sudah cukup untuk menuliskan kebutuhan dan urusan kaum musliman. Mereka tidak memerlukan banyak hal, tidak juga aneka keperluan kota yang akan mengganggu keuangan mereka.”23 Begitu pula yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz kepada yang lain, seperti Ibn Umi Hazm dan wali di Yaman. Bukan itu saja, Umar juga melarang para pemimpin atau walikota untuk menghambur-hamburkan uang demi kepentingan pribadi. Misalnya, membeli minyak untuk penerangan rumah pribadi; kecuali untuk kepentingan dinas dan umat. Bahkan umar juga melarang mereka melakukan usaha sampingan, berdagang misalnya. Larangan ini diwujudkan dengan ucapan beliau: “Tidak diperkenankan amir berdagang dengan kekuasaan yang ada di tangannya. Karena setiap amir yang berdagang tidak akan terlepas dari pelanggaran dan masalah yang mau tidak mau harus diselesaikan dengan kekerasan. Juga tekanan walaupun mereka sudah berusaha untuk tidak melakukan hal itu.”24 Delapan abad kemudian datanglah pembenaran dengan pembuktian yang cukup lama terhadap firasat dan hikmah tinggi dari yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz tersebut. Dialah Ibn Khaldun yang dengan hasil penelitiannya meyatakan: “Berdagang bagi sulthan atau penguasa merupakan kemudharatan bagi rakyat, merusak pajak, dan Al-Qur’an, 3:118. Khalil, Umar bin Abdul Aziz, 124. 24 Ibid.

22 23

7

negara-negara yang dikuasainya...” Hal ini terbukti dengan apa yang terjadi di bangsa Eropa yang mendapatkan tanah-tanah kekuasaan di lain daratan. Mereka yang dulunya pedagang, setelah menjadi penguasa tetap tidak terlepas dari cara-cara mereka berdagang. 25 Umar bin Abdul Aziz juga menerapkan peraturan yaitu larangan menerima hadiah, apa pun bentuknya. Selain itu ia juga sangat membenci orang yang suka korupsi menyalahgunakan jabatan, tidak peduli itu keluarganya. Dapat kita ikuti kisaah Yazid bin Malhab bin Abi Sufrah, wali Irak yang diangkat sejak zaman Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Orang ini menghalangi langkah Umar dalam mengembalikan harta kaum kepada yang berhak. Umar berkata ketika menerima Yazid dengan tangan diborgol: “Kalian manusia-manusia kejam. Aku membenci hal demikian, kau memakan harta rakyat kecil mengatasnamakan Khalifah Sulaiman yang telah meninggal, sekarang dimana harta itu kau simpan?” Yazid ternyata justru menantang dengan menyatakan bahwa itu biasa dilakukan di masa Sulaiman. Surat harta sengaja ditulis dengan mengatasnamakan Sulaiman agar diketahui orang. Dan Yazid berkata: “Sulaiman tidak menindak aku dengan perbuatan yang tidak aku sukai.” Sikap sombong demikian semangkin meningkatkan kebencian Umar. Tanpa kompromi dia memerintahkan memasukkan Yazid dalam tahanan.26 Walaupun pemerintahan Umar bin Abdul Aziz hanya berlangsung dua tahun setengah, pemerintahannya merupakan cahaya benderang di tengah-tengah kegelapan pemerintah Bani Umayyah seluruhnya yang meliputi dunia Islam selama Sembilan puluh dua tahun. C. Pembaharuan Kebijakan Politik Umar bin Abdul Aziz Barangkali, selama ini sebagian umat Islam hanya mengagumi sosok Khalifah unik ini dari riwayat-riwayat tentang kezuhudannya, keadilannya, kemakmuran rakyat saat dipimpinnya serta kehebatan-kehebatan lainnya. Namun sedikit sekali yang mau mengkaji tentang bagaimana cara Khalifah Umar bin Abdul Aziz merubah dunia, dari yang sebelumnya penuh dengan kezaliman-kezaliman berubah sedemikian hebat dalam waktu yang sangat singkat, ...


Similar Free PDFs