Laporan Asam Asetat PDF

Title Laporan Asam Asetat
Author Stray Kida
Course Kimia
Institution Universitas Pakuan
Pages 9
File Size 229 KB
File Type PDF
Total Downloads 157
Total Views 507

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II“PENETAPAN KADAR ASAM CUKA MELALUITITRASI ASAM BASA”DISUSUN OLEHSHELLY YULIANTI SYAFRUDIN (062120726)PROGRAM STUDI KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PAKUANBOGOR2021BAB 1PENDAHULUAN1 Tujuan Percobaan bertujuan untuk menstandardisasi larutan ...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II “PENETAPAN KADAR ASAM CUKA MELALUI TITRASI ASAM BASA”

DISUSUN OLEH SHELLY YULIANTI SYAFRUDIN (062120726)

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2021

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan bertujuan untuk menstandardisasi larutan NaOH dan menentukan kadar CH3COOH dalam cuka dengan metode titrasi asam basa menggunakan indikator fenolftalein. 1.2 Landasan Teori Suatu senyawa yang bersifat sensitif dan mudah bereaksi dengan udara memiliki kestabilan yang rendah di dalam suatu pelarut. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya konsentrasi sebenarnya suatu senyawa di dalam pelarut tersebut. Adanya pengukuran secara volumetrik akan memudahkan proses analisis untuk menentukan konsentrasi sebenarnya suatu senyawa. Analisis volumetrik atau lebih dikenal dengan sebagai titrimetri merupakan metode analisis di mana suatu zat akan dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya sudah diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan dan diakhiri dengan adanya perubahan warna dari indikator yang digunakan (Khopkar 2014). Konsentrasi senyawa dalam bentuk larutan yang tidak diketahui kemudian dapat dihitung berdasarkan persamaan reaksi yang terjadi. Metode titrasi ini terdapat beberapa jenisnya, salah satunya adalah titrasi asam basa. Titrasi asam basa sering disebut sebagai titrasi penetralan. Titrasi asam dua terbagi menjadi dua jenis, yaitu titrasi asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan analitnya bersifat basa, sedangkan alkalimetri menggunakan titran basa kuat (NaOH atau KOH) dan analitnya bersifat asam (Yurida et al. 2013). Penentuan kadar asam asetat (CH 3COOH) di dalam sampel cuka dapat ditentukan dengan titrasi alkalimetri menggunakan basa kuat NaOH. Reaksi yang terjadi antara asam asetat dan NaOH akan saling menetralkan satu sama lain, ketika asam asetat habis bereaksi maka kelebihan NaOH akan ditandai dengan adanya perubahan warna dari indikator yang digunakan karena adanya kenaikan pH. Pada percobaan kali ini indikator yang digunakan adalah fenolftalein yang memiliki rentang pH dari 8-9.6 dengan warna merah pada suasana basa dan tidak berwarna pada suasana asam.

BAB 2 METODE

2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan adalah erlenmeyer, gelas piala, buret, magnetic stirrer hotplate, magnetic stir, neraca analitik, corong, gelas ukur, statip, corong, sudip, dan botol reagen. Bahan yang digunakan adalah larutan asam asetat, NaOH 6 M, padatan kalium hidrogen ftalat, akuades, dan indikator fenolftalein 1 %.

2.2 Prosedur Larutan NaOH 6 M diencerkan terlebih dahulu dengan cara dipipet 25 mL NaOH 6 M kemudian ditambahkan 475 mL akuades ke dalam botol reagen. Lalu dihomogenkan dan dihitung konsentrasi pengenceran NaOH yang digunakan. Setelah itu, ditimbang KH-Ftalat sebanyak ± 1.5 gram ke dalam erlenmeyer dan dicatat bobotnya. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo). Kemudian ditambahkan 25 mL air destilasi dan dipanaskan sampai larut. Buret yang akan digunakan kemudian dibilas terlebih dahulu dengan menggunakan air destilasi dan NaOH. Setelah dibilas, buret diisi sampai penuh dan juga diceratnya tidak boleh ada gelembung. Erlenmeyer yang berisi larutan KH-Ftalat ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Lakukan proses titrasi dengan penambahan NaOH secara perlahan sampai terdapat perubahan warna menjadi merah muda (seulas) yang stabil dan tidak berlebihan. Setelah standardisasi NaOH selesai dilakukan, selanjutnya adalah penentuan konsentrasi asam asetat di dalam cuka. Cuka dipipet ke dalam Erlenmeyer sebanyak 10 mL dan ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein serta 25 mL air destilasi. Larutan cuka kemudian dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda seulas. Volume NaOH yang terpakai juga harus dicatat dan proses titrasi dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo). Kadar asam asetat kemudian dapat dihitung dalam satuan % bobot/volume dan dibandingkan dengan standar yang berlaku untuk larutan cuka.

BAB 3 HASIL PERCOBAAN

3.1 Standardisasi NaOH Ulanga n 1 2 3

Bobot KH-Ftalat (g) 1.596 1.559 1.819

Volume NaOH (mL) Akhir Terpakai 32.75 32.30 27.30 21.55 30.10 24.85

Awal 0.45 5.75 5.25

NaOH (M)

 Indikator warna

: Fenolftalein

Perubahan warna : Tidak berwarna – Merah muda (Seulas)

Reaksi

:

Contoh perhitungan : 1. Pengenceran NaOH 6 M V1

x

C1

= V2 x

C2

25 mL x 6 M = 500 mL x C2 25 mL x 6 M 500 mL

C2 =

C2 = 0.30 M

2. Standardisasi NaOH (Ulangan 1) Meq NaOH M

x

V

M

=

Meq KH-Ftalat

=

mg g BM ( ) mol

=

mg g BM x V (mL) mol

( )

0.2419 0.3542 0.3584 0.3187

M

=

1596 mg g 204.22 x 32.30(mL) mol

( )

= 0.2419 N

3.2 Penentuan Kadar CH3COOH dalam Cuka Ulanga n 1 2 3

Volume Cuka (mL) 10 10 10

Awal 1.95 4.375 20.55

Volume NaOH (mL) Akhir Terpakai 27.50 25.55 31.735 19.225 42.95 22.40

CH3COOH (%b/v) 13.025 9.803 11.422 11.420

 Indikator warna

: Fenolftalein

Perubahan warna : Tidak berwarna – Merah muda (Seulas)

Reaksi

:

Contoh Perhitungan :

Meq Asetat

=

Meq NaOH

mg g ) = BM ( mol

M

x

mg

M

x V

=

V

x

BM (

g ) x FP mol

= 0.3187 M x 25.55 mL x 64

= 1302.5 mg = 1.3025 g

Kadar asetat (%)

=

Bobot Asetat (g) x 100% Volume sampel (mL)

=

1.3025 g x 100% 10

= 13.025 % b/v

g mol

x

25 l0

BAB 4 PEMBAHASAN

Titrasi asam-basa atau titrasi penetralan sangat penting dalam proses analisis kuantitatif. Secara teoritis, suatu senyawa bersifat asam dapat ditentukan konsentrasinya menggunakan titrasi alkalimetri dengan titran NaOH. NaOH dapat digunakan sebagai titran karena termasuk jenis basa kuat yang dapat menetralkan suatu asam dengan cepat. Akan tetapi, NaOH ini termasuk dalam larutan standar baku sekunder. Standar baku pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu standar baku primer dan sekunder. Standar baku primer adalah zat yang memiliki kemurnian yang tinggi, kering, tidak dipengaruhi oleh udara, stabil, mudah larut dalam air, dan memiliki massa ekuivalen yang tinggi. Sedangkan standar sekunder adalah zat yang tidak terlalu stabil dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, contohnya seperti udara (Hudaya 2016). NaOH termasuk standar sekunder karena sifatnya tidak stabil dan mudah bereaksi dengan udara (Kumar & Ram 2019). Jika menggunakan suatu standar sekunder dalam proses titrasi maka standar sekunder harus distandardisasi terlebih dahulu menggunakan standar baku primer. Standar baku primer yang umum digunakan adalah kalium hidrogen ftalat dengan rumus molekul C8H5KO4 dan termasuk jenis garam asam. Kalium hidrogen ftalat merupakan garam yang memiliki kemurnian tinggi, mudah kering, stabil terhadap udara, tidak higroskopis, dan tidak terpengaruh oleh karbon dioksida (Berina et al. 2018). Oleh karena itu, senyawa ini dapat dijadikan sebagai standar primer yang baik dalam standardisasi NaOH. Standardisasi NaOH harus dilakukan secara kuantitatif dan teliti. Penimbangan garam KH-Ftalat juga harus dicatat secara jelas karena akan mempengaruhi dalam perhitungan konsentrasi akhir NaOH. Penggunaan buret juga harus diperhatikan kebersihannya. Sebelum buret digunakan diharuskan untuk dibilas dengan air destilasi dan juga larutan yang akan digunakan. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan adalah NaOH, sehingga buret harus dibilas dengan NaOH. Tujuan dari pembilasan

dengan larutan ini adalah untuk memastikan bahwa buret yang akan digunakan tidak terkontaminasi oleh zat lain yang dapat mempengaruhi hasil analisis. Selain teknik analisis, pemilihan indikator asam basa yang tepat juga harus diperhatikan. Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warnanya atau membentuk fluoresen pada trayek pH tertentu. Perubahan warna pada indikator warna dapat terjadi karena adanya resonansi isomer elektron (Khopkar 2014). Indikator yang digunakan dalam titrasi alkalimetri dengan basa kuat NaOH adalah indikator fenolftalein. Indikator fenolftalein merupakan indikator yang disintesis dari kondensasi anhidrida ftalat dengan dua ekuivalen fenol di bawah kondisi asam. Indikator ini memiliki rentang pH antara 8.3-9.7. Ketika suasana basa maka atom oksigen akan terprotonasi sehingga akan menghasilkan rangkap konjugasi yang semakin panjang (Syahirah et al. 2018). Oleh karena itu, warna merah muda dihasilkan ketika suasana basa. Hal ini dibuktikan pada percobaan ketika titik akhir titrasi terjadi, terdapat perubahan warna larutan menjadi merah muda seulas. Sementara itu, pada awal proses titrasi tidak terdapat perubahan warna apapun di dalam larutan KH-Ftalat yang belum ditambahkan NaOH. Hal ini membuktikan bahwa pada suasana asam, indikator fenolftalein tidak akan memberikan warna apapun (tidak berwarna). Berikut adalah reaksi yang terjadi ketika indikator fenolftalein berada dalam suasana basa.

(Syahirah et al. 2018) Gambar 1 Reaksi indikator fenolftalein NaOH yang direaksikan dengan KH-Ftalat akan berinteraksi saling menetralkan, tetapi ketika KH-Ftalat sudah habis bereaksi maka kelebihan NaOH akan membuat indikator fenolftalein terprotonasi dan menghasilkan kompleks warna. Hasil standardisasi NaOH sebanyak tiga kali ulangan adalah 0.3187 M. Standardisasi harus dilakukan lebih dari satu kali percobaan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil analisis yang lebih akurat dan presisi. NaOH yang telah distandardisasi dapat digunakan

sebagai titran pada penentuan kadar asam asetat dalam sampel cuka. Berikut adalah reaksi yang terjadi pada proses standardisasi NaOH.

Gambar 2 Reaksi standardisasi NaOH dengan KH-Ftalat (Kumar & Ram 2019) Penentuan kadar asam asetat dalam sampel cuka dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan NaOH yang telah distandardisasi. Asam asetat yang ada di dalam sampel akan bereaksi dengan NaOH membentuk garam CH 3COONa yang larut di dalam air. Kemudian kelebihan NaOH akan mengindikasikan titik akhir titrasi yang mengalami perubahan warna menjadi merah muda seulas. Berikut adalah reaksi yang terjadi.

Gambar 3 Reaksi NaOH dengan Asam Asetat (Ghobashy et al. 2018) Berdasarkan hasil percobaan, kadar asam asetat rata-rata dalam 10 mL sampel cuka adalah 11.42%b/v. Menurut SNI nomor 01-3711 tahun 1995 mengenai kualitas cuka dapur, kandungan minimal asam asetat adalah 12.5% sedangkan untuk cuka meja 4-12.5%. Berdasarkan hasil percobaan, kadar asam asetat lebih rendah dari 12.5% dapat disebabkan karena produk cuka terlalu banyak mengandung air, sehingga kadar asam asetat juga terlalu kecil. Parameter lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas cuka dapur adalah tidak boleh adanya cemaran logam Timbal (Pb) lebih dari 2 mg/kg, Besi (Fe) 0.5 mg/kg, dan Arsen (As) 0.8 mg/kg. BAB 5 SIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, konsentrasi NaOH hasil standardisasi adalah 0.3187 M dengan kadar asam asetat rata-rata dalam 10 mL sampel cuka adalah 11.42 %.

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. Cuka Makan. SNI-1-3711-2019. Jakarta. BSN. Berina L.I.M, Ricohermoso S.D.A.M, Tejada V.A.C, Bautita C.C.J, Abigail C.A. 2018. Biodegradability study of potassium hydrogen phthalate and benzene using BOD5 seed as inoculum. J. Bioremediation & Biodegradation. Doi : 10.4172/21556199.1000436. Ghobashy M, Gadallah M, EL-idreesy T.T, Sadek M.A, Elazab H.A. 2018. Kinetic study of hydrolysis of ethyl acetate using caustic soda. J. Engineering & Technology. Vol 7 (4). 1995-1999. Hudaya K.H. 2016. Desain titrator otomatis untuk pengukuran dua titrasi secara simultan. [skripsi]. Jember. Universitas Jember. Khopkar S.M. 2014. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptorahardjo A,

penerjemah.

Jakarta. UI Press. Terjemahan dari Basic Concept of Analytical Chemistry. Kumar S, am B. 2019. The shelf life study of 0.1 M sodium hydroxide volumetric solution different condition for analytical purpose in laboratory. J. Drug Delivery and Therapeutics. Vol 9 (4). 957-960. Syahirah N.F, Lutfi M.U, Atika A, Hafiz M, Zulhelmi M.O.A, Adzhan M.A, Khor P.Y. 2018. A comperative analysis of clitoria ternatea Linn. (Butterfly Pea) flowet extract as natural liquid pH indicator and natural pH paper. JPS. Vol 17 (1) : 97103. Yurida M, Afriani E, Arita S.R. 2013. Asidi-Alkalimetri. J.Teknik Kimia. Vol 19 (2). 28....


Similar Free PDFs