Laporan Fieldtrip Geomorfologi PDF

Title Laporan Fieldtrip Geomorfologi
Author Muhammad Amiruddin
Pages 29
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 117
Total Views 725

Summary

PENGENALAN BENTUK LAHAN G. MERAPI – SILUK – PARANGKUSUMO TUGAS FIELDTRIP GEOMORFOLOGI Oleh : Nama : Muhammad Amiruddin Nurullah NIM : 712215208 Kelas : 4 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2016 HALAMAN PENGESAHAN PENGENALAN BENTUK LAHAN GUNUNG MERAPI – SILUK – P...


Description

PENGENALAN BENTUK LAHAN G. MERAPI – SILUK – PARANGKUSUMO

TUGAS FIELDTRIP GEOMORFOLOGI

Oleh : Nama : Muhammad Amiruddin Nurullah NIM : 712215208 Kelas : 4

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2016

HALAMAN PENGESAHAN

PENGENALAN BENTUK LAHAN GUNUNG MERAPI – SILUK – PARANGKUSUMO TUGAS FIELDTRIP GEOMORFOLOGI

Oleh : Nama

: Muhammad Amiruddin Nurullah

NIM

: 712215208

Kelompok

: 09

Yogyakarta, 2 Juni 2016 Dosen Pengampu,

Dr. R. Andy Erwin Wijaya, S.T,. M.T

ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Fieldtrip Geomorfologi ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun penulisan tugas ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari macam-macam bentuk lahan di alam yang terbentuk akibat proses geomorfologi. Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaaat. Serta akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Yogyakarta, 2 Juni 2016

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAM PENGESAHAN ..................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v BAB : HALAM PENGESAHAN ..................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv BAB : I.

PENDAHULUAN

........................................................................... 1

II.

TINJAUAN UMUM............................................................................ 3 2.1 Lokasi Bentuk Vulkanik ................................................................. 3 2.2 Lokasi Bentuk Lahan Asal Fluvial ................................................. 4 2.3 Lokasi Bentuk Lahan Asal Marine dan Eolian............................... 5

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 8 3.1 Bentuk Lahan Asal Vulkanik ......................................................... 8 3.2 Dampak Lingkungan Dari Gunung Api ........................................ 9 3.3 Kaitan dengan Tambang................................................................. 11 3.4 Bentuk Lahan Asal Fluvial............................................................. 11 3.5 Pembentukan Yang Terjadi............................................................ 15 3.6 Manfaat Sungai............................................................................... 15 3.7 Bentuk Lahan Asal Marine ............................................................ 15 3.8 Bentuk Lahan Eolian ...................................................................... 17

IV.

KESIMPULAN.................................................................................... 22 4.1 Kesimpulan ................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

iv

DAFTAR GAMBAR Gambar :

Halaman

2.1 Lokasi Pertama di kali Kuning Sleman Yogyakarta .........................3 2.2 Lokasi kedua di jembatan Siluk, Kali Opak, Kabupaten Bantul.......4 2.3 Lokasi ketiga di Parangkusumo.........................................................5 2.4 Lokasi Marine ...................................................................................6 2.5 Gumuk pasir......................................................................................7 3.1 Gradien sungai elevasi Braided dan Meander ..................................12 3.2 Sungai Braided ..................................................................................13 3.3 Penampang sungai Meander .............................................................13 3.4 Kecepatan Air ...................................................................................14 3.5 Kali opak ..........................................................................................15 3.6 Gumuk pasir sabit .............................................................................18 3.7 Gumuk pasir melintang .....................................................................19 3.8 Gumuk pasir memanjang...................................................................19 3.9 Gumuk pasir parabolik ......................................................................20 3.10 Gumuk pasir bintang .......................................................................21

v

BAB I PENDAHULUAN

Permukaan bumi selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu sebagai akibat proses geomorfologi, baik tenaga endogen maupun tenaga eksogen. Proses endogen termasuk kegiatan kegunungapian dan proses-proses pembentukan perbukitan dan pegunungan. Yang akan mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi karena aktifitas gunung api, tektonik maupun gempa bumi sehingga menghasilkan struktur geologi maupun geomorfologi. Struktur geologi merupaka faktor pengontol yang dominan didalam evolusi. Bentuk lahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuk lahannya. Dalam mempelajari ssuatu geomorfologis, harus mempelajari sejarah perkembangannya saat tersier hingga pleistosen dengan memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi. Geomorfologi dapat di defenisikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang bentuk lahan yang mengukir permukaan bumi baik di atas maupun dibawah permukaan air laut, menekankan cara pembentukannya secara konteks ke lingkungannya. Di dalam mempelajari geomorfologis yang sangat penting adalah aspek utama geomorfologi, antara lain : a. Aspek Morfologi Mencakup morfometri yaitu aspek ukuran dan bentuk unsur-unsur penyusun bentuk lahan serta morfologi yang merupakan susunan dan objek alami yang ada dipermukaan bumi sesuai dengan proses perkembagannya. b. Aspek Morfolgenesa Asal usul pembentukan bentuk lahan dan perkembangannya sehingga menghasilkan konfigurasi permukaan bumi yang berbeda-beda. c. Aspek Morfo-Asosiasi Keterkaitan antara bentuk lahan satu dengan yang lain dalam susunan keruangan atau sebarannya dipermukaan bumi. Ini sangat penting karena

1

pembentukan lahan dipermukaan bumi ditentukan oleh berbagai faktor seperti topografi, bahan, iklim, organisme, vegetasi, dan waktu.

Klasifikasi bentuk lahan yang didasarkan pada genesis, proses, atau batuan dikemukakan oleh Veestapen (%1983) terdapat 8 bentuk lahan antara lain : a) Bentuk lahan asal Vulkanis b) Bentuk lahan asal Marine c) Bentuk lahan asal Denudasional d) Bentuk lahan asal Flufial e) Bentuk lahan asal Eoaliang f) Bentuk lahan asal Pelarutan g) Bentuk lahan asal Plasial Pada pengenalan bentuk lahan ini yang akan diamati hanya 4 bentuk yang tersebar dari Gunung Merapi sampai Paragkritis.

2

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi Bentuk Lahan Asal Vulkanik

Kelerengan, 14˚=25%

Gunung Merapi

Jalur Lava Kali Kuning

Lokasi: Kali Kuning Koordinat : 110˚25ʾ37,3” E 7˚37ʾ23,9” S

Tumpukan Material

Elevasi : 668 mdpl

Gambar 2.1 : Lokasi Pertama di Kali Kuning, Sleman Yogyakarta Lokasi lahan ini berada di kali kuning, Sleman, Yogyakarta dan termasuk ke dalam bentang alam volkanik yaitu bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi. Terjadi perubahan pada sungai Kuning akibat adanya aktifitas Vulkanik. Sungai kuning berada pada Zona Proksimal atau berada dilereng, contohnya sungai ini pertama terbentuk karena pelapukan namun tidak terlihat kerena telah terjadi erupsi. Bukti terjadi pelapukan dari Merapi yaitu : a. Ukuran Butir yang masih besar-besar b. Batuan yang masih besar-besar.

3

Morfologi gunungapi dibedakan menjadi 3 zona, yaitu : 1. Zona pusat erupsi (central zone) 2. Zona proksimal 3. Zona distal Keterdapatan mineral biasanya berada di daerah volkanik tua.

2.2 Lokasi Bentuk Lahan Asal Fluvial

Utara Lokasi: Jembatan Siluk Kaliopak Koordinat : 110˚22ʾ46,8” E 7˚57ʾ6,8” S

Utara

Elevasi : 36 mdpl

Dataran banjir Gosong Tepi Gosong Tengah

Gambar 2.2 : Lokasi kedua di Jembatan Siluk, Kali Opak Lokasi lahan ini terdapat pada Jembatan Siluk, Kali Opak, Kabupaten Bantul, Kecematan Imogiri, Yogyakarta dan termasuk ke dalam bentang alam fluvial yaitu bentang alam yang terbentuk dari proses fluviatil (aktifitas sungai). Di daerah ini terdapat tiga bentuk lahan, yaitu : 1. Gosong tepi (endapan yang ada di tepi sungai) 2. Gosong tengah (endapan yang ada di tengah sungai) 3. Dataran banjir (daerah di luar sungai yang hanya tergenang air ketika banjir terjadi). Ketiga bentuk tersebut dipengaruhi oleh proses pengendapan. Dapat terbentuk karena adanya material yang diangkut yang merupakan ketermenerusan

4

material yang terdapat di kali kuning yang terlapukan dan berpindah ke sungai akibat arus angin. Terjadi pengendapan di daerah sungai karena arus sungai yang melambat karena daerahnya yang sudah datar atau landai. Pelebaran sungai disebabkan oleh arus sungai yang melemah, sedangkan pendalaman sungai disebabkan oleh arus sungai yang kuat. Bentuk material di daerah fluvial berbeda dengan yang ada di daerah vulkanik yang berupa material primer, pada daerah fluvial materialnya umumnya berupa endapan placer. Jika dikaitkan dengan pertambangan maka bisa diketahui bahwa metode penambangan dan konsentrasi endapanya akan berbeda antara daerah vulkanik dan daerah fluvial.

2.3 Lokasi Bentuk Lahan Asal Marine dan Eolian (Gumuk Pasir)

Utara

Lokasi: Pantai Parangkusumo Koordinat : 110˚19ʾ22,2” E 8˚1ʾ22,2” S Elevasi : 3 mdpl

Gambar 2.3 : Lokasi ketiga di Pantai Parangkusumo Lokasi lahan ini terletak di Pantai Parangkusumo yang merupakan bagian hulu dari Kali Kuning. Di tempat ini akan dilihat bentuk lahan Marine, Pasang surut dan Gumuk Pasir.

5

a. Bentuk Lahan Marine Bentuk lahan ini termasuk ke dalam bentang alam marine (pesisir) yaitu bentang alam yang terbentuk akibat aktifitas air laut, karena masih terdapat bukti-bukti air laut. Garis air terendah ketika pasang surut dan garis air tertinggi yang dipengaruhi oleh badai ini dinamakan kawasan pesisir atau marine. Pasir yang ada di pantai ini berasal dari material di lokasi 1 yaitu kali kuning yang terlapukan dan tertransportasi ke daerah pantai, yang kemudian pasir tersebut kembali terendapkan di pantai akibat arus ombak.

Perbukitan Karst

U

Gambar 2.4 : Marine Di dekat daerah pesisir ini terlihat bukit-bukit karst yang material utama pembentuknya adalah koral(batu gamping). Perbukitan ini terbentuk akibat adanya proses struktural yang mengangkatnya dari dasar laut ke permukaan. b. Gumuk Pasir Bentuk lahan ini termasuk ke dalam bentang alam eolian yaitu bentang alam yang terbentuk oleh adanya arus angin. Beberapa syarat terbentuknya gumuk pasir, yaitu : 1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak. 2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.

6

3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut. 4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.

Utara Gumuk Pasir

Gambar 2.5 Gumuk Pasir Bentuk gumuk pasir bermacam- macam tergantung pada faktor- faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).

7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Bentuk Lahan Asal Vulkanik Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang bentuk pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi. Bentang alam vulkanik umumnya dihubungkan dengan gerak tektonik, gunung api sebagia besar dijumpai didepan zona penunjaman (subduction zone). Morfologi gunung api dibedakan menjadi 3 zona, yaitu : 1. Zona pusat erupsi (central zone) Pada zona ini, pusat erupsi terjadi dan energy terbesar dari pusat erupsi ada pada zona ini. Dengan adanya kegiatan vulkanisme yang tinggi, banyak menyebabkan aktifitas-aktifitas lain seperti Hidrotermal dan Mineralisasi sehingga banyak terjadi proses alterasi menghasilkan berbagai macam unsur yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti emas. Telah diketahui, tambangtambang emas besar diindonesia seperti Grasberg, Papua dulunya merupakan zona pusat erupsi gunung api purba. Namun perlu diketahui, saat gunung api masih aktif , zona ini sangat berbahaya. Kandungan gas-gas beracun dan sulfur yang berbau menyengat dan pekat dapat menyebabkan pingsan atau bahkan kematian apabila terhirup melampaui batas. Saat terjadi erupsi zona inilah yang sangat sangat hancur. 2. Zona proksimal Zona dengan lapisan soil yang tipis dan material piroklastik sedikit terorietasi dan mengalami proses pelapukan dan erosi. Material piroklastik ini setelah beberapa bulan atau beberapa tahun bisa menjadi sumber penghasupan bagi tanaman melalui berbagai unsur dibawanya. Maka dari itu, zona ini sudahh mulai dikembangkan menjadi lahan perkebunan dimana sayuran dapat tumbuh subur. Selain itu daerah proksimal menjadi derah penangkap air hujan yang sangat baik yang kemudian mengalirkan ke zonazona dibawahnya.

8

3. Zona distal Zona ini merupakan zona dengan kelerengan landai dan menjadi derah tangkapan air dari zona proksimal. Litologi penyusunnya kebanyakan adalah konglomerat, lahar, batupasir, dan tuff. Daerah ini masih cukup subur dengan adanya jatuhan piroklastik yang sampai daerah ini saat terjadi erupsi, zona ini dapat menjadi daerah aman namun dapat juga menjadi daerah berbahaya terutama pada kawasan yang terletak disekitar sungai tempat lahar menerjang. Pada zona ini yang terjadi bukan proses pelapukan atau erosi melainkan proses pengendapan (sedimentasi)

3.2 Dampak lingkungan dari gunung api Gunung api dapat mempengaruhi lingkungan, pengaruh baik (sesumber), maupun pengaruh buruk ( bencana) bagi manusia. 

Dampak positif dari gunung api a) Panas bumi Panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai sumber listrik dari proses hidrotermal yang terjadi didaerah gunung api seperti yang diusahakan dipegunungan Dieng dan Lahendong b) Sebagai taman wisata, dikembangkan darri potensi keindahan alam dan suasana alam yang masih asri dan sejuk seperti kaliurang, Puncak da n Sarangan. c) Sebagai daerah pertanian yang subur seperti yang banyak dijumpai diseluruh Indonesia contohnya : Batu, Kaliurang, Dieng, Wonosobo. d) Sebagai daerah pengisian (recharger) air tanah bagi daerah-daerah sekitar gunung api seperti Gunung Merapi untuk daerah sekitar Yogyakarta. e) Sebagai daerah penyeimbang atau pembagi hujan bagi daerah sekitarnya.

Selain berpotensi sebagai dearah yang menguntungkan, gunung api juga berpotensi sebagi sumber bencana. Secara garis besar bahaya akibat erupsi gunung api dapat dibagi menjadi 2 yaitu ; 1) Bahaya langsung (primer) Bahaya langsung (primer) akibat gunung api meliputi ; 9

a) Aliran lava Terjadinya aliran cairan yang pijar atau cair dan bersuhu tinggi (12000 c). Alirannya menuruni lereng yang terjal dan dapat mencapai beberapa kilometer. Semua benda yang dilaluinya akan hangus dan terbakar. Apabila longsor akan menimbulkan awan panas. b) Bom gunung api Batuan yang panas dan pijar berukuran 10cm - 2 m, batuan ini dapat terlempar dari pusat erupsi sejauh hingga 10 km. bila tiba ditanah Bomini akan mengeluarkan letusan dan akan hancur. c) Pasir lapilli Campuran material letusan yang berukurannya lebih kecil dari bom (lebih besar 2 mm). Sedangakan lapilli lebih besar dari pada pasir hingga mencapai beberapa cm. apabila terjadi letusan pasir dan lapilli ini dapat terlempar hingga puluhan Km. Pasir dan lapilli ini dapat menghancurkan atap rumah, karena bebannya juga dapat merusak lahan pertanian hingga dapat membunuh tanaman. d) Awan pijar Suspense dari material halus yang dihasilkan oleh erupsi gunung api dan dihembus oleh angin hingga mencapai beberapa kilometer. Awan pijar ini merupakan campuran yang pekat dari gas, uap dan material halus yang bersuhu tinggi (hingga 1200 0 C). Suspensi ini berat sehingga mengalir menuruni lereng gunung api dan seolah-olah meluncur, luncurannya dapat mencapai 10-20 km dan dapat membakar apa yang dilaluinya seperti yang terjadi pada Gunung Merapi pada tahun 1994, 2006, dan 2010 yang memakan korban akibat letusan awan panas ini. e) Abu Gunungapi Abu ini merupakan campuran material yang paling halus dari suatu letusan gunungapi. Suhunya bisa tidak panas lagi. Ukuranya kurang dari 1 mkikro-2 mm. Bahaya yang dapat ditimbulkan antara lain bisa mengganggu penerbangan seperti yang terjadi pada saat letusan Gunungapi Kelud, dapat menimbulkan sesak napas apabila terlalu 10

banyak menghisap abu gunung api dan menimbulkan penyakit yang terisapnya abu gunung api yang mengandung silica bebas. f) Gas beracun Kadar gas yang tinggi dapat menimbulkan kematian. Gunung api biasanya mengeluarkan gas CO, CO 2 , H2 S, HCN, H3 AS, NO2 , Cl2 dan gas lain yang jumlahnya sedikit. Nilai batas ambang untuk gas CO 50 ppm (part per million, 5.00 ppm). Sedangkan gas H2 S yang sangat mematikan pada 0,05 ppm. Gas yang dikeluarkan saat erupsi tidak begitu berbahaya karena gas tersebut langsung terbakar pada saat terjadi letusan gunung api. Yang paling berbahaya adalah apabila gas tersebut dikeluarkan pada sisa-sisa gunung api. Seperti yang terjadi di pegunungan Dieng. Gas tersebut BJ-nya lebih besar dari udara bebas sehingga letaknya berada pada daerah-daerah yang rendah seperti dilembah-lembah, dekat permukaan tanah. 2) Bahaya setelah terjadi letusan (sekundera) Bahaya aliran lahar. Lahar terbentuk dari batuan yang dilemparkan dari pusat erupsi baik block, bom, lapilli, tuff, abu, maupun longsoran kubah lava. Apabila terjadi hujan lebat yang turun bersamaan atau setelah erupsi maka endapan material hasil erupsi tersebut akan tersangkut oleh aliran air membentuk, aliran bahan rombakan yang biasa disebut alira n lahar. Aliran lahar ini mempunyai kekuatan merusak yang besar dan akan melalui apa saja yang ada didepannya tanpa kecuali baik pemukiman, hutan tanah pertanian maupun tanggul sungai yang dilaluinya. 3.3 Kaitan dengan tambang Magma yang keluar bersamaan dengan mineral- mineral dapat di tambang namun terdapat cara penambangan yang berbeda karena tergantung dari materialmaterial. 3.4 Bentuk Lahan Asal Fluvial Sistem Fluvial merupakan sistem yang berhubungan dengan aliran air sungai yang terjadi darat karena gaya grafitasi. Floodplain (dataran banjir) adalah daerah yang berada diluar channel yang hanya tergenang air ketika banjir terjadi.

11

Endapanya relative lebih halus dari endapan chanel serta dinding chanel, endapan didalam chanel tentu saja lebih kompleks kerana bentuk chanel sungai akan membawa mekanisme arus dan kecepatan debit yang berbeda-beda pada chanel airnya mengalir terus menerus sehingga yang terjadi adalah traksi (bedload) yang bekerja disana terus menerus menyulitkan material halus mengendap sedangka n di floodplain airnya diam disitu saja hanya arus suspe...


Similar Free PDFs