LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PDF

Title LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
Author Lifa Khalifatunnisa
Pages 10
File Size 362.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 411
Total Views 652

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI MENGHITUNG DENSITAS DAN FREKUENSI POPULASI HEWAN 17 Maret 2021 disusun oleh Lifa Khalifatunnisa (4401418006) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2021 A. Judul Praktikum : Menghitung densitas dan frekuensi populasi hewan ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI Lifa Khalifatunnisa

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ANALISIS SIFAT FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH SERTA FAKT OR-FAKT OR PEMBENT UKNY… Andry Qais

LAPORAN PRAKT IKUM MANAJEMEN AGROEKOSIST EM ASPEK TANAH Kebun Percobaan Cangar naning kurniasari Cont oh Vert ebrat a dan Avert ebrat a Laut Sumit ro Simangunsong

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI MENGHITUNG DENSITAS DAN FREKUENSI POPULASI HEWAN 17 Maret 2021

disusun oleh

Lifa Khalifatunnisa

(4401418006)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2021

A. Judul Praktikum : Menghitung densitas dan frekuensi populasi hewan B. Tujuan Praktikum : Menghitung densitas dan frekuensi populasi hewan cacing C. Landasan Teori Hewan tanah lebih didominasi oleh avetebtara salalah satunya dalah cacing tanah. Jika ditinjau dari morfologi maka tubuh cacing tanah tersusun atas segmensegmen yang berbentuk cincin, dan setiap segmen memiliki seta kecuali pada 2 segmen pertama. Cacing tanah memiliki mulut pada ujung anterior (tidak bersegmen) yang disebut prostomium. Sebagai hewan hermaprodit, organ reproduksi cacing tanah, baik organ kelamin jantan dan betina, terletak pada beberapa segmen bagian anterior tubuhnya. Setelah dewasa akan terjadi penebalan epitelium pada posisi segmen tertentu membentuk klitellum (tabung peranakan atau rahim). Klitellum tersebut dapat berwarna lebih pekat atau lebih pudar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya Pertumbuhan dan laju reproduksi cacing tanah serta kualitas kasting yang dihasilkan sangat bergantung pada jenis dan jumlah pakan yang dikonsumsinya. (Indriyani, 2013) Cacing tanah sangat sensitif terhadap gangguan lingkungan terutama bahan agrokimia seperti pestisida. Residu pestisida di dalam tanah dapat menurunkan secara laten pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah. Selain itu, praktik pertanian modern dilaporkan mengubah kelimpahan dan komposisi komunitas cacing tanah. Jumlah populasi cacing tanah lebih tinggi pada lahan yang dikelola secara organik dibandingkan lahan alami dan terintegrasi. lahan pertanian intensif pada umumnya memiliki populasi cacing tanah yang lebih rendah salah satunya karena perubahan sifat-sifat tanah. Perubahan sifat tanah dapat menghilangkan populasi cacing tanah tertentu dan menyebabkan munculnya spesies baru (Tri Mayangsari, 2019). Cacing tanah paling banyak ditemukan pada kedalaman 0-15 cm dan hanya sedikit jumlahnya pada kedalaman > 15 cm. Populasi cacing tanah pada lahan sawah organik di Jawa Tengah berkisar antara 24 – 1.145 ekor per m2, sedangkan pada sawah konvensional berkisar antara 16-24 ekor per m2 . Cacing tanah umumnya tidak memakan vegetasi hidup, tetapi hanya makan bahan makanan berupa bahan organik mati baik sisa-sisa hewan ataupun tanaman. Kebanyakan cacing tanah hidup pada kedalaman kurang dari 2 m, tetapi ada beberapa jenis mampu membuat lubang hingga 6 m (Subinkalu et al., 2015). Keberadaan cacing tanah dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya faktor abiotic seperti suhu dan pH. suhu tanah dipengaruhi oleh curah hujan, kondisi iklim dan tutupan vegetasi yang ada pada tanah tersebut. Tutupan vegetasi yang rapat akan menghalangi cahaya matahari secara langsung menembus tanah yang pada akhirnya akan mempengaruhi suhu tanah. tingkat keasaman tanah (pH) menentukan besarnya populasi cacing tanah. Cacing tanah dapat berkembang dengan baik dengan pH netral, atau agak sedikit basah, pH yang ideal adalah antara 6-7,2 (Hidayatul Luthfiyah, 2014).

Materi organik tanah sangat menentukan kepadatan organisme tanah. Materi organik tanah merupakan sisasisa tumbuhan, hewan organisme tanah, baik yang telah terdekomposisi maupun yang sedang terdekomposisi jika faktor fisik-kimia semakin tinggi maka kepadatan genus cacing tanah akan semakin rendah, sedangkan korelasi yang positif menunjukkan bahwa antara faktor fisik-kimia dengan kepadatan genus cacing tanah berbanding lurus, jika faktor fisik-kimia semakin tinggi maka kepadatan genus cacing tanah akan semakin tinggi (Ciptanto dan Paramita. 2014). D. Alat dan Bahan No. 1. 2. 3. No. 1.

ALAT Pengeruk tanah Mistar Kantong plastik Bahan Tanah kebun gembur

yang

Fungsi Untuk menggeruk dan mengumpulkan tanah Untuk mengukur panjang Sebagai wadah Fungsi Sebagai media

E. Cara Kerja Mengambil sampel tanah ukuran 30x30x30 cm3 di habitat cacing tanah dengan pengeruk tanah

Memasukkan dalam suatu wadah

Memisahkan cacing dari tanah dengan hand sorted (sortir tangan)

Jika sudah selesai hitung, mengembalikan cacing tanah ke habitat semula.

Melakukan sampling dengan 5x ulangan, dan melakukan dengan cara yang sama.

Mengumpulkan cacing pada wadah dan hitung jumlahnya

Menyajikan data dalam tabel yang efektif dan mudah dibaca.

Mengamati warna fisik tanah, dan jika ada soiltester, ukur suhu dan pH tanah

Membuat Video dan foto kegiatan eksplorasi ini, sebagai bukti kegiatan yang telah dilakukan.

Menyusun laporan secara lengkap untuk dikonsultasikan dengan asisten, setelah diacc, diunggah ke ELENA

Menghitung kerapatan cacing tanah per meter3.

F. Data Pengamatan 1. Hasil eksplorasi kerapatan cacing tanah Lokasi : Dibelakang Rumah Praktikan di Di desa Pakiringan, RT 007 RW 003 Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dengan koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan. Tanggal eksplorasi : 19 Maret 2021 pukul 08.00 WIB Kondisi cuaca : Cuaca cerah berawan Sampling ke

tekstur tanah

1.

Jumlah cacing tanah 2

Warna tanah

2.

3

Pasir Coklat berlempung kehitaman

3.

-

Pasir Coklat berlempung kehitaman

4.

-

Pasir Coklat berlempung kehitaman

Pasir Coklat berlempung kehitaman

Foto hasil dan lokasi sampling

5.

2

Pasir Coklat berlempung kehitaman

G. Analisis Data 1. Kerapatan cacing tanah

K =

𝑛

𝐴

Keterangan : K = Kerapatan jenis (Individu/ m3) n = Jumlah total spesies per plot (Individu) A = Luas daerah yang disampling (m3)= 30cmx30 cmx30cm = 27.000cm3 =0,027m3

a. Plot 1 K = = = 74,07 m3 b. Plot 2 K = = = 111,11 m3 c. Plot 3 K = = = 0 m3 d. Plot 4 K =

= = 0 m3 e. Plot 5 K = = = 74,07 m3 2. Frekuensi Kehadiran Cacing tanah

f=

𝑛𝑖

Σ

f= Frekuensi Kehadiran Cacing tanah ni= Kehadiran cacing tanah dalam sebuah plot = Jumlah plot f=

= = 0,6 F. Pembahasan Praktikum dilakukan di daerah Brebes yang memiliki iklim tropis, dengan curah hujan yang signifikan di hampir sebagian besar bulan dan musim kemarau yang singkat. Suhu rata-rata tahunan di Brebes adalah 27,5°C dengan curah hujan rata-rata sebesar 1961 mm/tahun. dengan koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan. Sedangkan untuk tekstur tanah di wilayah Brebes yang didominasi pasir dan liat sehingga dapat dikatakan daerah yang subur. Hasil praktikum meliputi tekstur dan warna tanah, densitas dari cacing tanah di daerah tertentu dan frekuensi populasi cacing tanah. Menurut (Suin, 2012), Hewan tanah merupakan salah satu komponen yang ada di dalam ekosistem tanah. Kehadiran, proses perkembangbiakan, dan kepadatan jenisjenis hewan tanah (populasi) di suatu tempat amat dipengaruhi kondisi tempat itu. Sehingga dikatakan bahwa suatu jenis hewan tanah di suatu tempat sangat

dipengaruhi faktor biotik dan abiotic. Faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap keberadaan hewan tanah, terutama adalah pH tanah, suhu tanah, aerasi, dan kadar air tersedia.Tanah asam ataupun tanah alkalin umumnya kurang disukai hewan tanah, terutama disebabkan karena tanaman yang dapat hidup pada tanah-tanah tersebut hanya sedikit. Hal ini menyebabkan hewan tanah akan kekurangan sumber makanan. Salah satu jenis hewan tanah yaitu cacing tanah. Dari praktikum yang telah dilaksakanan keadaan tanah pada lokasi praktikum memiliki teksur pasir berlempung dengan suhu 27°C. Dalam memenuhi kebutuhannya cacing tanah tergolong heterotrof dan juga detritivor dimana mereka akan mengkonsumsi daun dan organ tumbuhan lain yang jatuh atau mati lalu menjadikannya sebagai komponen kecil yang kemudian didekomposisi oleh mikroba. Aktivitas cacing tanah dipengaruhi oleh kadar air, tipe tanah, jenis tumbuhan (yang mempengaruhi sifat serasah), dan kadar keasaman tanah. Selain itu, Populasi cacing tanah sangat bergantung pada faktor fisik-kimia tanah dan sumber makanan. Dari praktikum yang telah dilaksanakan pada lokasi praktikum terdapat banyak tumbuhan seperti rumput dan juga tanaman liar dan juga banyak serasah. Dari praktikum yang telah dilaksanakan dari plot yang telah ditetapkan jumlah total cacing yang ditemukan adalah 7 ekor. Selain itu, ada plot yang tidak ditemukan cacing hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah tekstur tanah yang pasir berlempung sedikit kering. Menurut penelitian Indriyani (2013), Jenis tekstur tanah lempung berpasir mampu mendukung pertumbuhan cacing tanah dalam hal peningkatan biomassa dibandingkan dengan jenis tekstur liat dan lempung berliat diduga karena tekstur tersebut dominan mengandung fraksi pasir yang dapat meningkatkan aktivitas dari cacing. Aktivitas organisme tanah dicirikan oleh parameter seperti jumlah dalam tanah, bobot tiap unit isi atau luas tanah, dan aktivitas metaboliknya. Sedangkan kepadatan populasi suatu jenis atau kelompok hewan tanah dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit contoh, atau per satuan luas, atau per satuan volume, atau per satuan penangkapan. Pada praktikum yang telah dilaksanakan, untuk 2 ekor cacing yang ditemukan dalam Plot memilikinilai densitas sebesar 74,07 m3, Untuk 3 ekor cacing yang ditemukan dalam Plot memilikinilai densitas sebesar 111,11 m3, dan jika tidak ditemukan cacing pada plot memiliki densitas 0. Kemudian untuk frekuensi populasi dihitung dari jumlah kehadiran cacing tanah yang ditemukan dan dibagi dengan jumlah plot yaitu senilai 0,6. Keberadaan cacing di sebuah daerah berhubungan dengan karakteristik tanah. Semakin banyak jumlah cacing tanah, maka semakin tinggi kesuburan tanah yang diindikasikan oleh ketersediaan unsur hara dan bahan organik yang lebih tinggi (Tri Mayangsari, 2019). Selain itu, ketersediaan bahan organik tanah memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan populasi cacing tanah, karena bahan organik yang terdapat didalam tanah sangat diperlukan oleh cacing tanah untuk melanjutkan kehidupannya. Kepadatan populasi cacing tanah

tertinggi ditemukan pada lokasi yang jauh dari sumber pencemaran, memiliki suhu yang optimal dan juga pH yang netral. G. Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan antara lain, Nilai densitas dari setiap plot berbeda-beda yaitu Plot 1 memiliki nilai densitas 74,07 m3, Plot 2 memiliki densitas 111,11 m3 , Plot 3 memiliki nilai densitas 0, Plot 4 memiliki nilai densitas 0 dan Plot ke 5 memiliki nilai densitas 74,07 m3. Selain itu frekuensi populasi dari cacing tanah senilai 0,6, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor biotik dan abiotic contohnya tersedianya bahan organic dalam tanah, suhu, dan pH. H. Daftar Pustaka Indriyani, R., D. (2013). Karakter Morfologi dan Pertumbuhan Tiga Jenis Cacing Tanah Lokal Pekanbaru pada Dua Macam Media Pertumbuhan. Jurnal Biosantifika, 5 (1), 14-15. TRI, M., A. (2019). Populasi, Biomassa dan Jenis Cacing Tanah pada Lahan Sayuran Organik dan Konvensional di Bedugul. Jurnal AGROTROP, 9 (1), 13 – 22 Subin Kalu, M., K., & Udhab R., K. (2015). Earthworm population in relation to different land use and soil characteristics. Central Department of Environmental Science, Tribhuvan University, Kirtipur, Kathmandu Nepal.Amrit Science Campus, Tribhuvan University,Thamel, Kathmandu, Nepal. Hidayatul, L. (2014). Keanekaragaman dan Kepadatan Cacing Tanah di Perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar. Jurnal Biologi UIN Malang, 3(1), 12-14. Ciptanto, S. dan U. Paramita. (2014). Mendulang Emas Hitam melalui Budidaya Cacing Tanah. Yogyakarta: Lily Publisher. Suin, N., M. (2012). Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.

I. Lampiran Dokumentasi

Alat dan Bahan

Proses praktikum

Hasil praktikum...


Similar Free PDFs