LAPORAN PRAKTIKUM manajemen limbah POP (Pupuk Organik Padat) PDF

Title LAPORAN PRAKTIKUM manajemen limbah POP (Pupuk Organik Padat)
Author Haerul Alwans
Pages 13
File Size 777.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 606
Total Views 703

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN LIMBAH PETERNAKAN Pupuk organik Padat Oleh : Nama : Sandi Haerul Rizal NIM : D0A018052 Kelompok : 3H Asisten : Srbanny Marito Bintang LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2020 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lat...


Description

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN PRAKTIKUM manajemen limbah POP (Pupuk Organik Padat) Haerul Alwans Rizal, S., H.,

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers B 5.Pembuat an Kompos Ade Faridah

MAKALAH KOMPOS BARU Alvie Fauziah PENUNT UN PRAKT IKUM PENGOLAHAN LIMBAH 2014 Prodi Pet ernakan

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN LIMBAH PETERNAKAN Pupuk organik Padat

Oleh : Nama NIM Kelompok Asisten

: Sandi Haerul Rizal : D0A018052 : 3H : Srbanny Marito Bintang

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2020

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Feses ternak merupakan hasil dari proses peternakan yang tidak diolah akan menimbulkan masalah. Masalah tersebut akan berkaitan dengan masalah seperti pencemaran lingkungan dan juga udara. Masalah tersebut juga akan berkaitan dengan faktor kesehatan dan bahkan menimbulkan penyakit. Pemanfaatan feses hasil ternak harus dilakukan guna mengatasi masalah-masalah yang nantinya dapat ditimbulkan. Dengan adanya pengolahan dan pemprosesan limbah peternakan nantinya akan mengurangi tingkat pencemaran peternakan. Pemprosesan nantinya juga akan menjadikan manfaat bagi hal lain guna untuk membantu peternakan itu sendiri atau membantu dalam bidang ekonomi atau kehidupan lainnya. Pupuk organik padat merupakan salah satu pengolahan mengenai limbah hasil peternakan. POP akan menjadikan limbah yang tadinya bermasalah menjadi manfaat bagi peternakan, petani dan ekonomi lainnya. Pemanfaatan pupuk organik padat diharapkan nantinya menjadi solusi bagi masalah lingkungan yang ada. Pengolahan limbah peternakan menjadi pupuk organik sangat mudah dilakukan. Pengolahan selain mudah juga bahan-bahan tersedia dengan mudah, sehingga dalam prosesnya juga tidak akan sulit. 1.2 Tujuan 1.

Mahasiswa dapat mengetahui apa itu pupuk organik padat,

2.

Mahasiswa dapat mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pupuk organik padat,

3.

Mahasiswa dapat mengetahui parameter keberhasilan dalam pembuatan pupuk organik,

4.

Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan pupuk organik padat.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan praktikum Manajemen Limbah Peternakan dengan judul Pupuk Organik Padat dilaksanakan pada Senin, 04 Mei 2020. Pukul 14.30-15.40 di Desa Gunung sugih, Kecamatan salem, Kabupaten Brebes. Yang dilaksanakan secara online lewat aplikasi google meet.

BAB II ISI

1.

Pupuk organik padat Pupuk organik padat adalah pupuk yang terbuat dari limbah bahan organik dengan

hasil akhir berbentuk padat. Menurut Suniantara, dkk., (2019) pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang telah mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Limbah bahan organik padat dapat berupa feses ternak, daun kering dan bahan organik lainnya yang bila dikomposkan menghasilkan hasil akhir berbentuk padat. Pupuk organik padat dalam pengaplikasiannya biasanya digunakan oleh petani untuk memupuk tanaman. Pupuk organik padat juga bisa dibuat dari limbah-limbah yang tersedia di sekitar lingkungan tempat hidup. Pemanpaatan limbah juga akan mengurangi masalah terhadap lingkungan dan memperbaiki lingkungan. Pupuk organik padat dibagi menjadi 3 Kategori yaitu: 1) berdasarkan bahan penyusun pop berasal dari bahan alam; 2) berdasarkan kandungan unsur hara, termasuk pupuk majemuk dan lengkap karena memiliki unsur hara lengkap yang terdiri dari unsur makro yaitu (N, P, K) dan mikro (Ca, Fe, dan Mg); 3) berdasarkan cara pemakaian termasuk dalam pupuk akar karena pemberian haranya melalui akar. Tujuan dilakukannya dekomposisi bahan organik pada pupuk organik padat diantaranya yaitu; 1. Menguraikan bahan sehingga menghasilkan hara yang hilang; dan 2. Menghasilkan pupuk dengan kadar C/N yang seimbang dengan kadar C/N tanah. Tujuan menyeimbangkan tersebut agar pupuk dapat diserap oleh tanaman sehingga tanaman menjadi bagus. 2. Bahan-Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pupuk organik padat yaitu terdiri dari feses sebagai bahan utama, serbuk gergaji, abu, molases, aktivator, dan kapur dolomit. Hal tersebut sedikit berbeda dengan perlakuan yang dilakukan oleh Setyaningsih, dkk., (2019) adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : Kotoran Sapi, Dedak, EM4, Gula pasir, dan Air. Perbedaan tersebut terjadi karena perlakuan dan ketersediaan bahan yang tersedia.

Bahan yang paling penting dalam pembuatan pupuk organik padat yaitu bahan utamanaya. Feses merupakan bahan utama sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik padat dari hasil ternak. Feses juga sebagai bahan sumber nitrogen yang digunakan untuk proses dekomposisi saat proses pembuatan kompos. Feses yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik padat yaitu sebanyak 200 kg. Serbuk gergaji yang digunakan yaitu sebesar 10 kg dalam proses pembuatan kompos. Serbuk gergaji mengandung kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serbuk gergaji akan meningkatkan kandungan fosfor, kalium dan karbon. Serbuk gergaji berperan sebagai sumber karbon dalam pembuatan kompos. C/N rasio tanah bernilai sebagai sebesar 1012%. jika terlalu rendah dari C/N tanah maka akan timbul gulma dan jika terlalu tinggi dari C/N tanah maka akan susah diserap tanah. Abu berfungsi mengurangi kadar air dalam feses. Abu yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebanyak 10 kg. Abu mengandung unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg dan Fe. Abu yang digunakan bisa dari abu pembuatan batu bata, abu pembakaran sekam atau abu pembakaran jerami padi. molasses digunakan pada proses pembuatan kompos yaitu sebanyak 100 ml. molasses berfungsi sebagai sumber glukosa dan energi bagi mikroba. Aktivator yang digunakan yaitu stardek dan vit animal, Startdek yang digunakan yaitu sebanyak 500 gram dan vit animal yaitu sebanyak 200 gram. Stardek mengandung beberapa mikroorganisme yaitu lignolitik, selulolitik dan amilolitik. Berfungsi memecah struktur jaringan yang susah terurai pada bahan organik. Vit animal terdiri dari beberapa bakteri diantaranya basilus lentus, basilus pumilus, bacillus subtilis, asseto bacteri pacpale. Vit Animal berfungsi sama seperti ragi yaitu berfungsi untuk pertumbuhan sel mikroba. Terdapat mikroorganisme golongan pokok yang berada didalam stardex, yaitu; 1) Rhodopseudomonas (Bakteri fotosentetik), Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolit yang diproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai sumber substrat untuk perkembangbiakan yang menguntungkan. 2) Lactobacillus sp., Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula dan karbohidrat lain yang bekerja sama dengan bakteri fotosintesis. Asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat dapat menekan mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.

3) Streptomyces sp., Mikroorganisme ini mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan. 4) Ragi (yeast), Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi berguna untuk pertumbuhan sel. Ragi ini juga berperan dalam perkembangbiakan atau pembelahan mikroorganisme. 5) Actinomycetes, merupakan mikroorganisme peralihan antara bakteri dan jamur yang mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan mengubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen, menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan kitin yaitu zat esensial untuk pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lain. 6) Saccharomyces (Bakteri Jamur Fermentasi), Bakteri yang menghasilkan zat bioaktif (hormone dan enzim) untuk meningkatkan jumlah sel aktif mikroba dan bisa dipakai untuk perkembangan akar. Kapur dolomit yang digunakan pada pembuatan pupuk organik padat yaitu 4 Kg. fungsi dari kapur dolomit yaitu membunuh bakteri patogen, menetralkan pH tanah, membantu sirkulasi dalam tanah/aerasi dan sebagai unsur hara Carbon oksida dan mangan oksida. 3.

Alat-Alat Alat merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu selama proses kegiatan

pengomposan berlangsung. Alat yang digunakan diantaranya timbangan. Timbangan terdiri dari timbangan di meja dan timbangan gantung, timbangan di meja yaitu digunakan untuk pembuatan takaran pada saat pada proses pembuatan POP dimulai. Timbangan gantung yaitu digunakan di akhir saat pop telah jadi. cangkul gunanya untuk mencangkul atau mencampur campur kegiatan pembuatan pupuk organik padat. termometer berfungsi sebagai pengukuran suhu selama proses berlangsung. Suhu harus terus di ukur agar bisa mengetahui apakah pengomposan akan berhasil atau tidak. PH meter juga perlu digunakan untuk mengetahui pH selama proses berlangsung. Alat pengukur pH yang biasa digunakan yaitu jenis soil meter. ember berfungsi untuk penakaran atau pemindahan pemindahan selama proses pembuatan kompos.

4.

Parameter Keberhasilan

1) Temperatur, temperatur akan optimal dengan laju pertumbuhan mikroba. Fase peningkatan temperatur terdiri dari tiga fase. Fase penghangat (mesofilik) yaitu 15200C. Pada masa mesopolik mikroba akan berkembang dan beraktivitas mengurangi bahan organik. Fase Termofilik bersuhu 40-600C. Suhu tersebut merupakan suhu maksimum di mana aktivitas mikroba mencapai titik puncak dan bakteri patogen dan bibit gulma mati. Fase pematangan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan POP, suhu yaitu kurang dari 400C. Pematangan biasanya terjadi di minggu keempat atau akhir proses. 2) Ketinggian, ketinggian yaitu sekitar 1 meter dengan ketinggian minimum yaitu1- 1,2 meter dan maksimal 1,5 sampai 2 meter. ketinggian berpengaruh terhadap suhu selama masa proses pengomposan dan proses aktivitas mikroba selama proses. Ketinggian yang kurang dari batas minimum dapat menyebabkan suhu tidak tercapai dengan optimal, sedangkan gundukan yang melebihi batas maksimum dapat menyebabkan suhu terlalu tinggi dan yang menyebabkan kematian mikroba pengurai. 3) Rendemen, rendemen merupakan perbandingan antara jumlah pupuk yang dihasilkan dengan jumlah bahan yang digunakan, standar rendemen yaitu 60%. Rumus rendemen. 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙

𝑋 100%

4) tekstur tekstur pupuk organik padat yaitu itu tidak kasar dan juga tidak lembek atau bersifat remah-remah halus. Ukuran partikel kompos berkaitan dengan tingkat kematangan kompos serta volume bahan, kompos yang baik memiliki ukuran partikel kecil serta memiliki berat setengah dari bahan yang didekomposer. Ukuran tersebut yang menjadikan tekstur agak lembut 5) PH, PH yaitu normal berkisar 6,8 - 7,5 atau dengan kata lain bersifat netral. awal pengomposan PH bersifat asam karena terbentuknya asam organik sederhana. 6) Warna, Warna kehitam-hitaman sebagai tanda bahwa kompos sudah matang dan warna coklat sebagai tanda bahwa kompos belum matang. Perubahan warna kompos terjadi akbiat bahan campuran yang digunakan. 7) Bau, Bau kompos yang sudah jadi yaitu seperti bau tanah. Bau atau aroma yang dihasilkan pada proses pengomposan meruapaka suatu tanda bahwa telah terjadi aktivitas dekomposisi bahan oleh mikroba. Mikro. Mikroba mengurai bahan organik

tersebut menjadi salah satunya menjadi amonia, aroma busuk yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh bahan organik dan mol. Menurut Mokodompis, Dkk., (2018) kompos menimbulkan bau atau aroma yang menyerupai bau tanah yang menandakan proses pengujian yang telah selesai. 8) Kelembaban juga merupakan hal yang penting dalam proses pengomposan. Kusumawati, N. (2011) mengatakan kelembaban optimum untuk pengomposan aerob antara 50-60%, apabila lebih rendah dari 50%, maka pengomposan akan berlangsung lebih lambat. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. 5.

Manfaat Pupuk Organik Padat

Beberapa manfaat pupuk organik padat diantaranya : 1. Mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar (nodul) pada tanaman leguminosa sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyeraoan nitrogen yang berasal dari udara. 2. Meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, perubahan cuaca, dan serangan penyakit. 3. Merangsang pertumbuhan cabang produksi. 4. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah. 5. Mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah Manfaat pupuk organik menurut Tabun, Dkk., (2017) menyatakan pupuk organik mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah (adalah 1) dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, 2)dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan seranganpatogen penyebab penyakit, 3) merangsang pertumbuhan cabang produksi, 4)meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, 5) mengurangi gugurnya daun, bungadan bakal buah. 6.

Metode dan cara kerja pembuatan pupuk organik padat

-

bahan di siapkan terlebih dahulu dan di ukur berdasarkan komposisi yang ada.

-

Feses sapi yang telah tersedia disebar di lantai dan diratakan pisahkan dari rumput sisa pakan

-

Selanjutnya tambahkan bahan lain diatasnya feses tersebut secara berurutan : aktivator, molases, abu, serbuk gergaji, dan kapur dolomit.

-

Selanjutnya bahan di diaduk agar tercampur merata

-

Campuran bahan kemudian dibuat menggunung dengan ujung gunungan mencapai ketinggian 1 meter

-

selanjutnya dilakukan pengukuran suhu, kelembaban, pH, Asap dan warna, perlakuan dilakukan di minggu berikutnya (X1, X2, X3) dan setelah pengukuran dilakukan pembalikan lalu diratakan hingga 10 cm tingginya,

-

pada minggu ke 4 (X4) dilakukan tahap akhir lalu diayak , menghitung renemen dan dikemas.

Langkah-langkah pembuatan POP: menurut Kholis, dkk., (2019) yaitu: − Bahan : beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan pupuk organik padat adalah : 1) kotoran ternak, 2) limbah pakan, 3) arang sekam, 4) dedak, 5) serbuk gergaji, 6) bioaktivator, dan 7) tetes tebu / molassea / cairan gula merah/pasir. Prosedur pembuatan: − Pemilahan bahan baku, pada tahap ini dilakukan pemisahan bahan baku antara limbah organik dan limbah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan. − Penyusunan Tumpukan • Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan. • Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 1,2m x 1,5m. • Bahan dapat disusun dengan metode sebagai berikut : a. Siram bak fermentasi dengan air yang sudah dicampur bioaktivator. b. Masukkan kotoran ternak dengan ketebalan tumpukan sekitar 3 cm. c. Masukkan limbah di atas tumpukan kotaran ternak dengan ketebalan sekitar 10 cm.

d. Masukkan kotoran ternak dengan ketebalan tumpukan sekitar 4 cm e. Masukkan dedak dengan ketebalan sekitar 0,5 cm f. Taburkan serbuk gergaji secara merata f. Masukkan arang sekam dengan ketebalan tumupukan sekitar 5 cm. g. Kembali ulangi langkah pada point b. h. Pada setiap tumpukan, siram dengan air yang sudah dicampur dengan bioaktivator dan mollases secara merata hingga mencapai 60%. i. Komposisi pencampuran bioaktivator, cairan gula/mollases dan air adalah 20 cc aktivator, 10 cc air gula/mollases dan 10 liter air. j. Tutup tumpukan dengan plastik atau karung goni. Penyusunan dengan model seperti ini dilakukan untuk mempercepat proses pengomposan. Hal ini karena kotoran ternak (khususnya kotoran sapi) yang diposisikan mengapit bahan-bahan organic lainnya juga berfungsi sebagai media pengurai. − Fermentasi, setelah menyusun tumpukan bahan dengan kadar air 60%, maka selanjutnya bahan ditutup untuk dilakukan proses fermentasi. Selama proses fermentasi berlangsung, dilakukan pengontrolan secara berkala, khususnya pengontrolan suhu dan kadar air. Jika saat pengontrolan, suhu mencapai lebih dari 600C maka bahan dibalik dan jika kadar air kurang dari 50% maka bahan disiram kembali. − Pembalikan, Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil. Pembalikan pertama dilakukan 7 hari setelah pengomposan, selanjutnya dapat dilakukan secara rutin setiap 3 hari jika kelembaban lebih dari 50%. − Penyiraman, • Dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari 50%). • Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan. Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan bahan harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.

− Pematangan • Setelah pengomposan berjalan 15 – 30 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan. • Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos Masuk pada tahap pematangan selama 14 hari. − Pengeringan, setelah matang, bahan dikeringkan dengan diangin-dianginkan untuk menstabilkan kadar air hingga mencapai 20% - 30%. − Penyaringan • Setelah kada air mencapai 20% – 30 %, maka kompos kemudian disaring. • Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses. • Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu. − Pengemasan dan Penyimpanan • Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran. • Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari Kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulam dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1. Pupuk organik padat merupakan pupuk yang berasal dari bahan organik dengan hasil akhir berbentuk padat. 2. Bahan bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik padat yaitu terdiri dari feses sebagai bahan utama, serbuk gergaji, aktivator, molases, abu dan abu dolomit. 3. Parameter keberhasilan terdiri dari tempelatur, ketinggian gundukan, Rendemen, Tekstur, pH,Warna dan bau. 4. Tahapan pembuatan kompos secara singkat yaitu proses

pengumpulan bahan,

pengadukan bahan, tahap proses atau dekomposisi, pengecekan, pembalikan kompos dan tahap akhir penyaringan dan pengemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Setyaningsih, I., Widad, A., Mulyati, S., & Ridwani, W. D. 2019. Pelatihan Mengolah Limbah Sapi menjadi Pupuk di Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi. Jurnal Komunitas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1), 78-86. Suniantara, I. K. P., Putra, I. G. E. W., & Ayuni, N. P. S. 2019. Pengolahan Pupuk Organik Padat dari Limbah Biogas Pada Kelompok Ternak Sedana Murti. SINDIMAS, 1(1), 133-138. Mokodompis, D., Budiman, B., & Baculu, E. P. H. 2018. Efektivitas mikroorganisme lokal mol limbah sayuran dan buah-buaha...


Similar Free PDFs