Laporan Praktikum Pembuatan pupuk cair PDF

Title Laporan Praktikum Pembuatan pupuk cair
Author Mitha Arwandi
Pages 35
File Size 1.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 885
Total Views 1,027

Summary

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing Pengolahan Limbah Elvie Yenie, ST., M.Eng PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN Kelompok : VI (enam) Nama Kelompok : 1. Donland Topoi S. ( 1407034836) 2. Gustina Eka Putri (1407038213) 3. Mitha Arwandi (1407034121) 4. Nurul Annisa (1407034495) LA...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Laporan Praktikum Pembuatan pupuk cair Mitha Arwandi

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LAPORAN POC fix Mariam Umar

KITAB T OA V 1.1 By Kanda Berlian Razak FROM NAT URE T O NAT URE: 3 IN 1 BASED OF ORGANIC LIQUID " PBB " Oleh: SHANDY PRATAMA (Ket ua) … Shandy Prat ama

Laporan Praktikum

Dosen Pembimbing

Pengolahan Limbah

Elvie Yenie, ST., M.Eng

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

Kelompok

: VI (enam)

Nama Kelompok

: 1. Donland Topoi S.

( 1407034836)

2. Gustina Eka Putri

(1407038213)

3. Mitha Arwandi

(1407034121)

4. Nurul Annisa

(1407034495)

LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES KIMIA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2016

ABSTRAK Selama ini pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah organik dalam bentuk padat. Namun, jarang yang berbentuk cair, padahal kompos cair ini lebih praktis digunakan, prosesnya relatif lebih mudah, dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar. Tujuan dari percobaan ini yaitu membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dari tapai sebagai bioaktivator, membuat pupuk cair dari sampah buah-buahan, mempelajari pengaruh dosis bioaktivator pada proses pengomposan, mengukur pH, dan menghitung rendemen. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan dosis MOL yang digunakan, yaitu sebesar 10, 20 dan 30 ml dengan lama perendaman 21 hari. Berdasarkan hasil percobaan, pemberian variasi dosis MOL pada lama perendaman 21 hari memberikan pengaruh pada pH pupuk kompos cair. Nilai pH yang diperoleh yaitu 5 tiap masing-masing dosis. Pada lama perendaman

21 hari, rendemen yang dihasilkan mengalami peningkatan di setiap

penambahan dosis MOL dimana diperoleh sebesar 64,05%, 65,43% dan 68,13% dengan dosis MOL berturut turut yaitu 10, 20, dan 30 ml. Sedangkan tinggi tanaman pada hari ke-10 pertumbuhan batang jagung tanpa diberi pupuk, dosis MOL 10, 20, dan 30 ml berturut-turut adalah 23,4; 23,4; 26,3 dan 27,6 cm.

Kata Kunci : Sampah; Kompos; Kompos Cair; MOL; Bioaktivator; Rendemen

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan

manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan tikus got dan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit. Di tengah kepadatan aktifitas manusia, penanganan sampah masih menjadi permasalahan serius yang belum bisa tertangani dengan tuntas, terutama dikotakota besar. Pasalnya, rata-rata tiap orang perhari dapat menghasilkan sampah 1-2 kg dan akan terus bertambah sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Sampah yang tidak mendapat penanganan yang serius bisa mengakibatkan pencemaran, baik polusi udara, polusi air, maupun polusi tanah. Persentase kandungan unsure hara dalam pupuk anorganik relatif tinggi sehingga petani cenderung memakai pupuk ini. Namun belakangan ini, harga pupuk anorganik semakin naik. Hal ini tentu saja menambah beban biaya bagi petani. Selain itu pupuk anorganik dapat menimbulkan ketergantungan dan dapat membawa dampak kurang baik, misalnya tanah menjadi rusak akibat penggunaan yang berlebihan dan terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras, air tercemar, dan keseimbangan alam akan terganggu (Indriani, 2004). Sebenarnya permasalahan sampah bisa dikurangi jika penanganannya dimulai dari rumah ke rumah dengan cara mengolahnya menjadi kompos. Selama ini pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah organik dalam bentuk padat memang banyak. Namun, jarang yang berbetuk cair, padahal kompos cair ini lebih praktis digunakan, proses pembuatannya relatif mudah , dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar (Hadisuwito, 2007).

Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan atau sayur-sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan ini juga kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organic (C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama (Purwendro dan Nurhidayat, 2006).

1.2

Tujuan Percobaan

1.

Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) dari tapai sebagai bioaktivator.

2.

Pembuatan pupuk cair dari sampah sayuran.

3.

Mempelajari pengaruh dosis bioaktivator pada proses pengomposan.

4.

Mengkur pH.

5.

Menghitung rendemen.

6.

Aplikasi pada tanaman jagung dan dilakukan pengamatan dan pengukuran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya lagi dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam (Amurwaharja, 2006). 2.2. Jenis-jenis Sampah a) Sampah organik Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan bahan yang termasuk sampah organik kering adalah sampah yang mempunyai kandungan air yang rendah. Contoh sampah organik kering adalah kayu atau ranting kering, dan dedauan kering. b) Sampah anorganik Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini berasal dari bahan yang bisa diperbaharui (recycle) dan sampah ini sangat sulit terurai oleh jasad renik. Jenis sampah ini misalnya bahan yang terbuat dari plastic dan logam. c) Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi (Purwendro dan Nurhidayat, 2007)

2.3. Pupuk Organik Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur mikro (Hadisuwito, 2007). Berdasarkan cara pembuatannya, pupuk organik terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: pupuk organik alami dan pupuk organik buatan. Pupuk organik alami dan pupuk organik buatan. Jenis pupuk yang tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar-benar langsung diambil dari alam, seperti dari sisa hewan, tumbuhan, tanah baik dengan atau tanpa sentuhan teknologi yang berarti. Pupuk yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus dan pupuk burung. Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang bersifat alami atau non kimia, berkuliatas baik, dengan bentuk, ukuran, dan kemasan yang praktis, mudah didapat, didistribusikan, dan diaplikasikan, serta dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan terukur. Berdasarkan bentuknya ada dua jenis pupuk organik buatan yaitu: padat dan cair (Marsono dan Paulus, 2011) Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi puuk organik adalah: a) Sampah sayur baru b) Sisa sayur basi, tetapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya c) Sisa nasi d) Sisa ikan, ayam, kulit telur e) Sampah buah. Tapi tidak termasuk kulit buah yang keras seperti kulit salak. Sampah organik yang tidak bisa diolah: a) Protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu karena mengundang lalat sehingga tumbuh belatung.

b) Biji-biji yang utuh atau kerasi seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair seperi papaya, melon, jeruk, anggur. c) Sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus dibilas air dan ditiriskan (Litauditomo, 2007) 2.4. Pupuk Cair Organik Menurut Simamora, dkk (2005) pupuk cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan bentuk produknya berupa cairan. Kandungan bahan kimia didalamnya makimum 5%. Penggunaan pupuk cair memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut: a) Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk organik padat. b) Unsur hara yang terdapat didalam pupuk cair mudah diserap tanaman. c) Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat. d) Pencampuran pupuk

cair organik

dengan

pupuk organik

padat

mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk padat tersebut. (Simamora dkk, 2005) Sedangkan menurut Hadisuwito (2007) , pupuk cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kadungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga laritan pupuk yang diberikan kepermukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman (Hadisuwito, 2007).

2.5. Prinsip Pengomposan Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut relative tinggi atau tidak sama dengan C/N tanah. Nilai C/N tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik memiliki mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau diserap tanaman. Namun, umumnya bahan organik yang segar mempunya C/N yang tinggi, seperti jerami pada 50-7-, daun-daunan >50 (tergantung jenisnya), cabang tanaman 15-60 (terganung jenisnya), kayu yang telah tua dapat memcapai 400. Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organic sehingga sama dengan tanah (...


Similar Free PDFs