LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATURIUM "KONSENTRASI LARUTAN" PDF

Title LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATURIUM "KONSENTRASI LARUTAN"
Author A. Labib Mahardika
Pages 11
File Size 139.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 330
Total Views 528

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATURIUM “KONSENTRASI LARUTAN” Dosen Pengampu: Anif Rizqianti Hariz, S.T.,M.Si Disusun Oleh : Nama : Ahmad Wildan Labib Mahardika NIM : 2008086042 Kelas : Pendidikan Biologi 1B Asisten : Ema Nur Wahyuningsih LABORATURIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN WALISONGO...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATURIUM “KONSENTRASI LARUTAN” Dosen Pengampu: Anif Rizqianti Hariz, S.T.,M.Si

Disusun Oleh : Nama : Ahmad Wildan Labib Mahardika NIM : 2008086042 Kelas : Pendidikan Biologi 1B Asisten : Ema Nur Wahyuningsih

LABORATURIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN WALISONGO SEMARANG 2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Teknik Laboraturium. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Teknik Laboraturium. Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Anif Rizqianti Hariz, S.T.,M.Si, selaku dosen Praktikum Teknik Laboraturium yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Demikian yang dapat saya sampaikan. Saya menyadari bahwa dalam laporan praktikum ini masih banyak kesalahan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan ini.

Kudus, November 2020

Ahmad Wildan L.M

ACARA 7 KONSENTRASI LARUTAN

A. TUJUAN Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi larutan. B. DASAR TEORI Konsentrasi menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Konsentrasi secara kualitatif dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan larutan encer (dilute). Kedua istilah tersebut menyatakan bagian relatif zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Larutan pekat berarti jumlah zat terlarut relatif lebih besar, sedangkan larutan encer berarti jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit. Biasanya kedua istilah ini digunakan untuk membandingkan konsentrasi dua larutan atau lebih. Konsentrasi secara kuantitatif dinyatakan dalam g/ml, namun dalam perhitungan stoikiometri satuan gram diganti dengan satuan mol sehingga diperoleh satuan mol/l. Larutan seringkali dibuat dengan mengencerkan larutan stok yang tersedia dengan menggunakan pelarut air. Banyaknya larutan yang akan dibuat perlu ditetapkan terlebih dahulu kemudian volume larutan stok yang harus diambil dapat dihitung. Mol zat terlarut sebelum pengenceran (n1) sama dengan mol zat terlarut sesudah pengenceran (n2). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut. n1 = n2 V1 = V2M2 M1 Dengan M adalah molaritas, V adalah volume larutan, notasi 1,2 menunjukkan sebelum dan sesudah pengenceran. Campuran zat-zat yang bersifat homogen disebut dengan larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu produk. Zat terlarut

merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut sebagai larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, disebut sebagai larutan tidak jenuh. Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak dari pada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut dalam temperatur tersebut, Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu sendiri, molekul pelarut, temperatur dan tekanan (Achmad, 2001). Larutan merupakan campuran yang sifatnya homogen (homogeneous mixture). Dikatakan bersifat homogen karena komposisi dan juga sifatnya yang seragam, dan disebut campuran karena mengandung dua atau lebih zat yang proporsinya bisa saja bervariasi. Pelarut (solvent) adalah komponen yang kuatitasnya terbesar atau yang menentukan wujud materi larutan. Komponen larutan lainnya, yang dinamakan zat terlarut (solute), dikatakan terlarut dalam pelarut. Larutan pekat memiliki kuantitas zat terlarut yang relatif tinggi dan larutan encer hanya mempunyai kuantitas zat terlarut yang rendah. Cobalah Bayangkan larutan yang mengandung sukrosa (gula pasir) sebagai salah satu zat terlarut dalam pelarut air: sirup merupakan larutan pekat, sedangkan kopi manis jauh lebih encer (Petrucci, 2011). Jika dua zat yang berbeda dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang sama ada tiga kemungkinan, yaitu zat tersebut akan bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika zat tersebut bereaksi maka akan terbentuk zat baru yang sifatnya berbeda dari zat yang semula. Kalau zat bercampur maka sifatnya tidak berubah dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika, seperti dengan destilasi, kristalisasi, kromatografi, dan lain-lain. Dua zat dapat bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zat nya. Oleh karena itu, campuran dapat dibagi menjadi : gas-gas, gas-padat, cair-cair, cair-padat, dan padat-padat (Syukri S, 1999). Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Untuk mengetahui perubahan warna dipakai suatu indikator. Indokator adalah zat yang warnanya berbeda dalam lingkungan yang sifatnya berlainan. Pada titrasi ini

digunakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah senyawa organik golongan pewarna yang mampu memberikan perubahan warna apabila pH dari suatu larutan berubah. Ada beberapa indikator asam basa diantaranya adalah kertas lakmus, larutan metil orange,phenophtalein. (Lusiana, 2012). Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutam dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan asam sulfat, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan kedalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikan besar dapat menyebabkanair mendadak mendidih dan menyebabkan asal sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Sukardjo, 2005). Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik, satuan berat atau satuan volume atau dalam satuan kimia, misalnya mol, massa rumus, dan ekivalen. Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik yaitu persen berat (%w/w), persen volume (%v/v), persen berat-volume (%w/v), gram zat terlarut dalam satu liter larutan, miligram zat terlarut dalam satu miiliter larutan, parts per million (ppm) dan parts per billion (ppb). Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia yaitu kemolaran (M), kenormalan (N), keformalan (F), kemolalan (m), dan fraksi mol. Di bidang kedokteran dan ilmu-ilmu biologi biasanya digunakan satuan konsentrasi dalam persen berat-volume (%w/v), persen miligram, ekivalen (Eq), mili ekivalen (m Eq), dan keosmolaran (Achmad, 2001).

C. METODE Alat:

Bahan:

1. Labu ukur 100 ml

1. Akuades

2. Pipet volume 10 ml

2. HCL 1M

3. Gelas kimia

3. H2SO4 pekat

4. Neraca

4. NaOH

5. Kertas saring

5. FeCl3

6. Corong 7. Erlenmeyer 8. Pipet tetes 9. Pengaduk D. CARA KERJA 

Pembuatan larutan HCl 0,1 M: 1. Hitung kebutuhan larutan HCl 1 M menggunakan persamaan: V1M1 = V2M2 2. Ambil larutan HCl 1 M dengan menggunakan pipet volume. Perhatikan bahwa miniskus (permukaan cekung zat cair) harus tepat menyinggung garis tanda pada pipet volume. 3. Masukkan HCl ke dalam labu ukur dan encerkan sampai tanda batas. Gunakan pipet tetes ketika larutan sudah mendekati tanda batas. 4. Tutup labu ukur dan kocok larutan agar homogen.



Pembuatan larutan NaOH 0,1 M: 1. Ambil 4 g padatan NaOH, larutkan dengan akuades secukupnya. Diamkan sebentar. 2. Tuang larutan NaOH ke dalam labu ukur 100 ml dengan bantuan corong. 3. Bilas corong dan tambahkan akuades di bawah tanda batas. Tutup labu ukur dan kocok hingga homogen. 4. Tambahkan kembali akuades menggunakan pipet tetes hingga tanda batas. 5. Simpan NaOH yang telah dibuat ke dalam botol gelas. Tuliskan konsentrasi NaOH yang dibuat, tanggal pembuatan, nama kelas, dan kelompok pada kertas label kemudian tempelkan pada botol gelas. Simpan dalam lemari.



Pengenceran H2SO4 pekat: 1. Ambil 10 ml akuades dengan menggunakan pipet ukur. Perhatikan bagian bawah dari miniskus akuades harus tepat batas. Pandangan mata harus sejajar dengan tinggi miniskus. Tuang ke dalam gelas beker. 2. Ambil 3 ml H2SO4 dengan pipet volume seperti cara di atas. 3. Tuang H2SO4 ke dalam akuades secara perlahan-lahan. Perhatikan perubahan panas sebelum dan sesudah asam sulfat dituangkan. (Catatan: pengambilan dan penuangan asam sulfat dilakukan di lemari asam)



Penyaringan: 1. Ambil 5 ml larutan FeCl3, masukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan NaOH dari hasil pengenceran. Amati endapan yang terjadi. Catat warna dari endapan. 2. Lipat kertas saring, masukkan pada corong dan basahi dengan akuades. 3. Pasang corong di atas erlenmeyer. 4. Tuang larutan yang akan disaring melewati kertas saring. Penuangan dibantu dengan menggunakan gelas pengaduk agar tidak ada cairan yang jatuh di luar kertas saring. Penuangan dilakukan sedikit demi sedikit hingga semua larutan tersaring.

E.

HASIL



Pembuatan larutan HCL 1M Untuk membuat larutan HCL 1M maka digunakan rumus pengenceran, yaitu M1 x V1 = M2 x V2 Diket : M1= 1M M2= 0,1 M V2= 100ml V1= ? Dit : V1 ?

Penyelesaian M1 x V1 = M2 x V2 1 x V1 = 0,1 x 100 1 x V1 = 100 V1 = 10/1 = 10 Maka volume HCL pekat yang di butuhkan sebanyak 10ml 

Pembuatan larutan NaOH Diketahui Mr NaOH ( Ar Na= 23, O= 16 , H= 1) adalah 40gr/mol Valensi = 1 Vol =100 ml /0,1 L N1 = M1 = 0,1 Ditanya Massa NaOH = ? Penyelesaian N = (massa x n) x (Mr x Vol) 0,1 = ( massa x 0,1 ) x ( 40 x 0,1) 0,1 = massa x 0,1 x 4 0,1 = massa 0,4 Massa = 0,4/ 0,1 Massa = 4 gr Massa NaOH yang harus dilarutkan untuk membuat 100ml larutan NaOH 0,1 M adalah 4gr.



Pembuatan larutan H2SO4 0,1 M Diket : Mr H2SO4 = 98 gr/mol L terlarut = 3 ml L larutan = 10ml = 0,01 L Dit : massa H2SO4 ? M = gram zat terlarut / Mr zat terlarut x L larutan M = 3 / 98 x 0,01 M = 3 / 0,98 M = 3,06 gr Massa yang dibutuhkan untuk membuat 3ml larutan H2SO4 adalah 3,06 gram.

F. PEMBAHASAN Larutan Merupakan Campuran zat-zat yang homogen, yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba di seluruh bagian yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat terlarut merupakan komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Zat-zat yang memiliki fase padat dan gas lazimnya disebut sebagai zat terlarut (solute) sedangkan yang berfasa cair dikatakan sebagai pelarut (solvent) (Ferdian, 2013) Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Sementara itu, secara kualitatif komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer atau pekat. Larutan disebut encer, apabila mengandung zat terlarut yang jumlahnya lebih sedikit dari pada pelarutanya, dan disebut pekat, jika mengandung pelarut yang jumlahnya lebih banyak ketimbang zat terlarut. Bila larutan encer berarti larutan tersebut mempunyai kosentrasi rendah, dan sebaliknya, bila larutan pekat berarti larutan

tersebut berkonsentrasi tinggi. Larutan dengan kosentrasi tinggi berarti memerlukan lebih banyak zat terlarut darpada larutan dengan konsentrasi rendah (sahputra, 2012). Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kestimbangan fasa dengan gas, padatan, atau cairan lain. Untuk menentukan sifat pelarut suatu senyawa dapat diketahui dari perubahan temperatur air sebelum dan sesudah. Bila temperaturnya naik, pelarut tersebut bersifat eksoterm. Sedangkan jika temperaturnya turun, maka pelarutnya bersifat endoterm (Schaum,1998).

G. KESIMPULAN larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih, yang memiliki komposisi yang merata, ukuran partikelnya sama, tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut, partikelpartikel penyusunnya berukuran sama dari dua zat atau lebih dan pembuatan larutan bergantung pada kuantitas larutan (volum dan konsentrasi) dan kuantitas zat terlarut (massa zat terlarut), serta larutan akan terbentuk jika sifat dan komposisi pelarut dan zat terlarutnya sama (homogen). H. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Ferdian. 2013. Pengertian Konsentrasi Larutan. Jogjakarta: UGM Lusiana, Setyarini. 2012. Jurnal Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan Metode Difraksi. Surabaya: Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November. Petrucci, Ralph H, dkk. 2011. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 2. Terjemahan dari General Chemistry Principles and

Modern Applications Ninth Edition. Jakarta: Erlangga. Sahputra, H. 2012. Konsentrasi Larutan. Jakarta: Erlangga. Schaum. 1998. Kimia Dasar Seri Schaum. Jakarta: ITB Press. Sukardjo. 2005. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta. Syukri S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB....


Similar Free PDFs