LAPORAN PRAKTIUM BIOKIMIA MODUL 2 - KINETIKA REAKSI ENZIM α-AMILASE.pdf PDF

Title LAPORAN PRAKTIUM BIOKIMIA MODUL 2 - KINETIKA REAKSI ENZIM α-AMILASE.pdf
Author Adam Syach
Pages 20
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 569
Total Views 934

Summary

PRAKTIKUM BIOKIMIA Kinetika Reaksi Enzim α-Amilase Modul 2 Oleh: Adam Muhammad Syach : 11217009 . Asisten : Serafina Rosanti Tanggal Percobaan : 22 Februari 2019 Tanggal Pengumpulan : 1 Maret 2019 PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2019 I. Tuju...


Description

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN PRAKTIUM BIOKIMIA MODUL 2 - KINETIKA REAKSI ENZIM α-AMILASE.pdf Adam Syach

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LAPORAN PRAKT IKUM KI3061 BIOKIMIA MODUL II KINET IKA REAKSI ENZIM α-AMILASE LABO… Ghiffary Rifqialdi

Laporan Prakt ikum " KINET IKA ENZIM AMILASE PADA EKST RAK UBI " Nia Kurnianingsih S43076 Uji penghambat an ibnu shaleh

PRAKTIKUM BIOKIMIA Kinetika Reaksi Enzim α-Amilase Modul 2

Oleh: Adam Muhammad Syach

: 11217009

Asisten

: Serafina Rosanti

Tanggal Percobaan

: 22 Februari 2019

Tanggal Pengumpulan

: 1 Maret 2019

.

PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2019

I.

Tujuan Percobaan 1. Menentukan laju awal (V0) reaksi degradasi pati oleh enzim αamilase menggunakan spektrofotometer 2. Menentukan nilai VMAX dan KM pada reaksi enzimatis dengan metode grafik Lineweaver-Burk 3. Menentukan aktivitas spesifik enzim α-amilase dengan metode kinetika Michaelis-Menten

II.

Teori Dasar Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalisator dalam

reaksi-reaksi biologi. Sebagai katalis, enzim mempengaruhi laju pada saat kesetimbangan dicapai, tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan total suatu reaksi. Enzim dapat menurunkan energi aktivasi, sehingga laju reaksi meningkat (Bairoch, 2000). Kinetika enzim adalah proses bagaimana enzim mengikat suatu substrat lalu mengubahnya menjadi produk. Kinetika enzim mengenal istilah substrat (S), enzim (E), dan laju (V). Kinetika enzim dapat dibahas menggunakan rumus Michaelis-Menten (Bairoch, 2000). Berdasarkan percobaan yang dilakukan Michaelis-Menten, aktivitas enzim dapat dinyatakan berdasarkan suatu konstanta. Konstanta ini disebut sebagai konstanta Michaelis-Menten (KM). Setiap enzim memiliki nilai KM yang berbeda-beda. Nilai KM menunjukkan kekuatan ikatan antara enzim dan substrat. Konstanta lain yang ditemukan adalah Kcat (turnover number). Nilai Kcat memberikan nilai dan jumlah substrat yang terikat diap detik. Nilai efektivitas suatu enzim diukur dengan rumus Kcat/KM (mangometri, 1993). Reaksi enzim berjalan dalam 2 tahap. Tahap pertama, enzim akan membentuk kompleks dengan substrat (disebut E∙S). Enzim kemudian bekerja mengkatalis reaksi dan melepaskan produk. Kecepatan enzim membentuk kompleks dengan substrat sebanding dengan kecepatan katalis enzim pada reaksi hingga menghasilkan produk. Kecepatan maksimal (V MAX) dicapai

apabila E∙S jenuh atau semua enzim sudah berada dalam bentuk E∙S (kenneth & Roger, 2011).

Gambar 2.1 Ungkapan Reaksi Enzimatis Michaelis-Menten (Sumber: kenneth & Roger, 2011) Ikatan ini terjadi dengan cepat, tetapi dengan cara reversibel (k 1 dan k2 konstanta laju reaksi). Kompleks substrat enzim selanjutnya diubah menjadi produk yang terlepas dari enzim, proses yang reversibel (konstanta laju k 3 dan k4). Kemampuan katalitik suatu enzim terhadap suatu substrat melibatkan dua variabel yaitu KM, yang merupakan nilai afinitas dari enzim terhadap substratnya dan VMAX, merupakan nilai kecepatan maksimal katalisis enzimatik (kenneth & Roger, 2011). Efek dari konsentrasi substrat terhadap laju reaksi dapat di formulasikan menggunakan persamaan Michaelis-Menten:

Gambar 2.2 Persamaan Michaelis-Menten (Sumber: kenneth & Roger, 2011) Dengan; V = laju reaksi (M/s) VMAX = laju maksimum (M/s) [S] = konsentrasi substrat (M) KM = konstanta Michaelis (M) Estimasi VMAX dan KM didapatkan dari kurva saturasi substrat nonlinear. Namun di saat data linear diinginkan, plot linearisasi (LineweaverBurk) umumnya digunakan. Persamaan untuk kurva linear ini diturunkan dari persamaan Michaelis-Menten :

1 𝐾𝑀 1 1 = + 𝑉 𝑉𝑀𝑎𝑥 [𝑆] 𝑉𝑀𝑎𝑥

Gradien dari persamaan ini merupakan KM/Vmax ,titik dimana garis regresi linear berpotongan sumbu-y secara numerik setara dengan 1/V max, dan titik dimana garis memotong sumbu-x adalah -1/KM. Dengan demikian, plot Lineweaver-Burk memberikan perpotongan x dan y yang dapat diidentifikasi yang mendefinisikan dua variabel kinetika, KM dan VMAX (mangometri, 1993). Amilase merupakan enzim yang berfungsi menghidrolisis senyawa pati menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti glukosa. Berdasarkan letak ikatan yang diperoleh, amilase digolongkan menjadi α-amilase dan β-amilase. Enzim α-amilase menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik dengan cara memutus molekul maltosa dan maltotnosa secara acak, kemudian senyawa didegradasi lagi menjadi glukosa dan amolisa (Richana, 2000). Aktivitas enzim α-amilase dapat ditentukan menggunakan metoda Fuwa. Metode Fuwa menggunakan larutan iodin. Iodin akan membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan pati. Absorbansi warna biru yang terukur oleh spektrofotometer dapat digunakan untuk menentukan jumlah pati yang terhidrolisis. Aktivitas enzim dapat dihitung dari jumlah pati yang tersisa di larutan (Fuwa, 1954). Unit aktivitas merupakan jumlah enzim untuk mengubah 1µmol substrat permenit pada suhu tertentu dan keadaan pengukuran optimal. Aktivasi enzim dinyatakan dalam aktivitas spesifik dan aktivitas total. Aktivitas spesifik, yaitu unit enzim yang terdapat dalam setiap miligram protein. Aktivitas spesifik dapat dijadikan tolak ukur kemurnian suatu enzim. Enzim dengan aktivitas spesifik tinggi menunjukkan tingkat kemurnian enzim tersebut tinggi. Aktivitas total adalah seluruh unit enzim yang diekstrasi dari sampel (Su'i, 2012).

III. Pengolahan Data Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan Absorbansi Kontrol dan Substrat pada Konsentrasi 0.002% Konsentrasi 0.002% Waktu (s) A Kontrol A Substrat 10 0,125 0,096 20 0,123 0,091 30 0,122 0,088 40 0,122 0,083 50 0,121 0,08 60 0,121 0,078 70 0,121 0,075 80 0,121 0,071 90 0,121 0,071 100 0,121 0,069 110 0,121 0,066 120 0,121 0,064 130 0,12 0,062 140 0,12 0,059 150 0,121 0,055 160 0,121 0,052 170 0,121 0,048 180 0,121 0,045 240 0,12 0,034 300 0,12 0,034 360 0,121 0,032 420 0,121 0,032 480 0,121 0,032 540 0,121 0,032 600 0,121 0,032

Ǻ 0,029 0,032 0,034 0,039 0,041 0,043 0,046 0,05 0,05 0,052 0,055 0,057 0,058 0,061 0,066 0,069 0,073 0,076 0,086 0,086 0,089 0,089 0,089 0,089 0,089

Tabel 3.2 Data Hasil Pengamatan Absorbansi Kontrol dan Substrat pada Konsentrasi 0.004% Waktu (s) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 240 300 360 420 2480 540 600

Konsentrasi 0.004% A Kontrol A Substrat 0,153 0,168 0,148 0,158 0,145 0,152 0,145 0,144 0,145 0,138 0,144 0,133 0,144 0,129 0,142 0,124 0,142 0,118 0,142 0,113 0,142 0,107 0,142 0,1 0,142 0,095 0,142 0,087 0,142 0,078 0,142 0,07 0,142 0,063 0,142 0,053 0,142 0,038 0,142 0,038 0,142 0,037 0,142 0,037 0,142 0,037 0,142 0,037 0,142 0,037

Ǻ -0,015 -0,01 -0,007 0,001 0,007 0,011 0,015 0,018 0,024 0,029 0,035 0,042 0,047 0,055 0,064 0,072 0,079 0,089 0,104 0,104 0,105 0,105 0,105 0,105 0,105

Tabel 3.3 Data Hasil Pengamatan Absorbansi Kontrol dan Substrat pada Konsentrasi 0.006% Waktu (s) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 240 300 360 420 480 540 600

Konsentrasi 0.006% A Kontrol A Substrat 0,642 0,662 0,618 0,624 0,607 0,592 0,601 0,565 0,592 0,531 0,585 0,51 0,577 0,483 0,571 0,457 0,571 0,43 0,568 0,406 0,563 0,379 0,563 0,355 0,562 0,331 0,562 0,305 0,556 0,283 0,556 0,258 0,554 0,236 0,554 0,214 0,549 0,102 0,548 0,047 0,542 0,037 0,54 0,035 0,54 0,035 0,535 0,035 0,534 0,035

Ǻ -0,02 -0,006 0,015 0,036 0,061 0,075 0,094 0,114 0,141 0,162 0,184 0,208 0,231 0,257 0,273 0,298 0,318 0,34 0,447 0,501 0,505 0,505 0,505 0,5 0,499

Tabel 3.4 Data Hasil Pengamatan Absorbansi Kontrol dan Substrat pada Konsentrasi 0.008% Waktu (s) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 240 300 360 420 480 540 600

Konsentrasi 0.008% A Kontrol A Substrat 0,352 0,35 0,34 0,331 0,335 0,314 0,33 0,297 0,326 0,281 0,326 0,27 0,322 0,255 0,322 0,243 0,322 0,229 0,318 0,216 0,318 0,202 0,317 0,187 0,318 0,172 0,317 0,157 0,318 0,141 0,317 0,126 0,317 0,109 0,314 0,093 0,313 0,04 0,313 0,036 0,313 0,036 0,313 0,036 0,313 0,036 0,313 0,035 0,313 0,035

Ǻ 0,002 0,009 0,021 0,033 0,045 0,056 0,067 0,079 0,093 0,102 0,116 0,13 0,146 0,16 0,177 0,191 0,208 0,221 0,273 0,277 0,277 0,277 0,277 0,278 0,278

Tabel 3.5 Data Hasil Pengamatan Absorbansi Kontrol dan Substrat pada Konsentrasi 0.01% Waktu (s) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 240 300 360 420 480 540 600

Konsentrasi 0.01% A Kontrol A Substrat 0,357 0,387 0,344 0,363 0,339 0,348 0,334 0,33 0,33 0,314 0,326 0,297 0,323 0,283 0,322 0,268 0,318 0,252 0,318 0,235 0,318 0,22 0,314 0,201 0,314 0,185 0,313 0,17 0,313 0,154 0,31 0,136 0,31 0,121 0,309 0,106 0,305 0,05 0,302 0,039 0,301 0,039 0,301 0,039 0,298 0,039 0,297 0,037 0,297 0,037

Ǻ -0,03 -0,019 -0,009 0,004 0,016 0,029 0,04 0,054 0,066 0,083 0,098 0,113 0,129 0,143 0,159 0,174 0,189 0,203 0,255 0,263 0,262 0,262 0,259 0,26 0,26

IV.

Pengolahan Data

Kurva ΔAbsorbansi pada Variasi Konsentrasi

0.6

0.5

Absorbansi

0.4

0.3 0.2 0.1 0 0

100

200

300

400

500

600

700

-0.1

waktu (detik) Konsentrrasi 0,002 konsentrasi 0,006

konsentrasi 0,004 konsentrasi 0,008

konsentrasi 0,01

Kecepatan enzin dicari dengan persamaan dibawah. 𝑑𝐴

𝑑𝑡 (1) 𝜀𝑏 dA/dt dicari dengan mengambil garis linear pada

𝑉𝑜 =

Kurva Linearisasi pada Variasi Konsentrasi 0.4 y = 0.0022x - 0.0506 R² = 0.9987

0.35 0.3

y = 0.0013x - 0.0204 R² = 0.9948

0.25 0.2

y = 0.0014x - 0.0525 R² = 0.9968 y = 0.00058x - 0.025 R² = 0.9854

0.15 0.1 0.05

y = 0.0003x + 0.027 R² = 0.9894

0 -0.05

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

-0.1 [S]=0.002

[S]=0.008

[S]=0.004

[S]=0.01

[S]=0.006

200

Sehingga didapatkan dA/dt seperti pada tabel dibawah. [S] (%)

dA/dt

0.01

0.0003

0.008

0.00058

0.006

0.0022

0.004

0.0013

0.002

0.0014

Untuk mendapatkan nilai εb digunakan persamaan: 𝐴 = 𝜀𝑏[𝑆]

(2)

Dari persamaan tersebut dapat diplot absorbansi maksimum dan εb [S] (%) 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01

ΔAmaks 0.089 0.105 0.505 0.278 0.263

Kurva ΔAbsorbansi maksimum 0.6 0.5

𝐴=𝜀𝑏[𝑆] y = 26,05x + 0,0917 R² = 0,2404

0.4

0.3 0.2 0.1 0 0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

Namun dikarenakan R2 yang kecil maka titik [S] = 0.006 dihilangkan.

0.012

Kurva ΔAbsorbansi maksimum 0.35 0.3 0.25 0.2 𝐴=𝜀𝑏[𝑆] y = 26,05x + 0,0275 R² = 0,8946

0.15 0.1 0.05 0 0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

Dari regresi linear didapatkan nilai εb=25.6. Karena nilai εb dan dA/dt didapat maka kecepatan enzim pada konsentrasi substrat tertentu dapat ditentukkan dengan menggunakan persamaan (1) sehingga didapatkan nilai Vo [S] (%) 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01

dA/dt 0.0003 0.00058 0.0022 0.0013 0.0014

Vo (%/s) 1.15163E-05 2.30326E-05 8.4453E-05 4.9904E-05 5.37428E-05

Nilai Km dan Vmax dapat dicari dengan menggunakan persamaan Lineweaver-Burk 𝐾𝑀 1 1 1 = + 𝑉𝑜 𝑉𝑀𝑎𝑥 [𝑆] 𝑉𝑀𝑎𝑥

(3)

Dengan persamaan Lineweaver-Burk, persamaan Michaelis-Menten dapat dilinearisasi menjadi

Kurva Lineweaver-Burk 100000 80000 y = 173.96x + 195.76 R² = 0.9979

60000 40000 20000 0 0

100

200

300

400

500

600

1/[S] (%-1) 500 250 125 100

1/V0 (s/%) 86833.33 43416.67 20038.46 18607.14

Dari kurva Lineweaver-Burk didapatkanVmax dan KM. 𝑦 = 173,96𝑥 + 195,76(4) 1

𝑉𝑀𝑎𝑥

= 195,76

𝑉𝑀𝑎𝑥 = 0.005108 %/s = 0,051 mg/ml*s 𝐾𝑀 = 173.96 𝑉𝑀𝑎𝑥

𝐾𝑀 = 0.888639 % = 8,9 mg/ml = 0,16 mM

Kosentrasi enzim total [E]t = 27,95mg/ml

Kcat (turnover number) dapat di cari menggunakan rumus 𝑉𝑀𝑎𝑥 = Kcat * [E]t Kcat = 𝑉𝑀𝑎𝑥 /[E]t

Kcat = 0.005108/27,95 Kcat = 1,83 * 10-4 %*ml/s*mg = 0,0018/s Efektifitas enzim dapat dicari menggunakan rumus Kcat 0,000183 = = 0,000206 𝑚𝑙/𝑠 ∗ 𝑚𝑔 𝐾𝑀 0.89

Jadi efektifitas enzim sebesar 2,06 * 10-4 𝑚𝑙/𝑠 ∗ 𝑚𝑔

Unit aktivitas enzim dapat dicari dengan menggunakan rumus 𝑉𝑀𝑎𝑥 0.005108 = = 0,043 %/𝑠 ∗ 𝑚𝑙 = 0,43 𝑈 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 0,12

Jadi unit aktivitas enzim sebesar 0,43 𝑚𝑔/𝑠 ∗ 𝑚𝑙 2

Aktivitas total enzim dapat dicari dengan menggunakan rumus 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 ∗ 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,043 ∗ 1 = 0,043 𝑈 ∗ 𝑚𝑙

Jadi aktivitas total enzim sebesar 0,43 𝑚𝑔/𝑠 ∗ 𝑚𝑙

Aktivitas spesifik enzim dapat dicari dengan menggunakan rumus 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 0,43 = = 0,015 𝑈/𝑚𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 27,95

Jadi aktivitas spesifik enzim sebesar 0,015/𝑠 ∗ 𝑚𝑙 2 V.

Pembahasan Pada

percobaan

ini,

dilakukan

uji

kinetika

enzim

α-amilase

menggunakan metode fuwa. Metode fuwa menggunakan larutan iodin. Iodin akan membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan pati. Absorbansi warna biru yang terukur oleh spektrofotometer dapat digunakan untuk menentukan jumlah pati yang terhidrolisis. Aktivitas enzim dapat dihitung dari jumlah pati yang tersisa di larutan (Fuwa, 1954). Kekurangan metode fuwa ialah tidak dapat ditentukan kapan kecepatan enzim mencapai kecepatan maksimum,

diperlukan

regresi

terlebih

dahulu.

Metode

fuwa

juga

membutuhkan 2 sampel yaitu sampel yang di tambah HCl sebagai kontrol (enzim tidak bekerja) dan sampel yang menggunakan buffer (enzim yang bekerja secara optimum). Penentuan kecepatan reaksi dilakukan dengan menggambar grafik ΔAbsorbansi terhadap waktu pada variasi konsentrasi (Fuwa, 1954). Penambahan HCl (asam) enzim α-amilase menyebabkan enzim berada dekat titik isoelektrik. Suatu enzim dengan pH mendekati titik isoelektrik mengakibatkan enzim menagalami pengendapan (denaturasi). Titik isoelektrik merupakan titik dimana kelarutan enzim minimum dikarenakan jumlah ion positif dan ion negatif sama sehingga cenderung menurunkan kelarutan enzim. Pada titik isoelektrik, enzim akan berikatan antara muatannya sendiri membentuk lipatan ke dalam sehingga terjadi pengendapan yang relatif cepat. Sementara pada penambahan buffer, enzim α-amilase menjauhi titik isoelektrik sehingga kerja enzim menjadi maksimum (Bohme & Scheler, 2006). Hal ini yang menyebabkan penambahan HCl sebagai kontrol sedangkan pengambahan buffer sebagai uji.

Pada percobaan yang telah dilakukan terjadi perbedaaan data pada konsentrasi substrat 0,006%. Saat konsentrasi substrat 0,006%, absorbansi yang terbaca lebih besar dari absorbansi saat konsentrasi substrat 0,01%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang berlaku. Absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi substrat sehingga absorbansi saat konsentrasi substrat 0,01% seharusnya lebih besar dari absorbansi saat konsentrasi substrat 0,006% (Ariana, 2017). Kesalahan terjadi karena praktikan salah dalam proses pengenceran sehingga konsentrasi yang seharusnya 0,006% lebih besar dari kosentrasi 0,01%. V0 merupakan nilai kecepatan pertama katalitik enzimatik. V0 dapat diketahui dengan cara percobaan langsung. Setelah itu dibentuk kurva linearisasi saat V terus naik. V0 dipengaruhi oleh konsentrasi substrat. Semakin tinggi konsentrasi substrat maka V0 akan semakin tinggi. Tetapi ada batasan ketika V0 mencapai VMAX saat jumlah konsentrasi substrat sama atau melebih jumlah konsentrasi enzim (Ariana, 2017). Dari hasil percobaan, Laju awal (V0) degradasi pati oleh enzim α-amilase yaitu 1.15*10-5 %/s, 2.23*10-5 %/s, 8.44*10-5 %/s, 4.99*10-5 %/s, dan 5.37*10-5 %/s secara berurutan pada konsentrasi 0.002%, 0.004%, 0.006%, 0.008%, dan 0.01%. Laju (V0) pada konsentrasi 0,006% lebih tinggi dari 0,01% dikarenakan kesalahan praktikan dalam mengencerkan konsentrasi 0,006%. VMAX merupakan nilai kecepatan maksimal katalitik enzimatik. Faktor yang mempegaruhi VMAX ialah seluruh enzim sudah berikatan dengan substrat atau tidak ada substrat yang dapat berikatan dengan enzim. VMAX dicerminkan pada enzim yang tepat jenuh sehingga tidak dapat melakukan proses katalis pada waktu tertentu. Hasil literatur nilai Vmax yang didapat yaitu 0,057 mg/mL.s (Bahri et al., 2012). Sedangkan pada percobaan ini Vmax yang didapat sebesar 0.051 mg/mL.s. Perbedaan tersebut dapat dikarenakan konformasi amilase yang berbeda. Konformasi amilase yang berbeda diakibatkan sumber enzim yang berbeda juga. KM merupakan nilai afinitas dari enzim terhadap substratnya. Nilai k M menunjukkan kekuatan ikatan antara enzim dan substrat. Hasil literatur nilai

KM yang didapat yaitu 3.072 mg/mL dengan persamaan Lineweaver-Burk (Bahri et al., 2012). Sedangkan nilai KM yang didapat pada percobaan ini yaitu 8.9 mg/mL. Nilai KM yang berbeda dapat disebabkan karena perbedaan organisme sumber enzim tersebut diekstrak sehingga nilai KM dari amilase berbeda. Semakin rendah nilai KM maka semakin cepat kerja enzim pada suatu reaksi. Kcat merupakan nilai dari jumlah molekul substrat yang dikatalisis oleh satu situs aktif per detik. Kcat juga disebut sebagai turnover number yang menunjukkan seberapa cepat enzim berikatan menjadi enzim-substrat. Hasil literatur nilai Kcat yang didapat yaitu 485/s (Singh & Kayastha, 2014). Sedangkan nilai Kcat yang didapat pada percobaan ini yaitu 0.0018/s. Nilai Kcat yang berbeda dapat disebabkan karena perbedaan spesies sumber enzim yang diekstrak. Namun. Nilai Kcat yang didapat tidak sesuai dengan rentang nilai Kcat dari hasil literatur. Kecilnya Kcat disebabkan nilai VMAX yang terlalu kecil. Saat regresi linear grafik Lineweaver-Burk banyak terjadi pembulatan. Pembulatan dapat mempengaruhi nilai VMAX. Selain itu data yang kurang akurat disebabkan kesalahan praktikan dalam melakukan percobaan seperti kesalahan pengenceran. Efektifitas katalitik merupakan seberapa besar kemampuan enzim dalam menaikkan laju reaksi katalisis. Efektifitas katalitik dapat dihitung dengan cara mebagi Kcat terhadap KM. Hasil literatur nilai KM yang didapat yaitu 310.9 mL/mg*s (Singh dan Kayastha, 2014). Sedangkan efektifitas katalitik didapat pada percobaan ini yaitu 0.0002 mL/mg*s. Nilai literatur sangat jauh dari nilai yang didapat pada percobaan ini. Hal dikarenakan nilai kcat yang kurang akurat akibat kesalahan pengenceran. Nilai efektifitas katalitik dipakai dalam industri untuk menentukkan aplikasi enzim dalam proses produksi. Pada percobaan ini didapat nilai unit aktivitas, aktivitas total, dan aktivitas spesifik secara berurutan yaitu 0.43 U, 0,43 U*mL, dan 0,015 U/mg. Hasil dari literatur diperoleh nilai unit aktivitas, aktivitas total dan aktivitas spesifik secara berurutan yaitu 1.4 U, 60 U*mL, dan 42 U/mg. Perbedaan nilai

dapat disebabkan perbedaan organisme sumber enzim tersebut diekstrak (Su'i, 2012). Koefesien diterminasi dengan simbol r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas / X) dalam model. Dengan demikian, jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai menerangkan semua variabilitas dalam variabel Y. jika r2 = 0 akan mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y. Dalam kasus misalnya jika r2 = 0,8 mempu...


Similar Free PDFs