Laporan Resmi Petrologi PDF

Title Laporan Resmi Petrologi
Author rama rama
Course Petrologi
Institution Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Pages 58
File Size 4.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 35
Total Views 98

Summary

BAB IPENDAHULUANI LATAR BELAKANGPetrologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari batuan, meliputi jenis batuan, warna, tekstur, struktur, komposisi mineral, nama batuan, dan petrogenesa batuan tersebut. Batuan merupakan kumpulan kumpulan mineral yang sudah dalam keadaan membeku. D...


Description

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari batuan, meliputi jenis batuan, warna, tekstur, struktur, komposisi mineral, nama batuan, dan petrogenesa batuan tersebut. Batuan merupakan kumpulan kumpulan mineral yang sudah dalam keadaan membeku. Dalam pembelajaran petrologi tahun ajaran 2018/2019 adalah melakukan praktikum deskripsi batuan dalam Laboratorium Sie.Petrologi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan “Veteran” Yogyakarta. Kemudian setelah praktikan mempelajari batuan di dalam laboratorium, praktikan melakukan ekskursi dengan bimbingan asisten dan dosen. Ekskursi Petrologi dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2019 di 2 daerah penelitian yairu Dusun Giripurwo dan Dusun Kalisonggo. Ekskursi ini sebagai wujud memperdalam dan menerapkan ilmu/teori yang diperoleh saat menjalani praktikum di Laboratorium Petrologi Lapangan penelitian terdiri dari 2 daerah, setiap daerah terdiri dari 2 stopsite (stasiun). Stopsite 1 dan 2 berlokasi di Kali Tretes Dusun Giripurwo, Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, dan masuk kedalam Sub Formasi Kaligesing yang merupakan singkapan batuan sedimen klastik dengan fragmen batuan beku (stopsite 1), dan Sub Formasi Dukuh (stopsite 2), kedua sub formasi ini masih merupakan Formasi Andesit Tua (OAF). Stopsite 3 dan 4 berlokasi di Sungai Kalisonggo, Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, stopsite 3 merupakan penyebaran batuan sedimen klastik pada formasi Nanggulan dan stopsite 4 merupakan singkapan batuan beku intrusi dangkal dengan struktur Columnar Joint dan masuk kedalam Formasi Andesit Tua atau Old Andesit Formation (OAF).

I.2

MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan dilakukannya ekskursi lapangan petrologi ini

adalah sebagai berikut:

KELOMPOK 26

58

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

Maksud : a. Diharapkan praktikan mampu membedakan macam-macam jenis batuan khususnya batuan beku dan batuan sedimen kemuadian mendeskripsikan nama batuannya secara baik dan benar dan dapat menentukan alur petrogenesanya. b. Diharapkan praktikan dapat menambah ilmu mengenai macam-macam formasi khusunya yang berada di Kulon Progo. c. Diharapkan praktikan mampu mencari data-data lapangan yang diperlukan dalam pembuatan profil dan praktikan diharapkan mampu menentukan tebal terkoreksi secara baik dan benar.

Tujuan : a. Melatih praktikan untuk mendeskripsi batuan secara mandiri, terstruktur, baik dan benar. b. Melatih kemampuan praktikan dalam mencari data lapangan yang diperlukan sekaligus mengolahnya dalam bentuk laporan dengan standar yang telah ditentukan. c. Melatih kemampuan praktikan dalam mencari data lapangan yang diperlukan sekaligus mengolahnya dalam bentuk laporan dengan standar yang telah ditentukan. d. Dapat membuat profil kasar dan rofil halus. e. Meningkatkan kerjasama tim dan agar dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab setiap praktikan dalam menjalankan tugas masing-masing dalam tim.

I.3 LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN Ekskursi dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 5 Mei 2019. Para praktikan kumpul pukul 06:30 WIB di kampus UPN “Veteran” dan berangkat menggunakan bus jam 07:30 WIB. Perjalanan ditempuh dengan menggunakan bus dengan rute melalui jalur Ring Road Barat menuju arah Godean. Perjalanan menghabiskan waktu 1 jam 15 Menit dan sampai pukul 08:45 WIB di tempat parkir yang terletak di Dusun Giripurwo. Stopsite 1 dan 2 terletak di Sungai

KELOMPOK 26

59

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

Kalitretes, stopsite 1 ditempuh dengan berjalan kaki 53 meter dari tempat parkir, stopsite 2 ditempuh dengan berjalan kaki 45 meter dari tempat parkir. Stopsite 3 dan 4 terletak di kecamatan yang berbeda dari stopsite 1 dan 2 yaitu Dusun Kalisonggo, dapat ditempuh 33 menit ke arah utara dengan menggunakan bus. Stopsite 3 terletak di Sungai Kalisonggo, dapat ditempuh dengan berjalan kaki 393 meter ke arah barat dari tempat parkir dan stopsite 4 juga terletak di Sungai Kalisonggo berdekatan dengan stopsite 3.

Denah lokasi Gambar 1. Denah Lokasi Singkapan Keterangan :

A

:UPN ”Veteran” Yogyakarta

B

:Lokasi stop site 1 dan 2

C

: Lokasi stop site 3 dan 4

KELOMPOK 26

60

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

BAB II DASAR TEORI

II.1 FISIOGRAFI REGIONAL KULONPROGO Van Bemmelen (1949), membagi Jawa tengah menjadi enam zona fisiografi yaitu Gunung Api Kuarter, Dataran Aluvial Utara Jawa, Antiklinorium Serayu Utara, Kubah dan Punggungan pada Zona Depresi Tengah, Zona Depresi Tengah dan Pegunungan Selatan. Berdasarkan pembagian tersebut maka daerah Kulon Progo termasuk bagian dari Zona Depresi Tengah. ‘

Gambar 2. Fisiografi Van Bemmelen 1949 Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948). Daerah ini merupakan daerah uplift yang membentuk dome yang luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32 km yang

KELOMPOK 26

61

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

melintang dari arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong Dome. Pembagian urutan stratigrafi Pegunungan Kulon Progo sebagai dasar berbagai kajian geologi yang lainnya telah dilakukan dalam banyak penelitian. Kehadiran berbagai batuan di Pegunungan Kulon Progo dipengaruhi serangkaian peristiwa tektonik yang telah terjadi sebelum, selama, dan setelah pembentukannya.

II.2 STRATIGRAFI REGIONAL Tatanan stratigrafi daerah Pegunungan Kulonprogo dapat dibedakan dalam kelompok batuan sedimen dan kelompok batuan gunung api. Batuan sedimen sebagaidasar tersusun oleh dominasi batulempung-batupasir kuarsa dan batugamping yang disebut Formasi Nanggulan. Batuan sedimen Formasi Nanggulan sebagai dasar batuan volkanik Formasi Kebobutak. Formasi Nanggulan dan Kebobutak tersebutdiintrusi oleh batuan intrusi dangkal yang berupa mikrodiorit, andesit dan dasit yang pada umumnya telah mengalami ubahan. Kelompok gunungapi ini ditutupi secara tidak selaras oleh endapan laut dangkal Formasi Jonggrangan dan Formasi Sentolo. A. BatuanPra-Tersier Di Bagian utara pegunungan Kulonprogo, di daerah Kali Duren-Kali Sileng Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, dijumpai keterdapatan batuan metamorf sebagai fragmen penyusun dari breksi volkanik Formasi Kebobutak. Berdasarkan asosiasi mineralnya batuan metamorf ini termasuk kedalam fasies sekis hijau dan fasies amfibolit (Utama danSutanto, 2013). Diketemukannya batuan metamorf sebagai fragmen pada breksi volkanik ini menjadi petunjuk yang menarik bagi informasi geologi perbukitan Menoreh. Kehadiran batuan metamorf di perbukitan Kulonprogo ini memunculkan pertanyaan asal-usul batuan tersebut, sedangkan batuan metamorf tidak pernah menjadi litologi penyusun stratigrafi daerah Pegunungan Kulonprogo (Utama danSutanto, 2013). B. Formasi Nanggulan Formasi Nanggulan mempunyai tipe lokasi di daerah Kalisongo, Nanggulan. Van Bemmelen, 1949, menjelaskan bahwa formasi ini merupakan batuan tertua diPegunungan Kulonprogo dengan lingkungan pengendapannya adalah litoral

KELOMPOK 26

62

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

pada fase genang laut. Litologi penyusunnya terdiri-dari batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batugamping, batupasir, tuf kaya akan foraminifera dan moluska, diperkirakan ketebalannya 350 m. Berdasarkan atas studi foraminifera planktonik, maka Formasi Nanggulan ini mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen. Formasi ini dijumpai terutama pada sisi timur Gunung Gajah dan sisi timur Gunung Ijo. C. Formasi Andesit Tua Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Nanggulan. Litologinyaberupa breksi volkanik dengan fragmen andesit, lapilli tuf, tuf, lapili breksi, sisipan aliran lava andesit, aglomerat, serta batupasir volkanik yang tersingkap di banyak lokasi di daerah Kulonprogo. Formasi ini tersingkap baik di bagian tengah, utara, dan barat daya daerah Pegunungan Kulonprogo yang membentuk morfologi pegunungan bergelombang sedang hingga terjal. Ketebalan formasi ini kira-kira mencapai 600 m. Berdasarkan fosil Foraminifera planktonik yang dijumpai dalam napal dapat ditentukan umur Formasi Andesit Tua yaitu Oligosen Atas. D. Formasi Jonggrangan Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan Formasi Jonggrangan secara tidak selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri dari konglomerat, napal tufan, dan batupasirgampingan dengan kandungan moluska serta batulempung dengan sisipan lignit. Di bagian atas, komposisi formasi ini berupa batugamping berlapis dan batugamping koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di bagian tengah dan utara Pegunungan Kulonprogo. Ketebalan batuan penyusun formasi ini 250-400 meter dan berumur Miosen Bawah-Miosen Tengah. Formasi ini di bagian bawah menjemari dengan bagian bawah Formasi Sentolo. E. Formasi Sentolo Di atas Formasi Andesit Tua, selain Formasi Jonggrangan, diendapkan juga secara tidak selaras Formasi Sentolo. Hubungan Formasi Sentolo dengan Formasi Jonggrangan adalah menjari. Foramasi Sentolo terdiri dari batugamping dan batupasir napalan. Bagianbawah terdiri atas konglomerat yang ditumpuki oleh

KELOMPOK 26

63

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

napal tufan dengan sisipan tuf. Batuan ini ke arah atas berangsur-angsur berubah menjadi batugamping berlapis bagus yang kaya akan foraminifera. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m. Sedang menurut Van Bemellen Pegunungan Kulon Progo dikelompokkan menjadi beberapa formasi berdasarkan batuan penyusunnya. Formasi tersebut dimulai dari yang paling tua yaitu sebagai berikut

:

A. Formasi Nanggulan Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir, sisipan lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan 300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo. B. Formasi Andesit Tua Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan

secara tidak selaras dengan

formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur oligosen – miosen. C. Formasi Jonggrangan Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter. Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera, pelecypoda dan gastropoda. D. Formasi Sentolo Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir napalan dan batu gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar miosen bawah sampai pleistosen

KELOMPOK 26

64

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

E. Forasi Alluvial dan gumuk pasir Formasi ini iendapan secara tidak selaras terhadap lapisan batuan yang umurnya lebih tua. Litologi formasi ini adalah batu apsr vulkanik merapi yang juga disebut formasi Yogyakarta. Endapan gumuk pasir terdiri dari pasir – pasir baik yang halus maupun yang kasar, sedangkan endapan alluvialnya terdiri dari batuan sediment yang berukuran pasir, kerikir, lanau dan lempung secara berselang – seling. F.

Endapan Vulkanik Merapi Tua

Terusun oleh lelehan lava dan breksi anglomerat, andesit dan basalt yang mengandung olivin. Vulkanik Merapi Tua berdasarkan metode C-14 berumur antara 43590 sampai 2870 sebelum tahun 1950. G. Endapan Vulkanik Merapi Muda Tersusun oleh material hasil rombakan endapan merapi Tua berupa endapan pasir, tufa, dan breksi yang terkonsolidasi lemah. Berdasarkan metode C-14 berumur sekitar 1700 sampai 340 sebelum tahun 1950. Gambar 3. Stratigrafi Regional Pegunungan Kulon Progo II.3 STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL

KELOMPOK 26

65

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

Struktur ini dapat dikenali dengan adanya kenampakan pegunungan yang dikelilingi oleh dataran alluvial. Secara umum struktur geologi yang terjadi adalah sebagai berikut : 1.

Struktur Dome

Gambar 4. Skema blok diagram dome pegunungan Kulon Progo, yang digambarkan Van Bemmelen (1945, hal.596) Menurut Van Bemellen (1949), pegunungan Kulon Progo secara keseluruhan merupakan kubah lonjong yang mempunyai diameter 32 km mengarah NE – SW dan 20 km mengarah SE – NW. Puncak kubah lonjong ini berupa satu dataran yang luas disebut jonggrangan plateu. Kubah ini memanjang dari utara ke selatan dan terpotong dibagian utaranya oleh sesar yang berarah tenggara – barat laut dan tertimbun oleh dataran magelang, sehingga sering disebut oblong dome. Pemotongan ini menandai karakter tektonik dari zona selatan jawa menuju zona

KELOMPOK 26

66

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

tengah jawa. Bentuk kubah tersebut adalah akibat selama pleistosen, di daerah mempunyai puncak yang relatif datar dan sayap – sayap yang miring dan terjal. Dalam kompleks pegunungan Kulon Progo khususnya pada lower burdigalian terjadi penurunan cekungan sampai di bawah permukaan laut yang menyebabkan terbentuknya sinklin pada kaki selatan pegunungan Menoreh dan sesar dengan arah timur – barat yang memisahkan gunung Menoreh dengan vulkan gunung Gadjah. Pada akhir miosen daerah Kulon Progo merupakan dataran rendah dan pada puncak Menoreh membentang pegunungan sisa dengan ketinggian sekitar 400 m. secara keseluruhan kompleks pegunungan Kulon Progo terkubahkan selama pleistosen yang menyebabkan terbentuknya sesar radial yang memotong breksi gunung ijo dan Formasi Sentolo, serta sesar yang memotong batu gamping Jonggrangan. Pada bagian tenggara kubah terbentuk graben rendah. 2.

Unconformity Di daerah Kulon Progo terdapat kenampakan ketidakselarasan (disconformity)

antar formasi penyusun Kulon Progo. Kenampakan telah dijelaskan dalam stratigrafi regional berupa formasi andesit tua yang diendapkan tidak selaras di atas formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit Tua, dan formasi Sentolo yang diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Jonggrangan. Struktur geologi daerah terdiri atas (Bappeda Kab Kulon Progo Tahun 2011: 2732): 1) Struktur Geologi berupa Perlipatan Batuan (Fold), perlipatan batuan di formasi Sentolo. Perlipatan ini terdapat di bagian perbukitan Formasi Sentolo di daerah Pengasih, Sentolo, Panjatan, Lendah dan Galur. 2) Struktur Geologi Patahan/Sesar (Fault), merupakan bagian dari batuan yang saling bergerak antara bagian blok batuan satudengan blok batuan yang lain yang dipisahkan oleh zona patahanatau pecahan batuan yang disertai gerakan massa batuan. Patahandi wilayah Kulon Progo dapat dipisahkan menjadi dua bagian yaitu: a) Patahan Patahan

ini

Regional,

merupakan

merupakan

Patahan

satu kesatuan

patahan Yogyakarta.

Graben Yogyakarta. Patahan Graben

Yogyakarta adalah Patahan Opak dan Patahan Progo yang menyebabkan wilayah

KELOMPOK 26

67

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

Kulon Progo dan Wonosari menjadi daerah dataran Tinggi dan di Kota Yogyakarta menjadi daratan rendah. Patahan Opak berarah barat daya-timur laut, sedangkan patahan Progo berarah utara-selatan. Patahan ini di bagian timur

Kulon

Progo meliputi wilayah Kalibawang bagian timur, Nanggulan

bagian Timur, Sentolo, Panjatan, Galur dan Lendah. b) Patahan Lokal, merupakan patahan yang hanya terjadi di Kulon Progo. Patahan ini banyak terjadi di bagian pegunungan atau kubah di Kulon Progo utara bagian barat, dimana patahan berarah relatif radial yaitu berarah barat laut-tenggara, barattimur dan barat daya -timurlaut. Patahan ini terdapat di wilayah Kecamatan Kokap, Temon bagian utara, Pengasih, Nanggulan bagian barat. c) Struktur Kekar (joint) yaitu pecahan batuan yang tidak mengalami pergerakan. Struktur kekar ini sangat intensif terdapat di formasi batuan andesit dan formasi andesit tua.

II.4 GEOMORFOLOGI REGIONAL Rangkaian Pegunungan Kulon Progo termasuk dalam zona selatan Jawa Tengah dansecara keseluruhan merupakan Plateu (Pannekoek, 1989). Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah ini terbagi menjadi beberapa satuan geomorfologi, yaitu : 1.

Satuan Pegunungan Kulon Progo Satuan pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari selatan ke

utara meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo, dan Semigaluh. Kulon Progo merupakan tinggian yang berbentuk kubah memanjang dengan sumbu panjang berjarak kurang lebih 32 Km dengan arah Utara Timur Laut – Selatan Barat Daya, dan dibatasi oleh tinggian dan rendahan Kebumen. Dan terjadinya erosi yang sudah cukup intensif menghasilkan morfologi oleh penyaluran. Daerah ini banyak digunakan sebagai pemukiman, kebun, sawah, serta tegalan. 2.

Satuan Perbukitan Sentolo Satuan ini daerah Pengasih dan Sentolo dan terletak di sebelah timur

Pegunungan Kulon Progo. Satuan ini memiliki kelerengan yang tidak cukup

KELOMPOK 26

68

Laboratorium Bahan Galian Sie. Petrologi 2019

curam, rata-rata kelerengan yang terdapat di satuan hanyalah 15º dan satuan ini memiliki ketinggian kurang lebih 50-150 m di atas permukaan air laut. 3.

Satuan Teras Progo Meliputi kecamatan Nanggulan dan Kali Bawang tepatnya terletak di sebelah

timur pegunungan Kulon Progo dan di sebelah utara satuan perbukitan sentolo. 4.

Satuan Dataran Alluvial Satuan ini memiliki keterangan yang relatif landai sehingga daerah ini

banyak di manfaatkan sebagai lahan-lahan persawahan dan pemukiman penduduk. 5.

Satuan Dataran Pantai a. Sub Satuan Gumuk Pasir Gumuk gumuk pasir yang terdapat pada daerah ini kemungkinan

terbentuk akibat dari material material berukuran pasir yang dibawa oleh Kali Serang dan Kali Progo yang diendapkan di muara sungai, oleh aktivitas debaran ombak yang cukup besar serta adanya angina, kemudian terjadi gumuk pasir b. Sub Dataran Alluvial Pantai Terdiri dari material material berukuran pasir halus yang tertransport dan diendapkan oleh aktivitas angin di bagian utara dari sub satuan gumuk pasir.

II.5 SEJARAH GEOLOGI REGIONAL Sejarah geologi daerah penelitian dimulai sejak kala oligosen akhir -Miosen awal ditunjukkan oleh kegiatan magma andesitik yang menghasilkan endapan lahar, lava dan intrusi andesit pada lingkungan laut. Kemudian diikuti oleh proses tektonik Miosen yang menghasilkan struktur sesar, dan kekar pada lingkungan daratan. Pada lingkungan daratan ini terjadi alterasi dan mineralisasi yang berupa urat - urat kuarsa dan ubahan batuan. Proses berikutnya terjadi genang laut dari lingkungan darat menjadi laut dangkal pada kala Pliosen. Kondisi genang laut tersebut menyebabkan diendapkannya batugamping berlapis. Kala Pleistosen terjadi perlipatan pada batugamping berl...


Similar Free PDFs