MAKALAH AKAD SALAM "Della Santika (C1F018038)" PDF

Title MAKALAH AKAD SALAM "Della Santika (C1F018038)"
Author Della Santika
Pages 16
File Size 150.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 145
Total Views 820

Summary

MAKALAH AKAD SALAM Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. DISUSUN OLEH : DELLA SANTIKA (C1F018038) KELAS : R006 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2021 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memb...


Description

MAKALAH AKAD SALAM

Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

DISUSUN OLEH :

DELLA SANTIKA (C1F018038) KELAS : R006

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2021

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Sehingga saya mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “Akuntansi Syariah” yang berjudul “Akad Salam” Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesarbesarnya. Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jambi, 13 April 2021

Della Santika

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

2

1.3 Tujuan Penulisan

2

BAB II PEMBAHASAN

3

2.1 Pengertian Akad Salam

3

2.2 Jenis Akad Salam

4

2.3 Dasar Syariah Akad Salam

5

2.4 Perlakuan Akuntansi (PSAK 103)

6

2.5 Ilustrasi Kasus Akad Salam

8

BAB III PENUTUP

13

3.1 Kesimpulan

13

DAFTAR PUSTAKA

13

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Muamalah merupakan aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dan pergaulan soaial, muamalah yang diperbolehkan adalah muamalah yang sesuai dengan syari’at. Salah satu bentuk akad muamallah yang diperbolehkan dalam syari’at adalah akad jual beli selagi jual beli tersebut ridak bertentangan dengan syari’at islam yaitu tidak mengandung unsur maisir, ghoror, dan riba yang merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Jual beli adalah perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan.Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan kepada barang tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar dibanding pembeli, diantaranya penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan berjarak cukup lama. Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh Islam guna menghindari riba. Dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah disebutkannya syari'at jualbeli salam sesuai larangan memakan riba.

1

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan akad salam? 2. Apa saja jenis dari akad salam? 3. Apa dasar syariah akad salam? 4. Bagaimana perlakuan akuntansi PSAK 103 mengenai akad salam? 5. Bagaimana ilustrasi kasus akad salam?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui maksud dari akad salam 2. Untuk mengetahui jenis dari akad salam 3. Untuk mengetahui dasar syariah akad salam 4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi PSAK 103 mengenai akad salam 5. Untuk mengetahui ilustrasi kasus akad salam

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akad Salam Salam berasal dari kata As-Salaf, yang artinya pendahuluan, pesanan atatu jual beli dengan melakukan pesanan terlebih dahulu. Sedangkan menurut istilah, Salam adalah akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad berlangsung dan barang datang di kemudian hari. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirmkan salah satu cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya (PSAK 103 Paragraf 9). Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pebayaran modal salam dapat berupa uang tunai barang atau manfaat,tetapi boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dar pihak lain. Oleh karena tujuan penyerahan modal usaha salam adalah sebagai modal kerja,sehingga dapat digunakan oleh pembeli untuk menghasikan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan. Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sabagian kebutuhan hidupnya. Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya,maka pembeli boleh melakukan khyiar yaitu memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari resiko yang meugikan pmbeli boleh meminta jaminan dari penjual. Transaksi salam sangat populer pada zaman Imam Abu Hanifah (80-150 AH/699-767 AD). Imam Abu Hanifah meragukan keabsahan kontrak tersebut yang mengarah kepada perselisihan. Oleh karena itu, beliau berusaha

3

menghilangkan kemungkinan adanya perselisihan dengan merinci lebih khusus apa yang harus diketahui dan dinyatakan dengan jelas dalam kontrak, seperti jenis komoditi, mutu, kuantitas, serta tanggal dan tempat pengiriman. Berikut ada beberapa hal yang dapat membatalkan kontrak salam, yaitu sebagai berikut : •

Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.



Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.



Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk menolak atau membatalkan akad.



Barang yag dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya.



Barang diterima.

2.2 Jenis Akad Salam Ada dua jenis dari akad salam : 1.

Salam Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

2.

Salam parallel Salam paralel artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesanan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya (melaksanakan transaksi Bai’ As-Salam antara bank dan nasabah dan antara bank dan suplier atau pihak ketiga lainnya secara simultan). Hal ini terjadi ketika penjual tidak memilikibarang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut. Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad yang pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi

4

syarat tidak diperbolehkan. Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel, terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

2.3 Dasar Syariah Akad Salam 1.

Al-Qur’an Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (Al-Baqarah : 282).

Dalam kaitan tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayat tersebut dengan transaksi ba’i as-salam. Hal ini tampak jelas dari ungkapan beliau “Saya bersaksi bahwa salaf (salam) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada kitabnya dan diizinkan-nya”. Ia lalu membaca ayat tersebut di atas.

2.

Al-Hadits

- Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW datang ke Madinah dimana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata : “Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui”. - Dari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR Ibnu Majah). 3.

Ijma’ Kesepakatan ulama (ijma’) akan bolehnya jual beli salam dikutip dari pernyataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa semua ahli ilmu telah sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan

5

keperluan untuk memudahkan urusan manusia. Pemilik lahan pertanian, perkebunan ataupun perniagaan terkadang membutuhkan modal untuk mengelola usaha mereka hingga siap dipasarkan, maka jual beli salam diperbolehkan untuk mengakomodir kebutuhan mereka. Ketentuan ijma’ ini secara jelas memberikan legalisasi praktik pembiayaan/jual beli salam.

2.4 Perlakuan Akuntansi (PSAK 103) Akuntansi untuk Pembeli Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut : a. Jika

barang

pesanan

sesuai

dengan

akad,

maka

dinilai

sesuai

nilai yang disepakati b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya maka : (i) Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad. (ii) Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman maka : (i) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tecantum dalam akad.

6

(ii) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi. (iii) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.

Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual. Denda ini hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dari dana kebajikan. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perlolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Akuntansi untuk Penjual Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal usaha salam yang diterima. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk nonkas diukur sebesar nilai wajar. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang kepada pembeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang

7

pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.

2.5 Ilustrasi Kasus Akad Salam Pada umumnya, pemesanan barang dengan akad salam dilakukan oleh nasabah, Lembaga Keuangan Syariah akan melakukan salam paralel. Dalam hal ini, Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai pembeli. Berikut contoh akuntansi salam dimana Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai pembeli :

Tanggal 1 April 2016, Bank 7C Syariah menyerahkan modal salam sebesar Rp 100.000.000,00 kepada KUD Petani BPPK untuk pemesanan beras sebanyak 5 ton. Penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 31 Mei 2016.

1 April 2016

Piutang Salam

100.000.000

Kas

100.000.000

Jika pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati. Tanggal 31 Mei 2016, Bank 7C Syariah menerima barang salam dari KUD Petani BPPK senilai Rp 100.000.000,00

31 Mei 2016

Persediaan Barang Salam

100.000.000

Piutang Salam

100.000.000

Jika pesanan yang diterima berbeda kualitasnya, maka : - Barang pesanan yang diterima dinilai sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.

8

Tanggal 31 Mei 2016, Bank 7C Syariah menerima barang salam dari KUD Petani BPPK senilai Rp 110.000.000,00

31 Mei 2016

Persediaan Barang Salam

100.000.000

Piutang Salam

100.000.000

- Barang pesanan yang diterima dinilai diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad. Tanggal 31 Mei 2016, Bank 7C Syariah menerima barang salam dari KUD Petani BPPK senilai Rp 90.000.000,00

31 Mei 2016

Persediaan Barang Salam

90.000.000

Beban Kerugian Salam

10.000.000

Piutang Salam

100.000.000

Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka : - Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad. Tanggal 31 Mei 2016, KUD Petani BPPK tidak dapat menyerahkan barang salam, dan Bank 7C Syariah memperpanjang jangka waktu penyerahan hingga 10 hari kedepan. -Tidak Ada Jurnal-

9

- Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi. Tanggal 31 Mei 2016, KUD Petani BPPK hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam senilai Rp 50.000.000,00 Jika Bank 7C Syariah menerima

31 Mei 2016

Persediaan Barang Salam

50.000.000

Piutang Usaha

50.000.000

Piutang Salam

100.000.000

Jika Bank 7C Syariah tidak menerima dan membatalkan akad

31 Mei 2016

Piutang Usaha

100.000.000

Piutang Salam

100.000.000

- Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.

Tanggal 31 Mei 2016, KUD Petani BPPK hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam senilai Rp 50.000.000,00. Dan disepakati sisa kewajiban dibayar dengan penjualan jaminan.

10

Jika nilai jaminan lebih kecil dari sisa piutang salam (Rp 45.000.000,00)

31 Mei 2016

Persediaan Barang Salam

50.000.000

Kas

45.000.000

Piutang Usaha

5.000.000

Piutang Salam

100.000.000

Jika nilai jaminan lebih besar dari sisa piutang salam (Rp 55.000.000,00)

31 Mei 2016

Persediaan Barang Salam

50.000.000

Kas

55.000.000

Hak

Penjual

atas

Sisa

5.000.000

Penjualan Jaminan

Piutang Salam

100.000.000

Tanggal 31 Mei 2016, Bank 7C Syariah membatalkan pesanan karena tidak menerima pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman, dan piutang salam dibayar dari penjualan jaminan. Jika nilai jaminan lebih kecil dari piutang salam (Rp 80.000.000,00)

31 Mei 2016

Kas

80.000.000

Piutang Usaha

20.000.000

Piutang Salam

100.000.000

11

Jika nilai jaminan lebih besar dari piutang salam (Rp 110.000.000,00)

31 Mei 2016

Kas

Hak

110.000.000

Penjual

atas

Sisa

Penjualan Jaminan

10.000.000

Piutang Salam

100.000.000

Berikut adalah beberapa transaksi dari akad salam yang terjadi pada Bank Mulia Islam (BMI). Transaksi 1 Pada tanggal 2 Februari 2012, Bank Mulia Islam (BMI) melakukan akad salam dengan PT Ahmad Agro Jaya (PT AAJ) dan menerima dana salam tunai sebesar Rp 750.000.000,00 (Rp7.500.000,00 per ton). Objek dari akad salam adalah 100 ton biji jagung manis kualitas no. 1. Jurnal yang harus dibuat adalah oleh BMI adalah : 02/02/12

Dr. Kas/Rekening Nasabah – PT AAJ 750.000.000 Cr. Utang Salam 750.000.000

Transaksi 2 Pada tanggal 5 Februari 2012, BMI melakukan kesepakatan akad dengan KUD Al-Hikmah

dan

menyerahkan


Similar Free PDFs