MAKALAH FONETIK PDF

Title MAKALAH FONETIK
Author Pebri Yandi
Pages 20
File Size 86.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 167
Total Views 629

Summary

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia diberikan kemampuan berbicara atau berucap, kecuali bagi orang yang mempunyai “keterbatasan”, misalnya orang bisu atau tuli. Kemampuan untuk berbicara secara bertahap sesuai dengan tingkatan usianya, yaitu sejak bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa....


Description

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia diberikan kemampuan berbicara atau berucap, kecuali bagi orang yang mempunyai “keterbatasan”, misalnya orang bisu atau tuli. Kemampuan untuk berbicara secara bertahap sesuai dengan tingkatan usianya, yaitu sejak bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa. Pemerolehan bunyi bahasa bisa dikaji secara scientific atau ilmiah seperti mengetahui alat-alat ucap/berbicara dan proses pembunyian. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian fonetik? 2. Apa jenis-jenis fonetik? 3. Apa saja alat-alat untuk berbicara? 4. Bagaimana proses berbicara? 5. Apa saja klasifikasi bunyi? 6. Apa itu tulisan fonetik? 1.3 TUJUAN 1. Untuk memberikan deksripsi tentang fonetik 2. Untuk mengetahui jenis-jenis fonetik 3. Untuk memberikan informasi tentang alat-alat berbicara 4. Untuk mengetahui proses berbicara 5. Untuk mengetahui klasifikasi bunyi 6. Untuk mengetahui deskripsi tulisan fonetik

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN FONETIK Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. 2.2 PANDANGAN PARA AHLI TENTANG ILMU FONETIK 1. Bertil Malmberg Bertil Malmberg (1968), seorang fonetik Prancis, mendefinisikan fonetik sebagai pengkajian bunyi-bunyi bahasa. Fonetik ialah pengkajian yang lebih meniti beratkan pada ekspresi bahasa,bukan isinya. Yang dipentingkan adalah bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan penutur, bukan makna yang ingin disampaikan. Unit-unit yang digunakan dalam bahasa lisan adalah bunyi-bunyi dan kumpulkan bunyi-bunyi yang mampu dibedakan oleh telinga dengan jelas. Telingan akan menyaring bunyi-bunyi yang biasa didengar ini untuk diproses lebih lanjut ke otak. Otak inilah yang mengenal dengan pasti dan menerjamahkan semua perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Menurut Bertil Malmberg, ilmu fonetik bias dibagi menjadi empat cabang, yaitu ilmu fonetik umum,ilmu fonetik deskriptif, ilmu fonetik sejarah, dan ilmu fonetik normatif. -

Ilmu fonetik umum mengkaji terhadap penghasilkan bunyi-bunyi dan fungsi mekanisme ucapan. Yang dikaji adalah bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan dan apa saja organ yang terlibat dalam penghasilan bunyi bahasa.

2

-

Ilmu fonetik deskriptif mengkaji terhadap kalainan atau perbedaan buni bagi suatu bahasa tertentu. Yang dikaji adalah bagaimana perbedaan bunyi dalam bahasa yang sama sehingga melahirkan atau memunculkan dialek yang berbeda. Misalnya, perbedaan bunyi bahasa Indonesia daerah ( penutur asli ) Jakarta dengan basaha Indonesia baku merupakan sasaran kajian fonetik deskriptif ini.

-

Ilmu fonetik sejarah mengkaji terhadap perubahan bunyi suatu bahasa berdasarkan sejarah bahasa tersebut. Yang dikaji adalah mencari kekerabatan atau kekeluargaan bahasa bagi bahasabahasa yangdikaji. Juga mengkaji perubahan bunyi sebagai akibat perbedaan kurun waktu. Misalnya, mengkaji keluarga bahasa Austronesia dilihat dari perubahan bunyi bahasa-bahasa yang dikaji lewat kata-kata Swadesh.

-

Ilmu fonetik normative mengkaji terhadap kaidah bunyi yang benar pada suatu bahasa. Yang dikaji adalah menentukan bunyibuny ibaku pada bahasa tertentu untuk dijadikan patokan pengucapan bahasa baku atau formal. Pengkajian ini diperlukan dalam rangka pengajaran bahasa resmi di suatu Negara.

2. J.D.O’CONNOR Menurut O’Connor, fonetik ialah ilmu yang bersangkut pautdengan bunyi-bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyibunyi yang dapat didengar ini kemudian diformulasikan sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang terdapat dalam bahasa masyarakat yang bersangkutan. Seterusnya, formula bunyi-bunyi ujar ini diberi ’’fungsi’’ tertentu sehingga dapat dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Menurut O’Connor, tingkah laku berkomunikasi berawal dari otak pembaca. Pada tahap ini, kita bisa beranggapan bahwa otak penutur mempunyai dua fungsi yang berbeda, yaitu kreatif (creative function) dan fungsi saluran (forwarding function).

3

a. Fungsi kreatif Fungsi kreatif merupakan fungsi terpenting sebab lewat fungsi inilah pesan-pesan bisa dibentuk dan diterima. Dalam praktiknya, ada tiga fase yag berbeda dalam fungsi kreatif otak ini. ® Fase pertama, menghidupkan komunikasi. ® Fase kedua, alat komunikasi. ® Fase ketiga, memastikan bentuk pesan. b. Fungsi saluran Fungsi saluran pada otak penutur lebih bersifat teknis. Fungsi saluran ini melibatkan pembicaraan mengenai peranan ota, yaitu organ utama yang terlibat dalam penghasilan bunyi bahasa dan tiga peringkat bagi prosespemahaman bunyiyang dihasilkan. 3. DAVID ABERCROMBIE David Abercrombie(1971) Ia berpendapat pada fonetik adalah David Ambercrombieb(1971). Ia berpendapat bahwa fonetik adalah ilmu yang bersifat teknis. Dalam ilmu ini, suatu bahasa akan dilihat secara analitis, yaitu tidak saja mendengar percakapan, tetapi juga menyadari setiap gerak jasmani yang melatar belakanginya. Sewaktu kita bernafas, misalnya, udara tidak dikeluarkan terus menerus. Aliran udara tidak berkelanjutan. Otot pernafasan yang panjang. Rata-rata gerakan tegang-kendur otot pernapasan adalah lima klai dalam satu detik atau 300 kali dalam satu menit.udara dikeluarkan dari paru paru setiap kali hembusan. Ternyata, setiap ketegangan dan hembusan yang dihasilkan merupakan suku kata (syllable). Satu suku kata berdasarkan

satu

gerakan tegang dan kendur ini. Satu suku kata bersamaan dengan satu gerakan ujaran. Irama napas/dada begitu begitu teratur dan sistematis sehingga bisa disebut sebagai nada. Satu detik memuat lima suku kata. Kenyataannya ini merupakan landasan teori bagi semua bunyi bahasa.

4

Abercrombie juga berpendapat bahwa perilaku ujaran sangat kompleks karena selain gerakan paru-paru juga ada gerakan lidah, gigi, langit-langit lembut dan keras terus menerus. Kalau kita berusaha memecah ujaran, semata-mata hanya untuk kepentingan analisis bunyi bahasa tersebut. Ujaran inilah nantinya dijadikan unsure-unsur dasar segmental (perluasan bunyi). Usaha-usaha ini sangat pelik karena halhal berikut. ∑

Gerakan bunyi bahasa sangat kompleks. Banyak gerakan yang terlibat sekaligus dan serentak.



Gerakan bunyi bahasa sanagat cepat. Lidah bergerak 720 kali dalam satu menit. Ini berarti sama dengan 12 kali setiap detik.



Gerakan bunyi bahasa sangat halus. Contohnya, pemindahan lidah 2 atau 3 mm akan ditanggapi sebagai bunyi lain oleh penutur bahasa.



Gerakan bunyi bhasa selaluberkelanjutan. Gerakan demi gerakan berlangsung secara terus menerus. Perhentian antara satu gerakan ke gerakan lain sangat singkat.

2.3 JENIS-JENIS FONETIK 2.3.1 FONETIK ARTIKULATORIS Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik pisiologis meliputi bagaimana bunyi-bunyi bhasa itu di produksi alat-alat ucap manusia. Pembahsannya antara lain meliputi masalah alat-alat ucap yang di gunakan dalam memproduksi bunyi bahasa itu; mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahsa, bagaiman bunyi bahsa itu dibuat mengenai klasifikasi bunyi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan; mengenai silabel; dan juga mengenai unsur-unsur atau ciriciri suprasegmental, seperti tekanan, jeda, durasi, dan nada.

5

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan bunyi “segmental”, ambilah contoh sederhana, yaitu kata Indonesia dan. Kata itu terdiri dari bunyi [d], [a], dan [n], dalam urutan tersebut. Jadi tiga bunyi itu adalah “segmen-segmen” dari kata dan itu. Jadi bunyi sebagai segmen adalah bunyi menurut pola urutannya dari pertama sampai yang terakhir, atau (seperti sering dirumuskan dalam linguistik) “dari kiri ke kana”. Struktur dari kiri ke kanan itu berupa segmental; artinya ada bagian-bagian yang terkecil menurut urutannya. Bunyi suprasegmental adalah bunyi yang dapat dibayangkan sebagai bunyi yang “di atas” yang segmental itu. Misalya perbedaan antara tuturan Dia telah datang dan Dia telah datang ? tidak terdiri atas perbedaan antara sekmental melainkan atas perbedaan intonasi(atau lagu) yang berbeda dalam kedua tuturan tersebut. 2.3.1.1 ALAT UCAPAN Sebenarnya alat-alat yang digumakan untuk menghasilkan bunyibunyi bahasa ini mempunya fungsi utama lain yang bersifat fisiologis. Misalnya, peru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, alat-alat itu secara linguistk digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar. Kita perlu mengenal nama alat-alat ucap itu satu per satu untuk bisa memahami bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi. Nama-nama bunyi bahasa itu pun diambil dari nama-nama alat ucap itu yang diambil dari bahasa latin. Untuk mengenal alat-alat ucap itu perhatikan kerterangannya. 1. Paru-paru (lung) 2. Batang tenggorok (trachea) 3. Pangkal tenggorok (laring) 4. Pita suara (vocal cord) yang didalamnya terdapat glottis, yaitu celah diantara dua bilah pita suara. 5. Krikoid (cricoid) 6

6. Lekum atau tiroid (thyroid) 7. Aritenoid (arythenoid) 8. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx) 9. Epiglotis (epiglotis) 10. Akar lidah (root of the tongue) 11. Pangkal lidah atau sering disatukan dengan nomor (13) daun lida. Pangkal lidah (back of the tongue, dorsum) 12. Tengah lidah (middle of the tongue, medium) 13. Daun lidah (blade of the tongue, laminum) 14. Ujung lidah (tip of the tongue, apex) 15. Anak tekak (uvula) 16. Langit-langit lunak (soft palate, velum) 17. Langit-langit keras (hard palate, palatum) 18. Gusi, ceruk gigi (alveolum) 19. Gigi atas (upper teeth, dentum) 20. Gigi bawah (lower teeth, dentum) 21. Bibir atas (upper lip, labium) 22. Bibir bawah (lower lp, labium) 23. Mulut (mouth) 24. Rongga mulut (oral cavity) 25. Rongga hidung (nasal cavity) Nama-nama latin alat ucap itu perlu diperhatikan karena nama-nama bunyi disebut juga dengan nama latinnya itu. Misalnya, bunyi yang dihasilkan dibibir disebut bunyi labial, diambil dari kata labium yaitu bibir, dan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gigi disebut bunyi apikodental, yang diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan kata dentum yaitu gigi. 2.3.1.2 CARA BEKERJA ALAT-ALAT UCAP Bila kita menuturkan sesuatu, udara dipompakan dari paru-paru dan keluar dengan harus melalui suatu “penyempitan” tertentu, sehingga udara

7

yang keluar itu mulai bergetar. Dari sudut pandangan akustik, bunyi itu tidak lain adalah udara yang bergetar. Bila tidak ada “penyempitan” seperti itu, tak ada bunyi bahasa sama sekali, dan kita hanya bernafas secara normal saja. Bagaimana jalan keluar nafas kita yang datangnya dari paru-paru itu? Udara keluar dari paru-paru melalu batang tenggorokan, yang ada pitapita suara didalamnya. Pita-pita suara itu haruslah terbuka untuk memungkinkan arus udara keluar, karena dalam batang tenggorokan tidak ada jalan yang lain. Arus udara keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung (atau melalui kedua-duanya sekaligus). Untuk mengerti apa pentingnya “penyempitan” tadi, silakan anda menghembuskan nafas dengan mendekatkan bibir bawah pada gigi atas. Yang dihasilkan adalah bunyi [f].(bila bunyi bahasa dilambangkan dengan cara fonetis, lazimnya para ahli linguistik mengapit lambang bunyi diantara kurung persegi). Sebagai contoh lain, dekatkanlah daun lidah pada gusi gigi atas, dan hasilnya adalah bunyi [s]. Yang terjadi bila udara harus melalui penyempitan macam itu ialah udara yang keluar itu mulai bergetar, dan bunyi (termasuk bunyi bahasa) tidak lain adalah getaran udara. 2.3.1.3 KLASIFIKASI BUNYI Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama di bedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika dilaui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan apa-apa,kecuali bentuk rongga mulut yang berbentuk tertentu sesuai dengan jenis vokal yang dihasilkan. Bunyi konsonan terjadi,setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan kerongga mulut atau rongga hidup dengan mendapat hambatan ditempat-tempat artikulasi tertentu. Jadi,beda terjadinya bunyi vokal dan

8

konsonan adalah arus udara dalam bembentukan bunyi vokal,setelah melewati pita suara,tidak mendapat hambatan apa-apa, sedangkan dalam bembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat hambatan atau gangguan. Bunyi kosonan ada yang bersuara ada yang tidak. Yang bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar. Bunyi vokal,semuanya adalah bersuara, sebab dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. 2.3.1.3.1 KLASIFIKASI VOKAL Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pitapita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian mana pun. Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah biasa bersifat vertikal bisa bersifat horizontal. Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u], vokal tanah, misalnya, bunyi [e] dan [o] dan vokal rendah,misalnya,bunyi [a]. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan, misalnya, bunyi [i] dan [e], vokal pusat, misalnya, bunyi [o] dan vokal belakang, misalnya, bunyi [u] dan [o]. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Disebut vokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucap vokal itu, misalnya, [o] dan vokal [u]. Diseut vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar, melainkan melebar, pada waktu mengucapkan vokal tersebut, misalnya.vokal [i] dan vokal [e]. Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita memberi nama akan vokal-vokal itu, misalnya: [i] adalah vokal dengan tinggi tak bundar [e] adalah vokal dengan tengah tak bundar [o] adalah vokal belakang tengah bundar [a] adalah vokal pusat rendah tak bundar

9

Beberapa jenis vocal yaitu: [i] Vokal tinggi, vokal rendah, dan vokal tengah Penggolongan ini adalah penggolongan menurut tinggi rendahnya vokal, yaitu menurut tinggi rendahnya posisi lidah terhadap langit-langit. Misalnya, untuk mengucapkan [a] seperti dalam kata asuh, posisi lidah adalah rendah terhadap langit-langit. Dalam mengucapkan [i] (hidup) lidah posisinya tinggi, dekat pada langit-langit, sedangkan dalam mengucapkan [ǝ] (lebih), posisi lidah adalah sekitar di tengah posisi tinggi dan posisi rendah. [ii] Vokal depan, vokal belakang, dan vokal madya Kita dapat membedakan vokal juga menurut depan belakangnya. Depan belakangnya vokal tergantung dari posisi lidah juga. Bila lidah itu “datar” permukaannya, vokal adalah vokal “depan”, seperti halnya dengan [a] dan [i]. Sebaliknya, apabila lidah lebih rendah di belakang, maka vokalnya merupakan vokal belakang, seperti dengan [o] dalam kata obat dan dengan [ὸ] dalam kata pokok. Posisi lidah menurut depan belakangnya dapat juga berupa kurang lebih di antara depan dan belakang, dan vokal dengan posisi lidah demikian adalah vokal madya, seperti [ǝ] dalam kata lengah dan [˄] dalam kata Inggris but. [iii] Vokal bundar dan vokal tak bundar Perbedaan bangun mulut ini adalah perbedaan menurut bundar tidaknya dari kedua bibir. Misalnya vokal [i] merupakan vokal yang tak bundar, dan bila posisi lidah menurut tinggi rendahnya serta menurut depan belakangnya dipertahankan tetapi dengan memperbundar kedua bibir, maka hasilnya adalah vokal [ü] , seperti dalam kata Jerman grün ‘hijau, maka kata Belanda duwen ‘mendorong’. [iv] Vokal panjang dan vokal pendek

10

Perbedaan ini menyangkut lamanya (atau “kuantitas”) pelafalan vokal. Tentu saja, lamanya adalah relatif. Misalnya, [ù] dalam kata Inggris full adalah pendek, sedangkan [u ] dalam kata Inggris fool adalah panjang. [v] Vokal nasal (atau vokal sengauan) dan vokal oral Dalam pengucapan vokal oral, seluruh arus udara keluar melalui mulut, dan rongga hidung tertutup (dengan menggerakkan langit-langit lunak ke dinding belakang rongga kerongkongan), semua vokal di atas (di bawah [i] sampai dengan [iv] ) adalah vokal oral yang demikian. Sebaliknya, dalam pengucapan vokal sengauan, sebagian dari arus udara yang keluar melalui rongga mulut, sebagian yang lain melalui rongga hidung (langit-langit lunak diturunkan sedikit untuk memungkinkan bangun mulut yang demikian). Contoh dari vokal nasal banyak ditemukan dalam bahasa Prancis: [ǝ ] dalam un ‘satu’, [о ] dalam oncle ‘paman’, [a ] dalam bande ‘rombongan’, [ǣ ] dalam ainsi ‘demikian’. [vi] Vokal tunggal, daan vokal rangkap dua atau diftong Semua vokal yang dibahas dalam [i] sampai dengan [v] adalah vokal yang pelafalannya tidak melibatkan perubahan bangun mulut selama pelafalan tersebut. Misalnya, dalam pelafalan [a], bangun mulut sama dari permulaan sampai akhir. Vokal seperti itu disebut vokal tunggal. Dalam pelafalan vokal rangkap dua (atau diftong), maka setengah lamanya pelafalan vokal, bangun mulut diubah. Misalnya, [au ] dalam kalau adalah sebuah diftong: pelafalannya mulai dengan bangun mulut rendahdepan, dan berakhir dengan bangun tinggi-belakang. Contoh lain: dalam kata balai, diftongnya [ai ] mulai dengan bangun mulut rendah-depan, dan berakhir dengan bangun tinggi-depan. Perhatikanlah dengan seksama bahwa sebuah diftong tidak sama dengan dua vokal tunggal berturut-turut, misalnya, meskipun [au ] dalam kalau berupa diftong, [a]+[u] dalam baur merupakan deret dua vokal

11

tunggal. Demikian pula, meskipun [ai ] dalam balai berupa diftong, namun [a]+[i] dalam kata kait adalah dua vokal tunggal. Diftong dapat dibedakaan menurut arah perubahan bangun mulut. Kita dapat membedakan diftong naik dan diftong turun. Diftong naik adalah diftong yang perubahannya “ke atas”, diftong turun adalah diftong yang perubahannya “ke bawah”. Diftong naik ditemukan dalam contoh-contoh tadi,

kalau dan balai. Diftong turun tidak ditemukan dalam bahasa

Indonesia. Diftong Inggris [iǝ ], seperti dalam kata ear, merupakan diftong turun. 2.3.1.3.2 DIFTONG ATAU VOKAL RANGKAP Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturnya. Namun, yang dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia adalah [au] seperti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh lain, bunyi [ai] seperti terdapat pada kata cukai dan landai. Apabila ada dua buah vokal berurutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari yang kedua, maka disitu tidak ada diftong. Jadi, vokal [au] dan [ai] pada kata seperti bau dan lain bukan diftong. Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsurunsurnya, sehigga dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari poisi bunyi yang kedua, sebaliknya disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua. Diftong naik atau diftong turun bukan ditentukan berdasarkan posisi lidah, melainkan didasarkan atas kenyaringan (sonoritas) bunyi itu. Kalau sonoritasnya terletak di muka atau pada unsur yang pertama, maka dinamakan diftong turun, kalau sonoritasya terletak

12

pada unsur kedua, maka namanya diftong naik. Umpamanya, bunyi [ai] pada kata Indonesia landai sonoritasnya terletak pada unsur pertama, karena itu, bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun.dalam bahasa Prancis kata moi yang dilafalkan [mwa] sonoritasnya terletak pada unsur kedua. Jadi, pada kata itu terdapat diftong naik. 2.3.1.3.3 KLASIFIKASI KONSONAN Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang dikeluar dari paru-paru yang mendapat halangan. Menurut cara pengartikulasinya, kita dapat membedakan konsonan sebagai berikut: i.

Konsonan letupan adalah konsonan yang dihasilkan dengan menghambat arus udara seluruhnya ditempat artikulasi tertentu secara tiba-tiba dan alat-alat bicara ditempat tersebut lal...


Similar Free PDFs