MAKALAH KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK.pdf PDF

Title MAKALAH KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK.pdf
Author Vanny Septyana
Pages 29
File Size 621.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 120
Total Views 190

Summary

MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM “Indonesia Darurat Pelecehan Seksual: Penegakan Hukum Kasus Kepala Sekolah Lakukan Pelecehan Seksual Tehadap 12 Orang Muridnya DISUSUN OLEH: Nama : Vanny Septyana ABSTRACT The Child Sexual Abuse is like an iceberg phenomenon. It looks a little on the surface but actually...


Description

MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM “Indonesia Darurat Pelecehan Seksual: Penegakan Hukum Kasus Kepala Sekolah Lakukan Pelecehan Seksual Tehadap 12 Orang Muridnya

DISUSUN OLEH: Nama : Vanny Septyana

ABSTRACT The Child Sexual Abuse is like an iceberg phenomenon. It looks a little on the surface but actually very widespread. So nobody really believes that areas where there are no reports of sexual abuse mean that there is no sexual abuse. There are many things that make people choose to hide their case rather than reporting the abuse of their children because they still regard it as a shameful family disgrace or because it depends on economic conditions or they do not want to be bothered with these things. This abuse not only distorts the physical condition of the victim, but also the psychological impact that can also affect other aspects such as cognitive, social relations and so on. Based on this, the purpose of this paper is to uncover the psychological impact of victims of sexual abuse in the education environment The source of this paper was obtained from several books on related material and the internet. Based on these sources it can be concluded that in general, the psychological impacts experienced by children who are victims of abuse are: experienced traumatic events, the emergence of fear responses, fear and helplessness due to physical abuse, the occurrence of traumatic events repeatedly and continues. in physiological recollection, action, and reaction, make some avoidance, and close themselves from the association and do not care about other Other impacts posed as additional findings such as phobias, aggressive, difficult to control or regulate, egoism, fantasy, and often do mechanisms to defend themselves. But on the other side, the subject has dreams or expectations about family and success. The dream is supported by results, which are above average in intellectual capacity. Key word: Psikologis, Abuse , & Pelakuia

2|P a ge

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... 1 ABSTRACT ............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3 KATA PENGANTAR .............................................................................................. 4 BAB I ....................................................................................................................... 5 PENDAHULUAN .................................................................................................... 5 1.1

Latar Belakang ............................................................................................ 5

1.2

Rumusan Masalah ....................................................................................... 7

1.3

Tujuan ........................................................................................................ 7

BAB II ...................................................................................................................... 8 PEMBAHASAN ....................................................................................................... 8 2.1

Pengertian Pelecehan Seksual pada Anak. ................................................... 8

2.3

Contoh kasus pelecehan seksual pada anak ............................................... 11

2.1 Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Seksual Terhadap Anak di Indonesia ............................................................................................................. 14 2.4

Dampak Psikologis Anak yang Menjadi Korban Pelecehan Seksual .......... 17

2.5 Peran keluarga dalam mengatasi masalah psikologis anak yang menjadi korban pelecehan seksual .................................................................................... 20 BAB III................................................................................................................... 24 PENUTUP .............................................................................................................. 24 3.1

Simpulan ............................................................................................... 24

3.2

Saran ..................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 28

3|P a ge

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akademik Pengantar Ilmu Hukum Tahun Ajaran 2017/2018. Adapun topik yang dibahas di dalam makalah ini adalah mengenai Psikologi Anak. Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang “Dampak Psikologis Korban Pelecehan Seksual dan Peran Keluarga sebagai Psikolog Pribadi Anak” Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari banyaknya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk bimbingan, pemberian data-data, doa serta dorongan agar makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak M. Rizqi Azmi, S.H.,M.H. sebagai dosen yang telah membimbing penulis di dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi untuk tersajinya makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Kiranya makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita semua sehingga pelecehan fisik maupun seksual yang terjadi kepada anak-anak dapat diminimalisasi. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Tangerang selatan, 20 Desember 2017

Penyusun

4|P a ge

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak Indonesia adalah aset bangsa yang harus dijaga dan diberi perlindungan ekstra. Mereka adalah generasi yang menjadi garda terdepan bagi pembagunan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah sudah seharusnya fokus

terhadap

upaya

untuk

mengembangkan

potensinya

dengan

memberikan akses pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan publik lainnya secara merata khususnya untuk anak-anak di berbagai pelosok Indonesia dan pemerintah wajib menjamin terpenuhinya hak asasi anak salah satunya yaitu hak untuk mendapat perlindungan. Apalagi akhir-akhir ini marak pemberitaan tentang pelecehan seksual pada anak. Anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap pelecehan seksual karena anak selalu diposisikan sebagai pihak yang lemah dan memiliki ketergantungan yang tinggi kepada orang dewasa di sekitarnya. Di Indonesia kasus pelecehan seksual setiap tahunnya mengalami peningkatan, korbannya bukan hanya dari kalangan dewasa saja sekarang sudah merambah ke remaja, anak-anak, bahkan pada balita. Ironisnya, Pelaku pelecehan seksual pada anak kebanyakan berasal dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar anak itu berada, antara lain di dalam rumahnya sendiri, sekolah, lembaga pendidikan dan lingkungan sosial anak. Siapapun dapat menjadi pelaku pelecehan seksual atau lebih sering disebut pelaku. Kemampuan pelaku menguasai korban, baik tipu daya maupun ancaman dan pelecehan menyebabkan pelecehan ini sulit dihindari.

5|P a ge

Dari seluruh kasus pelecehan seksual pada anak baru terungkap setelah peristiwa itu terjadi, dan tak sedikit yang berdampak fatal. Dampak yang diakibatkan dari pelecehan seksual yang dialami anak dapat berupa fisik, psikis, dan sosial. Namun dampak psikis mengambil peran lebih besar dari yang lainnya. Jika luka fisik dapat terobati dengan bantuan medis, berbeda hal dengan psikis yang memerlukan pendampingan psikologis dan

rehabilitasi psikis secara berkesinambungan dan hal itu

belum menjamin si korban akan kembali seperti sedia kala karena setiap kejadian yang menyakitkan pada dasarnya menyisakan luka batin yang mendalam. Korban pelecehan seksual pada umumnya mengalami trauma atas kejadian yang mereka alami dan hal tersebut akan selalu diingat dalam benak pikiran mereka sehingga mengakibatkan ketidakstabilan mental korban, apalagi jika tidak didukung oleh kondisi lingkungan keluarga yang harmonis. Mereka dapat mengalami depresi sehingga menutup diri dari pergaulan dan apatis. Risiko paling buruk adalah mereka merasa tidak punya semangat hidup dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Tentu ini adalah hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu, penulis ingin mengajak pembaca untuk bersama-sama menyadari bahwa dunia anak-anak kini sudah tidak aman lagi, di luar sana berkeliaran para penjahat pelakuia yang siap melancarkan aksinya apabila kita lalai mengawasi anak-anak apalagi pelecehan ini sudah merambah ke dunia pendidikan, tempat yang kita percayai utnuk menitipkan buah hati kita untuk menuntuk ilmu. Selain itu, penulis juga ingin memberitahukan bahwa kita perlu untuk mengetahui psikologi anak agar menjadi orang tua yang cerdas dan tanggap ketika anak mengalami masalah yang mempengaruhi keadaan emosional/jiwa nya.

6|P a ge

1.2

Rumusan Masalah 1.

Bagaimana definisi pelecehan seksual?

2.

Bagaimana kronologi kasus pelecehan seksual yang terjadi di SDN Paburuan Tumpeng 3?

3.

Bagaimana penegakan hukum kasus tersebut?

4.

Bagaimana dampak psikologis anak yang menjadi korban pelecehan seksual?

5.

Bagaimana peran keluarga dalam mengatasi masalah psikologis anak yang menjadi korban pelecehan seksual?

1.3

Tujuan 1. Agar kita dapat mengetahui pengertian pelecehan seksual pada anak; 2. Agar kita dapat mengetahui bentuk-bentuk pelecehan seksual pada anak; 3. Agar kita mengetahui tanda-tanda pelecehan seksual pada anak; 4. Agar kita dapat mengetahui kondisi pelecehan seksual pada anak di Indonesia; 5. Agar kita dapat mengetahui dampak psikologi anak korban kekerasa seksual; 6. Agar kita dapat mengetahui peran keluarga dalam mengatasi masalah psikologis anak yang menjadi korban pelecehan.

7|P a ge

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Definisi Pelecehan Seksual pada Anak. 1

Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang

berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya. Bentuknya dapat berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan tindakan yang berkonotasi seksual. Aktifitas yang berkonotasi seksual bisa dianggap pelecehan seksual jika mengandung unsur-unsur sebagai berikut, yaitu adanya pemaksaan kehendak secara sepihak oleh pelaku, kejadian ditentukan oleh motivasi pelaku,kejadian tidak diinginkan korban, dan mengakibatkan penderitaan pada korban. 2

Menurut

Collier (1998) pengertian pelecehan seksual disini

merupakan segala bentuk perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan oleh yang mendapat perlakuan tersebut, dan pelecehan seksual yang dapat terjadi atau dialami oleh semua perempuan. Sedangkan menurut Rubenstein (dalam Collier,1998) pelecehan seksual sebagai sifat perilaku seksual yang tidak diinginkan atau tindakan yang didasarkan pada seks yang menyinggung penerima. Dari beberapa definisi pelecehan seksual dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku yang mengganggu orang lain yang melanggar peraturan perundang-undangan berupa tindakan yang

1

Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, ( Malang : UMM Press), 2002 2 Rohan Collier, Pelecehan Seksual: Hubungan Dominasi Mayoritas dan Minoritas, (Jakarta: Tiara Wacana, 1998)

8|P a ge

dilakukan seseorang kepada orang lain dalam konteks seksual yang dilakukan secara sepihak atau tidak dikehendaki oleh korbannya. Pelecehan seksual terhadap anak dapat terjadi kepada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Siapapun mempunyai potensi untuk menjadi pelaku pelecehan seksual pada anak. Pelakuia tidak pernah berhenti menjadi ancaman bagi anak-anak, mereka cenderung memodifikasi target yang beragam, dan siapapun bisa menjadi target pelecehan seksual, bahkan anak ataupun saudaranya sendiri, itu sebabnya pelaku pelecehan seksual kepada anak ini dapat dikatakan sebagai predator. Berbagai bentuk tindakan pelecehan seksual dilakukan oleh pelaku untuk memuaskan hasrat seksualnya tanpa pandang bulu. 3

Secara umum, pelecehan seksual ada 5 bentuk, yaitu :

a. Pelecehan fisik, yaitu : Sentuhan yang tidak diinginkan mengarah keperbuatan seksual seperti

mencium,

menepuk,

memeluk,

mencubit, mengelus, memijat tengkuk, menempelkan tubuh atau sentuhan fisik lainnya. b. Pelecehan lisan, yaitu : Ucapan verbal/komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan pribadi atau bagian tubuh atau penampilan seseorang, termasuk lelucon dan komentar bermuatan seksual. c. Pelecehan non-verbal/isyarat, yaitu : Bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan yang dilakukan berulang-ulang, menatap tubuh penuh nafsu, isyarat dengan jari tangan, menjilat bibir, atau lainnya.

3

Susi wiji utami, Hubungan antara kontrol diri dan psikologi, vol 1. No.1, 2016

9|P a ge

d. Pelecehan visual, yaitu : Memperlihatkan materi pornografi berupa foto, poster, gambar kartun, screensaver atau lainnya, atau pelecehan melalui e-mail, SMS dan media lainnya. e. Pelecehan psikologis/emosional, yaitu : Permintaan-permintaan dan ajakan-ajakan yang terus menerus dan tidak diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan, penghinaan atau celaan yang bersifat seksual.

10 | P a g e

2.3

Kasus Pelecehan Seksual Pada Anak Pada Juni 2016 terjadi sebuah kasus pelecehan seksual di Kota Tangerang

yang dilakukan oleh Kepala sekolah kepada beberapa muridnya. Kasus tersebut terungkap karena

sejumlah orang tua murid SDN 3 Pabuaran Tumpeng, Kota

Tangerang, mendatangi Polres Metro Tangerang yang hendak melaporkan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan kepala sekolah setempat terhadap anak mereka beberapa bulan lalu. Sejauh ini ada 12 orangtua siswa yang mengaku anaknya menjadi korban tindakan seronok oknum kepala sekolah tersebut. Diantaranya 5 siswa dan 7 siswi yang terdiri dari kleas 3,4,5,dan 6. Mereka mengaku, perbuatan tersebut dilakukan oleh Kepsek SDN 3 Pabuaran Tumpeng bernama Triyono. (Inisial T). Para orang tua siswa sempat mendatangi sekolah untuk meminta pertanggungjawaban. Namun tidak ada satu pun pihak sekolah yang menemui mereka dan tidak mendapat respon yang baik. Akhirnya mereka mendatangi SPK Polres Metro Tangerang untuk membuat laporan. Namun karena laporan mereka kurang lengkap, akhirnya polisi menolaknya. Kepala SD Negeri Pabuaran Tumpeng 3, Tangerang mengatakan bahwa ia marah kepada muridnya karena mendapat kabar bahwa anak didiknya ada yang sudah pernah berhubungan seks. Informasi tersebut menjadi alasan mengapa T memaksa 12 muridnya untuk mengaku bahwa mereka telah melakukan pelecehan seksual terhadap 7 orang murid perempuan di ruangannya. T menuduh siswa berbuat cabul terhadap teman lawan jenisnya. Kemudian mereka dipaksa mengaku atau diancam tidak bisa mendapatkan nilai bagus dan tidak bisa naik kelas. Karena takut, anak-anak terpaksa mengaku. Lalu mereka diminta menuruti kemauan Kepsek tersebut. Pelaku mengaku telah melakukan pelecehan terhadap muridnya pada pukul 10.00 WIB pagi dan pada pukul 15.00 WIB. Dengan cara, kepala sekolah memanggil korban secara bergantian ke ruangannya, kemudian satu per satu ditanyakan,

11 | P a g e

“Apakah kamu sudah pernah berhubungan badan?'" Korban yang dipanggil masuk ke ruangan kepala sekolah adalah murid laki-laki. Di dalam, murid laki-laki dipaksa untuk mengaku bahwa mereka pernah melakukan hubungan seks. Jika tidak mengaku, T mengancam mereka tidak bisa mendapatkan nilai bagus dan tidak bisa naik kelas. Karena terpaksa mengaku, korban diperintahkan untuk membuka celananya sampai kemaluannya terlihat, kemudian dipaksa untuk ereksi. Pelaku juga menyentuh alat kelamin mereka. Sementara itu, terhadap murid perempuan, T hanya menginterogasi dengan pertanyaan yang sama, yaitu apakah mereka pernah berhubungan badan. T tidak sampai menyentuh alat kelamin murid perempuannya. Selain itu berdasarkan informasi dari orangtua murid siswi selain menelanjangi siswa/siswi untuk dilecehkan sampai ejakulasi ia juga pernah mengajak seorang siswi untuk berpacaran. Sebanyak 12 siswa/siswi SDN 3 Pabuaran Tumpeng, Kota Tangerang yang menjadi korban pelecehan kepala sekolah takut untuk masuk sekolah. Hal itu merupakan dampak dari apa yang mereka terima atas perilaku Kepala Sekolah yang tidak

beradab

itu.

Salah

satu

korban

berinisial

D

mengaku takut untuk bersekolah kembali karena akan ditertawakan oleh temantemannya pasca peristiwa yang menimpa 12 murid pada 12 Juni 2015 lalu. Senada dengan D, 11 siswa/siswi lain juga mengaku mengalami hal yang sama. Mereka merasa ketakutan hal itu akan terulang kembali pada diri mereka apalagi kondisi lingkungan sekolah yang belum sepenuhnya menerima keberadaan mereka,

Hal itu dikatakan Purwoto, ayah dari siswi kelas 4 SD Pabuaran Tumpeng berinisial PR. Dia mengatakan, putrinya pernah berinteraksi tiga kali dengan Kepsek. Dan ditanya apakah pernah melakukan hubungan intim. Kemudian diiming-imingi imbalan untuk tidak mengatakan hal itu ke orang lain.

12 | P a g e

Pasca ramainya peristiwa para orang tua murid yang mengaku anaknya dilecehkan, Beberapa orangtua lainnya langsung menanyai anak mereka dan tidak sedikit yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut. Sikap tegas diperlihatkan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah terhadap kasus pelecehan seksual yang menimpa 12 siswa/siswi SDN 3 Pabuaran Tumpeng, Karawaci, Kota Tangerang.Beliau memerintahkan untuk mencopot jabatan Triyono sebagai Kepsek SDN 3 Paburan Tumpeng. Dan ditugaskan hanya menjadi staf di UPTD wilayah Karawaci sampai kasus pelecehan seksual tersebut terbukti. Penonaktifan Triyono sebagai Kepala Sekolah Dasar Negeri 3 Pabuaran Tumpeng adalah salah satu respons pemerintah dalam menyikapi laporan dugaan tindakan asusila yang dilakukannya kepada siswa sekolah dasar itu. Adanya kasus tersebut tentu mencoreng pendidikan di Tangerang karena pelakunya merupakan kaum terdidik yang seharsunya menjadi pendidik yang bisa dijadikan teladan bagi muridnya justru malah menjadi ancaman besar bagi murid. Kasus tersebut menyadarkan kita bahwa siapapun dapat berpotensi menjadi seorang yang jahat, bukan hanya orang asing yang selama ini selalu kita waspadai, orang dekatpun juga harus lebih diwaspadai karena berdasarkan survey 73

% pelaku

pelecehan adalah orang terdekat korban atau berada di lingkungan yang sama dengan korban.

13 | P a g e

2.1

Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Seksual Terhadap Anak di Indonesia Pengaduan dari korban membuka celah hukum untuk menegakkan keadilan.

Pihak yang bersalah harus dihukum dan pihak korban harus mendapatkan keadilan. Hukum ada karena masyarakat memerlukan ketertiban, keamanan,serta jauh dari kejahatan yang mengancam. Maka dari itu, laporkan kejadian kepada pihak kepolisian, demi tegaknya keadilan korban dan terhindar dari kejahatan Setelah mendengar pengaduan dari anak (korban) bahwa mereka mengalami tindakan pelecehan seksual oleh kepala sekolah mereka sendiri, para orangtua murid segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian, namun karena ad...


Similar Free PDFs