MAKALAH KIMIA FARMASI II OBAT-OBAT SALURAN PENCERNAAN PDF

Title MAKALAH KIMIA FARMASI II OBAT-OBAT SALURAN PENCERNAAN
Author Misraim T
Pages 30
File Size 224.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 693
Total Views 918

Summary

MAKALAH KIMIA FARMASI II OBAT-OBAT SALURAN PENCERNAAN DISUSUN OLEH : DIAN SAPUTRI FEBRIWANTO MEIZA NURLAILA REZA LESMITASARI WICITA MEIBHIYANTI JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG 2013 BAB I PENDAHULUAN Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan ...


Description

MAKALAH KIMIA FARMASI II OBAT-OBAT SALURAN PENCERNAAN

DISUSUN OLEH :

DIAN SAPUTRI FEBRIWANTO MEIZA NURLAILA REZA LESMITASARI WICITA MEIBHIYANTI

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG 2013

BAB I PENDAHULUAN

Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai berikut : 1. menerima makanan 2. memecah makanan menjadi zat-zat gizi ( suatu proses yang disebut pencernaan ) 3. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah 4. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh Sedangkan untuk klasifikasi obat sistem pencernaan itu sendiri antara lain ada Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare, dan Laksatif. Namun, secara garis besar obat sistem pencernaan dibagi menjadi empat kategori yaitu sebagai berikut : 1. ANTASIDA DAN ANTIULSERASI a. Antiulserasi digunakan untuk mengobati ulkus / luka / tukak. Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan saluran cerna telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan, seperti :  Ulkus duodenalis / ulkus duodenum

Merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum ( usus dua belas jari ), yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat di bawah lambung.

 Ulkus gastrikum

Lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas lambung.

 Esofagitis ( peradangan ) dan ulkus esofagealis

Terjadi karena regurgitasi ( aliran balik ) berulang dari asam lambung ke dalam kerongkongan bagian bawah.

 Hiperasiditas

Keasaman berlebih dan kondisi hipersekresi asam lambung oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison, mastositosis sistemik ).

b. Antasida digunakan untuk mengobati gastritis / maag. Gastritis atau maag terbagi menjadi beberapa golongan antara lain :

 Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter pylori ( bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung ). Obat yang diberikan mengandung bismuth atau antibiotik ( amoxicillin dan claritromycin ) dan obat anti-tukak ( omeprazole ).

 Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma ( cedera ). Obat uang digunakan adalah jenis antasida ( untuk menetralkan asam lambung ) dan anti-ulkus yang kuat ( untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung ). Jika terjadi pendarahan hebat, maka dapat dilakukan penutupan sumber perdarahan pada tindakan endoskopi.

 Gastritis erosif kronis, bisa merupakan akibat dari bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya penyakit Crohn , alkoholik, dan lain-lain diobati dengan jenis antasida dan antagonis reseptor H2 misal Cimetidin dan Ranitidian.

 Gastritis eosinofilik, bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Pengobatannya dapat diberikan obat maag dengan jenis kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.

 Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Obat yang digunakan yaitu jenis anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.

2. OBAT ANTIDIARE Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar ( Perubahan frekuensi dan konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60-90% air, sedangkan pada diare, airnya bisa mencapai lebih dari 90%. Diare merupakan suatu gejala, dimana pengobatannya tergantung pada penyebabnya. Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregorik ( opium tinctur ) atau loperamide. Sedangkan untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif. Untuk diare yang berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula dan garam. Anti diare yang ideal harus

bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan tidak menyebabkan ketergantungan. Contoh obat antidiare antara lain : Racecordil : memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus. Loperamide : golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna Nifuroxazide : bakterisidal terhadap E. coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan P. aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Dioctahedral smectite : melindungi barrier mukosa usus & menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.

3. KOLAGOGUM, KOLELITOLITIK DAN HEPATIK PROTEKTOR Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan saluran cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah. Obat yang menstimulasi aliran empedu ke duodenum disebut Kolagogum. Hingga kini, belum ada pengobatan efektif pilihan untuk penyakit hepatitis yang kronis karena virus. Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini, yaitu : Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung dan efek pada siklus enterohepatik pada efek korelatif potensial asam empedu dan efek imunomodulate. AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial yang terdiri dari asam amino Valin, Leusin, dan Isoleusin. Pada penderita penyakit hati kronis atau sirosis hati kadar AARC ini akan menurun. Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat asam organik utama yang diproduksi oleh hati, disintesa hati dari kolesterol. Indikasinya adalah untuk batu empedu kolesterol, khususnya pada pasien yang beresiko tinggi untuk pembedahan, tidak dapat ditolong dengan pembedahan sama sekali atau yang menolak kolesistektomi ( membuang kandung empedu yang sakit atau yang berisi batu dengan pembedahan ). Zat aktif lainnya, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin, ekstrak rimpangrimpangan maupun tanaman lainnya yang dalam penelitian bermanfaat untuk kesehatan hati.

4. OBAT DIGESTAN Obat ini membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau campurannya, berguna memperbaiki fungsi pencernaan, bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan. Sediaan digestan ini antara lain : Enzim pankreas Dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin & pankrelipase. Mengandung amilase, tripsin (protease) & lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipase relatif lebih tinggi dari pankreatin. Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas. Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya, mengatasi batu kolesterol kandung empedu.

BAB II ISI

2.1 SENYAWA ASAM Dilambung setiap hari dibentuk ± 2-3 liter getah lambung yang terdiri dari lendir lambung, HCl dan pepsin yang bereaksi asam kuat ( pH 0,8-1,5 ). Pada kekurangan asam, sebagai penggantian asam dapat dipergunakan HCl dan berbagai senyawa asam, yaitu seperti : 1. Betain hidroklorida Sebuah senyawa alami yang telah menarik bagi perannya dalam osmoregulasi. Sebagai obat, hidroklorida betaine telah digunakan sebagai sumber asam klorida dalam pengobatan hypochlorhydria. Betaine juga telah digunakan dalam pengobatan gangguan hati, karena hiperkalemia, untuk homocystinuria, dan gangguan pencernaan. 2. Asam glutamate hidroklorida Sintesis asam glutamate hidroklorida terjadi ketika asam L Glutamat diperoleh dengan menggunakan corynebacterium glutamicum,dengan tangki anaerob yang berisi glukosa (sumber C) dan ureum (sumber N). Dengan oksidasi yang tidak sempurna terhadap glukose, terjadi asam α- ketoglutarat setelah aminasi reduktif terbentuk asam glutamat. HCl getah lambung menyebabkan perubahan pepsinogen. Pada kekurangan asam, tidak terjadi pengaktifan pepsinogen sehingga penguraian protein tidak berlangsung. Stimulasi sekresi getah lambung mungkin disebabkan oleh sediaan pahit, apetitif, dan kofein. Penggunaan senyawa asam saja kurang memadai karena jumlah senyawa yang bereaksi asam dalam sediaan sangat sedikit dan dinetralisasikan oleh makanan, sehingga untuk maksud tersebut perlu penambahan enzim pencernaan seperti : Ekstrak lambung Pankreatin ( ekstrak pankreas yang terdiri dari proteinase, lipase, dan amylase )

2.2 ANTASIDA Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami lambung

memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang berfungsi untuk membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara alami mengakibatkan kondisi isi perut menjadi asam, yakni antara kisaran PH 2-3. Lambung, usus dan esophagus sendiri ( yang juga terdiri dari protein ) dilindungi dari kerja asam melalui beberapa mekanisme. Apabila kadar asam yang dihasilkan oleh lambung terlalu banyak maka mekanisme perlindungan ini tidak terlalu kuat / kurang kuat dalam melindungi lambung, usus dan esophagus terhadap kerja asam lambung mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tersebut dan menghasilkan gejala seperti rasa sakit pada perut dan ulu hati terasa terbakar. Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari zat aktif yang mengandung alumunium hidroksida / karbonat, magnesium hidroksida / karbonat, dan kalsium. Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas. Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi “terlalu” asam. Selain itu, antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja pada kondisi asam. Enzim ini diketahui juga berperan dalam menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan manusia. Beberapa jenis antasida tersebut memiliki perbedaan terutama dalam efek menetralkan asam lambung. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan hal ini adalah ANC ( antacid neutralizing capacity ). ANC disajikan dalam bentuk perbandingan mEq, dan FDA mengklasifikasikan per dosis antasida harus punya efek menetralkan asam sebesar ≥ 5 mEq per dosisnya. Antasida yang baik harus punya kemampuan penetralan yang baik dan juga cepat. Natrium bikarbonat dan kalsium karbonat memiliki kemampuan menetralkan yang terbesar tapi penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari karena efek samping yang mungkin dapat terjadi. Kemampuan melarut antasida dalam asam lambung berbeda-beda. Natrium bikarbonat dan magnesium oksida mempunyai kemampuan melarut yang cepat dan menghasilkan efek buffer yang relative cepat, sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki kemampuan melarut yang agak lambat. Perbedaan lain di antara antasida adalah lama kerjanya ( berapa lama antasida menghasilkan efek menetralkan asam lambung ). Natrium bikarbonat dan magnesium oksida memiliki lama kerja yang pendek, sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki lama kerja yang lebih panjang. Kombinasi antara aluminium dan magnesium memiliki kemampuan penetralan dalam skala menengah. Antasida yang

mengandung kalsium dapat mengontrol keasaman di lambung sekaligus sebagai suplementasi kalsium. Antasida ini terdiri dari dua tipe yaitu yang memiliki efek sistemik dan non sistemik. a. Antasida Sistemik Antasida sistemik adalah antasida yang ion-ionnya dapat diserap oleh usus halus sehingga mengubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat terjadi alkalosis. Jenis antasida yang termasuk golongan ini adalah Na-Bikarbonat. Obat ini merupakan salah satu obat anti tukak. Unsur aktif dalam soda pengembang kue, sangat larut dan bereaksi hampir seketika dengan asam hidroklorida : NaHCO3 + HCl

NaCl + H2O + CO2

Tetapi, senyawa ini sangat larut dan diabsorpsi cepat dari usus. Jadi, ia bisa meningkatkan alkalosis sistemik dan retensi cairan serta direkomendasikan untuk penggunaan jangka lama. Efek samping yang dapat terjadi yaitu kelebihan natrium menyebabkan hipernatremia dan retensi air, alkalosis metabolik karena kelebihan bikarbonat dan kelebihan sekresi asam ( asam rebound ), sehingga obat ini jarang dipakai untuk mengobati anti tukak peptik. b. Antasida Nonsistemik Antasida nonsistemik adalah antasida yang kationnya membentuk senyawa yang tidak larut dalam usus, dan tidak diabsorpsi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh. Yang termasuk golongan ini yaitu :

 Aluminium hidroksida, bereaksi dengan asam hidroklorida dalam bentuk yang serupa : Al(OH)3 + 3HCl

AlCl3 + 3H2O

Umumnya aluminium klorida yang terbentuk tak larut dan sering menyebabkan konstipasi. Ia juga mengikat obat tertentu ( misalnya tetrasiklin ) dan fosfat, yang mencegah absorpsinya. Efek atas absorpsi fosfat ini dimanfaatkan untuk terapi pada pasien gagal ginjal kronik dan penyakit tulang.

 Kalsium karbonat bereaksi lebih lambat daripada natrium bikarbonat, tetapi sangat efektif dalam menetralisasi asam lambung : CaCO3 + 2HCl

CaCl + H2O + CO2

Tetapi, sekitar 10% kalsium klorida yang dihasilkan akan diabsorpsi dengan kemungkinan efek samping hiperkalsemia, sindroma susu-alkali dan „rebound‟ asam. Sehingga, antasida ini tidak direkomendasikan untuk pemakaian jangka lama.

 Magnesium hidroksida ( susu magnesia ) bereaksi dengan asam hampir secepat natrium hidroksida : MgCl2 + 3H2O

Mg(OH)2 + 2HCl Berbeda

dari

natrium

hidroksida,

magnesium

hidroksida

memperlambat

pengosongan dari lambung, sehingga memperpanjang efek netralisasinya. Garam magnesium yang dihasilkan sukar diabsorpsi dan bersifat laksatif sehingga menimbulkan diare. Sejumlah kecil magnesium diabsorpsi, tetapi bila terdapat insufisiensi ginjal akan mengganggu ekskresinya ke urin sehingga menyebabkan hipermagnesemia.

2.2.1 Struktur Kimia Alumunium Hidroksida

Aluminium hidroksida merupakan obat antasida yang paling lemah daya kerjanya. Efek samping yang tidak dikehendaki ialah konstipasi, tetapi tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh. Nama Obat

Aluminium Hidroksida ( Al(OH)3 )

Golongan

Antasida

Indikasi

Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis

Kontra-Indikasi

Hipersensitif terhadap garam aluminium

Interaksi

↓ absorpsi obat ; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin ↓ sekresi amphetamin dan kina ↑ sekresi salisilat

Dosis

0,6 g ( 1 g à 25 meq asam ) Dewasa : PO Antacid sampai 1 g / hari. Hiperposfatemia pada gagal ginjal kronik sampai 10 g / hari dalam dosis terbagi.

Dosis Anak

Kehamilan & Laktasi

Kategori C

Farmakologi

Netralisasi

asam

lambung,

menghasilkan

garam

aluminium klorida dan air. Efek Samping

Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat

Sediaan

Liquid : 120 ml ( 200 mg / 5 ml dikombinasikan dengan obat GI lain ) Tablet : 200 mg dikombinasikan dengan obat GI lain

Merek dagang

Acitral, Aludonna

Resep Dokter

Ya

Natrium Bikarbonat

Jika dipergunakan sekali-kali, natrium bikarbonat bekerja efektif dan cepat. Untuk penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan, mengingat pengaruhnya terhadap keseimbangan asam-basa dalam tubuh yang dapat menyebabkan alkalosis. Natrium bikarbonat menyebabkan terbentuknya gas CO2, sehingga perut menjadi kembung. Nama Obat

Natrium bikarbonat ( NaHCO3 )

Golongan

Elektrolit

Indikasi

Untuk alkalinisasi urin, dispepsia

Kontra-Indikasi

Alkalosis metabolik atau respiratorik, hipernatremia, edema paru berat, hipokalsemia, hipoklorida

Interaksi

↓ absorpsi obat ; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin ↓ sekresi amphetamin dan kina ↑ sekresi salisilat

Dosis

1 - 4 gr ( 1 g à 12 meq asam ) Dewasa : Per oral alkalinisasi urine sampai 10 g / hari dosis terbagi dengan asupan cairan yang baik. Chronic metabolic acidosis ≥ 4,8 g / hari sebanyak yang diperlukan. Dyspepsia

1-5 g sebanyak yang diperlukan. IV Severe metabolic acidosis By slow inj of a hypertonic soln ≤ 8,4 % or by continuous infusion of a weaker soln, usually 1,26 % . Dosis Anak Kehamilan & Laktasi Kategori C Farmakologi

Menetralkan asam lambung

Efek Samping

Alkalosis sistemik, perforasi

Sediaan Merek dagang Resep Dokter

Magnesium Hidroksida

Nama Obat

Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)

Golongan

Antasida

Indikasi

Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis

Kontra-Indikasi Interaksi

↓ absorpsi obat; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin ↓ sekresi amphetamin dan kina ↑ sekresi salisilat

Dosis

325 mg ( 1 g à 31 meq asam )

Dosis Anak Kehamilan & Laktasi Kategori C Farmakologi

Netralisasi asam lambung

Efek Samping

Diare

Sediaan

Liquid : 120 ml ( 200 mg / 5 ml dikombinasikan dengan obat GI lain ) Tablet : 200 mg dikombinasikan dengan obat GI lain

Merek dagang

Acitral, Aludonna

Resep Dokter

Ya

Kalsium Karbonat

Kalsium karbonat merupakan obat antasida yang kuat, cepat, dan bekerja dalam jangka waktu yang panjang. Efek sistemik kecil jika dibandingkan dengan natrium karbonat. Kalsium karbonat lebih efektif dibandingkan dengan garam aluminium atau magnesium, dan efek samping yang dapat timbul pada penggunaan obat ini ialah konstipasi. Nama Obat

Kalsium karbonat

Golongan

Antasida

Indikasi

Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasiditas GI.

Kontra Indikasi

Glukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau GI, ileus paralitik, penyakit jantung berat

Interaksi

↓ absorpsi obat ; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin ↓ sekresi amphetamin dan kina ↑ sekresi salisilat

Dosis

1-2 g ( 1 g à 21 meq asam ) Tab 1-2 tab 15-30 menit setelah makan. Susp 1-2 sendok teh 30 menit setelah makan dan sebelum tidur

Dosis Anak Kehamilan & Laktasi Kategori C Farmakologi

Netralisasi asam lambung

Efek Samping

Konstipasi, hiperkalsemi, rebound phenomena

Sediaan

Suspensi : 150 ml Tablet : 800 mg ( biasanya dikombinasikan dengan obat GI lain )

Merek dagang

Aludonna

Resep Dokter

2.2.2 Pengaruh Lingkungan Antasida diberikan secara oral ( diminum ) untuk mengurangi rasa perih akibat suasana lambung yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam lambung. Asam lambung dilepas untuk membantu memecah protein. Lambung, usus, dan esophagus dilindungi dari asam dengan berbagai mekanisme. Ketika kondisi lambung semakin asam ataupun mekanisme perlindungan kurang memadai, lambung, usus dan esophagus rusak oleh asam memberikan gejala bervariasi seperti nyeri lambung, rasa terbakar, dan berbagai keluhan saluran cerna lainnya. Obat antasida menetralkan asam yang berlebih dalam cairan lambung. Lingkungan isi lambung bersifat asam. Akan tetapi, jika tingkat keasaman dilampaui, maka perlu dinaikkan PH-nya atau didapar hingga PH-nya antara 3,5-5. Efek antasida yang terjadi yaitu sebagai berikut : Sodium

Calcium

Mg

Aluminium

bicarbonate

carbonate

hydroxide

hydroxide

Cepat

Lambat

Lambat

Lambat

NaCl dan CO2...


Similar Free PDFs