Makalah Konsep Manusia Menurut Humanisme dan Al-Quran (Psikologi Agama) PDF

Title Makalah Konsep Manusia Menurut Humanisme dan Al-Quran (Psikologi Agama)
Author Jawwad Azka Karim
Pages 13
File Size 1.4 MB
File Type PDF
Total Downloads 374
Total Views 447

Summary

MAKALAH KONSEP MANUSIA MENURUT MAZHAB HUMANISME DAN AL-QUR’AN Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pada mata kuliah Psikologi Agama Dosen Pengampu: Dr. Hj. Chusna Arifah, S.Pd., M.Pd.I. Disusun oleh: Jawwad Azka Karim (18.03.3448) Usman Ependi (18.03.3515) Purwanti (18.03.3486) PROGRA...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Makalah Konsep Manusia Menurut Humanisme dan Al-Quran (Psikologi Agama) Jawwad Azka Karim

Related papers Azis Jurnal STAIPI Edisi 3 abu nabil

Jurnal ST UDI AGAMA ISLAM STAIPI Edisi 3 abu nabil Dinamika Ilmu 2012 Vol 12 No 1 Journal Dinamika Ilmu

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MAKALAH KONSEP MANUSIA MENURUT MAZHAB HUMANISME DAN AL-QUR’AN Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pada mata kuliah Psikologi Agama Dosen Pengampu: Dr. Hj. Chusna Arifah, S.Pd., M.Pd.I.

Disusun oleh: Jawwad Azka Karim (18.03.3448) Usman Ependi (18.03.3515) Purwanti (18.03.3486)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM 2020

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat yang luarbiasa, keteguhan, serta kekuatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan limpahkan kepada Nabi kita semua Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya. Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan atau rujukan dari berbagai sumber, sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Chusna Arifah, S.Pd., M.Pd.I. Dosen mata kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Kami sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya penulis sangat menghargai masukan atau kritik yang membagun supaya bisa lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kedepannya.

Ciamis, 12 Oktober 2020

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. iii B. Rumusan Masalah ............................................................................ iii C. Tujuan Penulisan .............................................................................. iv BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Manusia Menurut Mazhab Humanisme .............................. 1 B. Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an .............................................. 4 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 7 B. Saran ................................................................................................. 7 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 8

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membicarakan tentang manusia adalah tentang diri kita sendiri, suatu pembicaraan yang tidak pernah kering dan berakhir. Manusia telah mampu memahami dirinya sendiri selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tidak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secaraa utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan Kitab suci AlQur’an di antara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambaran konkrit manusia dengan keabsolutannya. Sedangkan psikologi humanisme dengan hasil pemikiran manusia belaka berusaha juga memberikan pandangan tentang manusiadengan berkaca pada psikologi humanisme tentunya bersifat relatif. Dengan kerakteristik yang berbeda baik dari kajian bentuk tubuh hingga kajian yang sangat mendalam tentang primordialnya dengan tuhan saat di alam rahim. Oleh karena itulah makalah ini akan membahas tentang bagimana konsep manusia dalam humanisme dan Al-Qur’an. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis perlu merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya: 1. Bagaimana Konsep Manusia Menurut Mazhab Humanisme? 2. Bagaimana Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk Mengetahui Konsep Manusia Menurut Mazhab Humanisme. 2. Untuk Mengetahui Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an.

iii

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Manusia Menurut Mazhab Humanisme Humanisme berasal dari bahasa latin, yaitu “humanis” yang berarti manusia, dan “isme” berarti paham atau aliran. Humanisme merupakan istilah yang sering digunakan pada kalangan massyarakat Indonesia sebagai suatu kata yang mengungkapkan tentang sesuatu

yang

berhubungan dengan manusia. adapun arti humanisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau yang seing di sebut KBBI yaitu aliran yg bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yg lebih baik (https://kbbi.web.id/humanisme). Pada Awalnya Humanisme adalah gerakan yang tujuan dan kesibukannya adalah mempromosikan harkat dan martabat manusia. Sebagai pemikiran etis yang menjunjung tinggi manusia. Humanisme menekankan harkat, peran, tanggungjawab menurut manusia. Menurut humanism,

manusia

mempunyai

kedudukan

yang

istimewa

dan

berkemampuan lebih dari makhluk lainnnya karena mempunyai rohani (Mangunhardjana, 1997: 93). Aliran humanistik atau humanisme muncul sekitar tahun 19401950-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis dan behaviorisme. (Roberts, 1975). Salah satu tokoh dari aliran ini Abraham Maslow, mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat. Aliran Psikoanalisis dan Behaviorisme ini diduga merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran humanisme ini bisa disebut sebagai aliran atau mazhab ketiga setelah Psikoanalisis dan Behaviorisme. Humanistik atau humanisme adalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang menekankan kepada kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan untuk pulih kembali

1

setelah

mengalami

ketidakbahagiaan,

serta

keberhasilan

dalam

merealisasikan potensi manusia. Tujuan humanistik adalah membantu manusia mengekspresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan potensinya secara utuh (Wade dan Tavris, 2007: 23). Adapun salah satu tokoh pencetus psikologi humanistik adalah Abraham Maslow. Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993). Psikologi humanisme disebut juga suatu pendekatan yang dilihat dari berbagai sudut pandang terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia

yaitu

keinginan

seseorang

untuk

menggunakan

semua

kemampuan dirinya untuk mencapai apapun yang mereka mau dan bisa dilakukan. Bagi sejumlah ahli psikologi, humanistik adalah alternatif. Sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi lainnya, humanistik merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional pada behaviorisme dan psikoanalis. Psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik. Secara etimologi, humanisme Menurut Corliss Lamont, dalam bukunya The Philosophy of Humanism, mengatakan “Humanisme is a deration to the humanities or literang culture” atau humanisme adalah kesetiaan pada manusia atau kebudayaan. Pencerahan kemanusiaan menjadi semangat untuk belajar kemudian berkembang pada akhir abad

2

pertengahan dan kebangkitan baru tulisan-tulisan klasik dan sebuah pembaharuan yang percaya diri dalam kesanggupan kejadian manusia untuk menentukan kebenaran dan kesalahan terhadap diri mereka. Kultur humanisme adalah tradisi rasional dan hasil pengamatan yang mula-mula sebagian besar berasal dari Yunani dan Romawi Kuno, kemudian berkembang melalui sejarah Eropa Humanisme menjadi sebagian dasar pendekatan Barat dalam pengetahuan, teori politik, etika, dan hukum. Humanisme merupakan pandangan yang memandang bahwa manusia memiliki satu kehidupan yang diisi dengan kreatifitas dan kebahagiaan, yang tidak membutuhkan persetujuan ataupun dukungan dari entitas supernatural manapun, dimana entitas ini sama sekali tidak ada. Dan manusia, dengan kecerdasan dan saling bekerjasama, dapat membangun sebuah kedamaian dan keindahan di muka bumi ini (Lamont, 1997: 15). Dari definisi humanisme di atas, para humanis menganggap bahwa manusia adalah segala pusat aktifitas dengan meninggalkan peran Tuhan dalam kehidupannya. Di Eropa, sudut pandang ini pada hakikatnya telah melahirkan, bahkan memperkuat, pandangan materialistik yang berujung pada pencarian kenikmatan hidup (hedonisme) yang muara akhirnya adalah menciptakan absurdisme yaitu suatu paham atau aliran yang didasarkan pada kepercayaan bahwa usaha manusia untuk mencari arti dari kehidupan akan berakhir dengan kegagalan dan bahwa kecenderungan manusia untuk melakukan hal itu sebagai suatu yang absurd, yang merasuki seluruh bidang ilmu seperti seni, sastra dan filsafat. Adapun pandangan tentang dunia religius ortodoks akan melahirkan cara pandang yang serba keakhiratan dan pengkerdilan peran manusia, maka pandangan materialistik hanya mendasarkan semata-mata pada ilmu. Pandangan tentang dunia materialistik menemukan alam semesta sebagai absurd, tanpa pemilik dan tanpa makna, sedangkan pandangan hidup religius ekstrim memerosotkan manusia menjadi makhluk yang sepele.

3

B. Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an Manusia menurut Al-Qur’an dimaknai dengan menggunakan beberapa istilah, yaitu Bani (Banu) adam atau Dzurriyat Adam (keturunan, anak Cucu Adam), al-insan, al-ins, an-nas, atau unas atau al-basyar. Sejalan dengan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini, manusia dibekali dengan berbagai instrumen sebagai modal dasar dalam menjalankan tugas kekhalifahan. Pada sisi ini manusia berbeda dengan hewan sehingga dalam perspektif Islam manusia tidak menjadi objek selayaknya hewan. Islam memandang manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki keunikan dan keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhluk-Nya, karakteristik eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan pencipta dan makhluk Tuhan lainnya. Sekurang-kurangnya ada 4 relasi manusia, yaitu: 1. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablum binnafsi) yang ditandai dengan kesadaran untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar (memerintah kepada kabajikan dan mencegah munkar) atau sebaliknya mengumbar nafsu- nafsu rendah. 2. Hubungan antar manusia (hablum minannas) dengan usaha membina silaturahmi atau memutusnya. 3. Hubungan manusia dengan alam sekitar (hablum minal ‘alam) dengan upaya pelestarian dan pemanfaatan alam dengan sebaik-baiknya atau sebaliknya menimbulkan kerusakan. 4. Hubungan manusia dengan sang pencipta (hablum minallah) dengan kewajiban ibadah kepada-Nya atau justru menjadi ingkar dan syirik. Hanna Djumhana Bastaman (1995) memberi contoh wawasan Islam mengenai manusia antara lain: 1. Manusia mempunyai derajat sangat tinggi sebagai khalifah Allah. 46 )‫ ص البقرة‬/ 1 ‫ (ج‬- ‫)تفسير البيضاوي‬ ‫س ُد ِفيهَا‬ ِ ‫ض َخ ِليفَةً َقالُوا أَتَجْ عَ ُل فِيهَا َم ْن يُ ْف‬ ِ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ََلئِ َك ِة إِنِي جَا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْر‬ َ‫ِس َلكَ قَا َل إِنِي أ َ ْعلَ ُم َما ََل ت َ ْعلَ ُمون‬ ِ ُ‫س ِفك‬ ْ َ‫َوي‬ َ ُ‫الد َما َء َونَحْ نُ ن‬ ُ ‫سبِ ُح بِح َْم ِدكَ َونُقَد‬

4

‫‪2. Manusia tidak menaggung dosa asal atau dosa turunan.‬‬ ‫)تفسير الجَللين ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص اَلنعام ‪)652‬‬ ‫قُ ْل أ َ َ‬ ‫علَ ْيهَا َو ََل ت َ ِز ُر َو ِاز َرةٌ‬ ‫ِب ُك ُّل نَ ْف ٍس إِ ََّل َ‬ ‫غي َْر اللَّ ِه أَ ْب ِغي َربًّا َوه َُو َر ُّ‬ ‫ب ك ُِل ش َْيءٍ َو ََل تَ ْكس ُ‬ ‫) ِو ْز َر أ ُ ْخ َرى ث ُ َّم إِلَى َر ِب ُك ْم َم ْر ِجعُ ُك ْم فَيُنَ ِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم فِي ِه ت َ ْختَ ِلفُونَ‬ ‫‪3. Manusia merupakan kesatuan dari empat dimensi: fisik-biologi,‬‬ ‫‪mental-psikis, sosio-kultural, dan spiritual‬‬ ‫تفسير البيضاوي ‪( -‬ج ‪ / 6‬ص المؤمنون ‪)803‬‬ ‫ين‬ ‫اْل ْن َ‬ ‫سانَ ِم ْن ُ‬ ‫س ََللَ ٍة ِم ْن ِط ٍ‬ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ْ ِ‬ ‫ين‬ ‫ث ُ َّم َجعَ ْل َناهُ نُ ْطفَةً فِي َق َر ٍار َم ِك ٍ‬

‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ا ْل ُم ْ‬ ‫ع َلقَةً فَ َخ َل ْقنَا ا ْل َع َلقَةَ ُم ْ‬ ‫س ْونَا ا ْل ِع َظا َم َلحْ ًما‬ ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا ال ُّن ْطفَةَ َ‬ ‫ضغَةَ ِع َظا ًما فَ َك َ‬

‫سنُ ا ْل َخا ِل ِقينَ‬ ‫اركَ اللَّهُ أَحْ َ‬ ‫ث ُ َّم أَ ْنشَأْنَا ُه َخ ْل ًقا آ َ َخ َر فَتَ َب َ‬ ‫ث ُ َّم إِنَّ ُك ْم بَ ْع َد ذَ ِلكَ لَ َميِت ُونَ‬ ‫ث ُ َّم إِنَّ ُك ْم يَ ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة ت ُ ْبعَثُونَ‬

‫‪4. Dimensi spiritual memungkinkan manusia mengadakan hubungan dan‬‬ ‫‪mengenal tuhan melalui cara-cara yang diajarkan-Nya‬‬ ‫ِإنَّنِي أَنَا اللَّهُ ََل ِإلَهَ ِإ ََّل أَنَا فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم الص َََّلةَ ِل ِذك ِْري [طه‪]16/‬‬ ‫‪5. Manusia memiliki kebebasaan berkehendak.‬‬ ‫‪6. Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus dan dengan‬‬ ‫‪akalnya itu mengembangkan ilmu serta peradaban.‬‬ ‫ض َو ْ‬ ‫َار ََلَ َيا ٍ‬ ‫ب (‪)190‬‬ ‫اوا ِ‬ ‫اختِ ََل ِ‬ ‫ق ال َّ‬ ‫ت َو ْاْل َ ْر ِ‬ ‫س َم َ‬ ‫ت ِْلُو ِلي ْاْل َ ْلبَا ِ‬ ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّه ِ‬ ‫إِنَّ فِي َخ ْل ِ‬ ‫ض َربَّنَا َما‬ ‫الَّ ِذينَ يَ ْذك ُُرونَ اللَّهَ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َ‬ ‫اوا ِ‬ ‫ق ال َّ‬ ‫ت َو ْاْل َ ْر ِ‬ ‫س َم َ‬ ‫علَى ُجنُو ِب ِه ْم َو َيتَفَك َُّرونَ فِي َخ ْل ِ‬ ‫اب النَّ ِار (‪[ )191‬آل عمران‪]192-190/‬‬ ‫س ْبحَانَكَ َف ِق َنا َ‬ ‫َخ َل ْقتَ َهذَا َب ِ‬ ‫ع َذ َ‬ ‫اط ًَل ُ‬ ‫‪7. Manusia tak dibiarkan hidup tanpa bimbingan dan petunjuk-Nya.‬‬ ‫اس َو ُهدًى َو َم ْو ِع َظةٌ ِل ْل ُمتَّ ِقينَ (‪َ )183‬و ََل تَ ِهنُوا َو ََل تَحْ َزنُوا َوأَ ْنت ُ ُم‬ ‫َهذَا بَيَانٌ ِللنَّ ِ‬ ‫ح ِمثْلُهُ َوتِ ْلكَ ْاْلَيَّا ُم نُدَا ِولُهَا‬ ‫س ا ْل َق ْو َم قَ ْر ٌ‬ ‫س ُك ْم َق ْر ٌ‬ ‫س ْ‬ ‫ْاْل َ ْعلَ ْونَ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِينَ (‪ )189‬إِ ْن يَ ْم َ‬ ‫ح َفقَ ْد َم َّ‬ ‫ب ال َّظا ِل ِمينَ (‪[ )160‬آل‬ ‫اس َو ِليَ ْعلَ َم اللَّهُ الَّ ِذينَ آَ َمنُوا َويَت َّ ِخذَ ِم ْن ُك ْم ُ‬ ‫ش َهدَا َء َوال َّلهُ ََل يُ ِح ُّ‬ ‫بَ ْينَ النَّ ِ‬ ‫عمران‪]160-183/‬‬ ‫‪Konsep manusia yang dikemukakan berdasarkan teori psikoanalisa‬‬ ‫‪dan behaviorisme, maupun berdasar teori humanistik yang sedang dibahas‬‬ ‫‪saat ini bersamaan dengan konsep manusia menurut Al-Qur’an.‬‬

‫‪5‬‬

Dipandang dari islam, psikologi islam tidak menolak dan juga tidak memebenarkan. Tidak menolak, artinya konsep tersebut dapat diterima dengan mendudukannya secara proposional dalam wilayah dan system komposisi struktur manusia menurut psikologi islami. Tidak memebenarkan, artinya kalau dimensi itu sama seperti dalam 3 teori tersebut, yaitu menjadi satu-satunya dimensi yang berperan dalam jiwa manusia, dan menafikan dimensi lainnya. Pandangan agama khususnya islam dan psikologi berjumpa pada diri manusia sendiri sebagai salah fenomena ciptaan Tuhan dengan segala karekter kemanusiaannya. Tetapi sebuah perjumpaan tidak selalu berarti pertemuan tinjauan agama dan psikologi yang sama-sama menyoroti manusia, ternyata tidak selalu sejalan. Dalam penggambaran karakter manusia terkesan ada kesamaan, misalnya gambaran mengenai orang zalim sama dengan gambaran pribadi totaliter. Sedangkan pandangan mengenai kualitas insane, seperti aktualisasi diri, cinta kasih, tanggung jawab, dan kebebasan terdapat keserupaan atau kesejalanan antara pandangan agama dengan psikologi. Demikian pula hanya dengan daya-daya ruhani manusia. Hal yang berbeda adalah pandangan mengenai baik tidaknya hakikat manusia. Islam memandang fitrah kemanusiaan suci dan beriman, sedangkan dialiran psikologi ada yang menganggap hakikat manusia itu buruk (psikoanalisis), netral (psikologi paerilaku), baik (psikologi humanistika) dan potensial (psikologi transpersonal). Meskipun begitu, perjumpaan antara agama terkhusus Islam dengan psikologi dalam memandang manusia terdapat kesamaan (similarisasi) pada gambaran karakterologis, kesejalanan (paralelisasi) dalam kualita-kualitas insani, pelengkapan (komplementasi) dalam determinan keperibadian, serta saling menyangkal (falsifasi) dalam orientasi filosofis.

6

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Humanisme adalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang menekankan kepada kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan dalam merealisasikan potensi manusia. Konsep manusia menurut mazhab humanisme bisa diambil dari kesimpulan para humanis yang menganggap bahwa manusia adalah segala pusat aktifitas dengan meninggalkan peran Tuhan dalam kehidupannya. Di Eropa, sudut pandang ini pada hakikatnya telah melahirkan, bahkan memperkuat, pandangan materialistik yang berujung pada pencarian kenikmatan hidup (hedonisme) yang muara akhirnya adalah menciptakan absurdisme. Kemudian,

manusia

menurut

Al-Qur’an

dimaknai

dengan

menggunakan beberapa istilah, yaitu Bani (Banu) adam atau Dzurriyat Adam (keturunan, anak Cucu Adam), al-insan, al-ins, an-nas, atau unas atau al-basyar. Sejalan dengan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini, manusia dibekali dengan berbagai instrumen sebagai modal dasar dalam menjalankan tugas kekhalifahan. Pada sisi ini manusia berbeda dengan hewan sehingga dalam perspektif Islam manusia tidak menjadi objek selayaknya hewan.. B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

7

DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI Jawa Barat. 2005. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. Bastaman, Hanna Djumhana. 1995. lntegrasi Psikologi dengan Islam· Menuju Psikologi lslami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fakhruddin. 2016. Konsep Humanistik Ditinjau dari Perspektif Pendidikan Islam. Fokus: Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan. Vol 1, Nomor 2. Diakses 8 Oktober 2020. Lamont, Corliss. 1997. The Philosophy of Humanism. New York: Humanist Pre. Mangunhardjana, A. 1997. Isme-isme Dalam Etika dari A Sampai Z. Yogyakarta: Kanisius. Roberts, T.B. 1975. Four Psychologies Applied to Education: Freudian, Behavioral, Humanistic, Transpersonal. New York: Schenkman Pub. Co. Rumini, S. dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Wade dan Tavris. 2007. Psikologi Jilid 1, Jakarta: Erlangga. https://id.wikipedia.org/ https://kbbi.web.id/ https://www.kompasiana.com/

8...


Similar Free PDFs