MAKALAH MANAJEMEN BENCANA GEOLOGI BENCANA TSUNAMI DAN IMPLIKASINYA DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH PDF

Title MAKALAH MANAJEMEN BENCANA GEOLOGI BENCANA TSUNAMI DAN IMPLIKASINYA DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH
Author Rima Rosaliana
Pages 35
File Size 803.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 79
Total Views 325

Summary

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA GEOLOGI BENCANA TSUNAMI DAN IMPLIKASINYA DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH Disusun Oleh: RIMA ROSALIANA (12.2013.1.00231) JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panja...


Description

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA GEOLOGI BENCANA TSUNAMI DAN IMPLIKASINYA DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH

Disusun Oleh: RIMA ROSALIANA (12.2013.1.00231)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bencana Tsunami dan Implikasinya Di Kota Palu,. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bencana Geologi. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Surabaya, 26 April 2017

Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................

2

1.3 Batasan Masalah.............................................................................................

2

1.4 Maksud dan Tujuan ........................................................................................

3

1.4.1 Maksud ..................................................................................................

3

1.4.2. Tujuan ..................................................................................................

3

1.5 Manfaat Penulisan ..........................................................................................

3

BAB II ISI .................................................................................................................

4

2.1 Pengertian Tsunami ........................................................................................

4

2.2 Penyebab Terjadinya Tsunami .......................................................................

4

2.3 Proses Terjadinya Tsunami ............................................................................

6

2.4 Dampak Tsunami ...........................................................................................

6

2.5 Tektonik Pulau Sulawesi ................................................................................

7

2.6 Sejarah Gempa dan Tsunami Kota Palu dan Karakteristik Kota Palu ...........

11

2.7 Karakteristik Wilayah Kota Palu ...................................................................

13

2.8 Permodelan Zona Genangan Tsunami di Sekitar Kota Palu ..........................

14

2.9 Zona Baha Tsunami .......................................................................................

16

2.10 Zona Kerentanan Tsunami ...........................................................................

17

2.11 Zona Resiko Bencana Tsunami ....................................................................

18

2.12 Lokasi Rawan dan Lokasi Evakuasi ............................................................

19

2.13 Rute Evakuasi...............................................................................................

20

2.14 Mitigasi Bencana Tsunami...........................................................................

21

BAB III KESIMPULAN ..........................................................................................

27

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................

27

3.2 Saran ...............................................................................................................

28

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................

29

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

30

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Sabuk Gempa Pasifik (Ring of Fire) merupakan daerah berbentuk seperti

tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik mencakup panjang 40.000 km. Sekitar 90% gempa bumi terjadinya di daerah ini dan 81% gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api tersebut. Indonesia masuk ke dalam Sabuk Gempa Pasifik sehingga sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi. Seringnya Indonesia dilanda gempa bumi menyebabkan resiko terjadinya tsumami akan semakin besar pula. Resiko tersebut akan semakin meningkat karena Indonesia berada pada pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.

Gambar 1.1. Ring Of Fire (Kusdiantara, 2011:1) Berdasarkan pengalaman historis, kejadian tsunami sangat membahayakan bagi komunitas masyarakat di wilayah pesisir pantai, meskipun daerah tersebut jauh dari kawasan yang rawan gempa bumi (tektonik maupun vulkanik) bawah laut. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat bencana tsunami sangatlah besar, yaitu dapat berupa kematian, kehilangan harta benda, kehancuran sarana dan prasarana khususnya didaerah pesisir pantai, menimbulkan gangguan ekonomi dan bisnis, bahkan dapat mengganggu keadaan psikologis (traumatik) masyarakat. Negara-negara atau kota yang rentan terhadap bencana tsunami sudah selayaknya memiliki suatu tindakan preverentif dan mitigasi untuk menghadapi

serangan tsunami baik itu pra maupun pasca agar mengurangi resiko yang ditimbulkan bencana tsunami, sesuai dengan Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain dengan pembuatan dokumen mitigasi bencana, pembangunan lokasi evakuasi yang dapat digunakan baik yang bersifat alamiah berupa bukit, maupun buatan berupa bangunan khusus untuk penampungan masyarakat saat terjadi bencana. Selain itu, pembuatan rambu evakuasi dan rute evakuasi serta penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat menjadi terlatih dan tidak panik saat bencana tsunami benar-benar terjadi. Salah satu dari sekian banyak wilayah di bagian timur Indonesia yang menyimpan potensi tsunami yang cukup besar adalah Kota Palu dan sekitarnya. Tercatat telah terjadi tiga kali kejadian di sekitar Teluk Palu, yaitu pada tahun 1927, 1968 dan 1996, sementara sekitar Kota Palu (Sulawesi Tengah) terdapat 6 kejadian. Wilayah Kota Palu dan sekitarnya terdapat beberapa potongan sesar yang sangat berpotensi membangkitkan gempa bumi yang cukup kuat. Sesar tersebut adalah Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Palu ke arah Selatan dan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian Utara menuju ke selatan Bone sampai di Laut Banda. Tujuan utama dari penulisan ini adalah untuk mengetahui zona genangan tsunami dan implikasinya terhadap kegiatan mitigasi bencana di Kota Palu. 1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan

latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan

yang muncul dalam penelitian ini adalah: 1.

Bagaimana zona genangan tsunami dan implikasinya terkait kegiatan mitigasi bencana di Kota Palu?

2.

Sistem mitigasi bencana apasajakah yang telah dilakukan di Kota Palu, baik oleh pemerintah maupun pemerintah daerah?

1.3.

Batasan Masalah Agar tidak terjadi perluasan pembahasan, maka perlu adanya pembatasan

masalah. Batasan masalah dalam penulisan ini meliputi :

1.

Dalam penulisan ini ruang lingkup yang diambil adalah di Kota Palu.

2.

Data yang digunakan dalam penyusunan penulisan ini berupa datadata yang diperoleh dari jurnal

dan studi literature yang telah

dilakukan sebelumnya. Jenis data tersebut berupa data kualitatif dan kuantitatif. 3.

Hasil yang diperoleh dari penulisan ini adalah bencana tsunami dan implikasinya serta sistem mitigasi bencana yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah di Kota Palu.

1.4.

Maksud dan Tujuan 1.4.1 Maksud Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui implikasi bencana

tsunami serta sistem evakuasi berbasis jalur terpendek dan waktu evakuasi minimum di Kota Palu. 1.4.2 Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Mengetahui zona genangan tsunami dan implikasinya terkait kegiatan mitigasi bencana di Kota Palu.

2.

Mengetahui sistem mitigasi bencana yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah di Kota Palu.

1.5.

Manfaat Penulisan Dari penelitian yang saya lakukan nanti diharapkan mampu memberikan

informasi mengenai bencana tsunami dan implikasinya serta sistem mitigasi bencana tsunami yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah di Kota Palu.

BAB II ISI 2.1.

Pengertian Tsunami Tsunami merupakan gerakan badan air yang disebabkan perubahan

permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut dapat disebabkan oleh gempa yang berasal dari bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau di laut atau meteor. Gelombang tsunami mampu merambat ke segala arah. Energi yang terdapat dalam gelombang tsunami sangatlah besar. Tsunami terkadang dianggap sebagai gelombang air pasang. Hal tersebut karena saat mencapai daratan, gelombang ini memang lebih mirip air pasang yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai. Akan tetapi, sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut. Gelombang tsunami mampu merambat ke segala arah. Di laut yang dalam, gelombang tsunami merambat dengan kecepatan mencapai 1000 km per jam, menyamakan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut yang dalam hanya berkisar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terlalu terasa oleh kapal yang sedang berada di laut.Akan tetapi, ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun. Namun, ketinggiannya sudah meningkat sampai puluhan meter. 2.2.

Penyebab Terjadinya Tsunami 1.

Gempa dibawah laut

Gempa bumi yang terjadi di bawah laut merupakan penyebab paling sering terjadinya tsunami. Gerakan vertikal pada kerak bumi (gempa) dapat menyebabkan dasar laut naik atau turun secara mendadak, yang menyebabkan gangguan keseimbangan air yang ada di atasnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya aliran energi laut, yang ketika tiba di pantai menjadi tsunami.

Walaupun demikian, tidak semua gempa yang terjadi di bawah laut mampu menyebabkan tsunami. Gempa bumi bawah laut yang menyebabkan terjadinya tsunami adalah gempa bumi yang memenuhi kriteria seperti berikut : •

Pusat gempa kurang dari 30 kilometer dibawah permukaan laut



Gempa bumi yang berkekuatan minimal 6,5 SR



Gempa bumi yang diakibatkan pola sesar naik atau turun

2.

Meletusnya Gunung Berapi

Gunung berapi banyak terdapat di seluruh penjuru dunia. Letusan dari gunung berapi mampu menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa yang terjadi karena letusan gunung berapi). Meskipun sangat jarang terjadi, tsunami yang disebabkan letusan gunung berapi berdampak sangat dahsyat. Ditambah lagi jika posisi gunung berapinya ada di bawah laut. 3.

Longsor Bawah Laut

Longsor bawah laut umumnya terjadi akibat hantaman antara lempeng benua dan lempeng samudera yang disebabkan gempa dan perubahan air laut. Keadaan ini membentuk paling laut secara tiba-tiba mempengaruhi pergerakan volume air yang mendadak. Pada skala tertentu bisa menyebabkan tsunami. Ciriciri tsunami yang disebabkan oleh longsor bawah laut adalah gempa yang berskala kecil tapi mampu mengakibatkan tsunami yang dahsyat. 4.

Hantaman Meteor

Tsunami juga bisa terjadi akibat jatuhnya meteor ke lautan. Selain itu, meteor yang jatuh ke permukaan laut juga bisa menyebabkan ketidakseimbangan lempeng di bawah laut yang menimbulkan terjadinya gempa. Hal ini jarang terjadi, akan tapi berakibat tejadinya tsunami yang sangat besar. 5.

Ulah Manusia

Beberapa ulah manusia juga memungkinkan untuk merusak bumi. Misalnya, untuk menguji senjata untuk perang seperti bom nuklir. Jika pengujian tersebut dilakukan di lautan, hal ini berpotensi menimbulkan gempa di bawah laut yang berpotensi menimbulkan tsunami.

2.3.

Proses Terjadinya Tsunami Tsunami bisa terjadi disebabkan gangguan yang dapat menyebabkan

perpindahan air dalam jumlah yang besar, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor atau meteorit yang jatuh menimpa permukaan bumi. Namun, 90 % tsunami disebabkan oleh gempa yang berpusat di bawah laut. Gerakan vertikal di kerak bumi bisa menyebabkan kenaikan dasar laut atau menjatuhkan

secara

mendadak,

yang

mampu

mengakibatkan

gangguan

keseimbangan air di dalamnya. Kondisi ini mengakibatkan aliran energi air laut, yang ketika tiba di pantai menjadi gelombang tsunami yang dihasilkan besar. Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut tempat sumber gempa terjadi, dimana kecepatannya mampu mencapai ratusan kilometer per jam. Ketika tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi berkurang. Di tengah, tinggi gelombang tsunami laut hanya mencapai beberapa sentimeter sampai beberapa meter. Akan tetapi, saat mencapai pantai, tinggi gelombang mampu mencapai puluhan meter karena ditambah jumlah air di sebelumnya. Ketika tsunami mencapai pantai, gelombang akan menjalar menjauhi dari garis pantai dengan jangkauan beberapa ratus meter bahkan dapat mencapai beberapa kilometer. 2.4.

Dampak Tsunami A. Dampak Positif •

Tumbuhnya kerjasama untuk menolong korban bencana



Timbulnya rasa kemanusiaan



Mengetahui sampai kekuatan konstruksi bangunan yang telah ada serta kelemahannya sehingga bisa dilakukan inovasi baru untuk kekuatan konstruksi yang lebih baik

B. Dampak Negatif •

Banyak terdapat kerusakan rumah dan fasilitas umum



Banyak menimbulkan korban jiwa



Muncul kekacauan ekonomi dan politik



2.5.

Timbul penyakit

Tektonik Pulau Sulawesi Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan diantara tiga pergerakan

lempeng besar yaitu pergerakan lempeng Hindia Australia dari selatan dengan kecepatan rata 7 cm/tahun, lempemg Pasifik dari timur dengan kecepatan sekitar 6 cm/tahun dan lempeng Asia bergerak relatif pasif ke tenggara. Posisi Sulawesi yang berada pada kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap gerakan dan benturan ketiga lempeng bumi tersebut yang akan menimbulkan fenomena geologi dan dampak merugikan pada kehidupan manusia, terutama ancaman gempa dan tsunami yang disetiap saat dapat terjadi. Perkembangan tektonik di kawasan Pulau Sulawesi berlangsung sejak zaman Tersier hingga sekarang, sehingga Pulau Sulawesi termasuk daerah teraktif di Indonesia dan mempunyai fenomena geologi yang kompleks dan rumit. Manifestasi tektonik yang ditimbulkan berupa patahan dan gunungapi, seperti patahan Walanae (Sulawesi Selatan), Palu Koro (dari Flores, Palu hingga Selat Makassar), Patahan Gorontalo, patahan Batui (Sulawesi Tengah), patahan naik Selat Makassar dan patahan Matano, Lawanoppo dan Kolaka (Sulawesi Tenggara). Dari fenomena geologi dan tektonik tersebut di atas, maka di kawasan Pulau Sulawesi terdapat beberapa daerah rawan terhadap bencana terutama masalah gempa dan tsunami, seperti daerah-daerah yang berada pada jalur Patahan Walanae, Palu Koro, Selat Makassar terutama bagian tengah dan utara, perpotongan antara patahan Kolaka dan Palu Koro, patahan Gorontalo, Batui, Matano dan patahan Kolaka. Daerahdaerah yang harus mendapat perhatian dan harus diwaspadai adalah daerah perpotongan atau persinggungan di antara patahan, karena di daerah ini gempa dapat bergenerasi dan berpotensi menimbulkan bencana geologi. Sebagai contoh, gempa yang terjadi di Makassar pada tanggal 12 Desember 2010 dengan kekuatan 5,9 SR pusat gempa terletak 232 km ke arah baratdaya Makassar, berada pada daerah perpotongan patahan Selat Makassar dengan patahan Laut Flores Barat.

Gambar 2.1. Geologi Pulau Sulawesi (cottam et al, 2011) Perkembangan tektonik di kawasan Pulau Sulawesi berlangsung sejak zaman Tersier hingga sekarang, sehingga bentuknya yang unik menyerupai huru “K”, dan termasuk daerah teraktif di Indonesia, mempunyai fenomena geologi yang kompleks dan rumit. Manifestasi tektonik yang ditimbulkan berupa patahan dan gunungapi dapat menibulkan gempa, tsunami dan bencana geologi lainnya. Secara tektonik/struktur dan sejarah perkembangannya, Pulau Sulawesi dibagi dalam 4 (empat) mintakat geologi (Endarto dan Surono, 1991) yaitu busur volkanik Sulawesi Barat, kontinental kerak Banggai Sula, oseanik kerak Sulawesi Timur dan kompleks metamorf Sulawesi Tengah. Keempat mintakat tersebut dipisahkan oleh batas – batas tektonik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sehubungan dengan kejadian gempa dan tsunami akibat aktivitas tektonik diatas, maka ada beberapa daerah yang harus diwaspadai yaitu pada daerah perpotongan atau persinggungan diantara patahan, karena pada dasarnya di daerah inilah gempa dapat bergenerasi dan berpotensi menimbulkan bencana geologi. Secara tektonik Pulau Sulawesi dibagi dalam empat mintakat yang didasari atas sejarah pembentukannya yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Timur, Banggai-Sula dan Sulawesi Tengah yang bersatu pada kala Miosen – Pliosen oleh interaksi antara lempeng Pasifik, Australia tehadap lempeng Asia.

Interaksi ketiga lempeng tersebut memberikan pengaruh cukup besar terhadap kejadian bencana alam geologi di Sulawesi pada umumnya dalam wujud gempa bumi, tsunami, gerakan tanah, gunungapi dan banjir yang senantiasa terjadi seiring dengan berlangsungnya aktivitas tektonik. Terletak di laut Sulawesi sebelah utara Pulau Sulawesi memanjang dari barat ke timur. Subduksi lempeng ini menunjam masuk ke selatan di bawah Sulawesi Utara dan Gorontalo. Subduksi lempeng laut Sulawesi yang aktif diduga membentuk gunungapi Una-una dan deretan gunungapi Manado-Sangihe. Zona subduksi lempeng Laut Maluku terbentang di utara Sulawesi dari utara ke selatan di sebelah timur Manado. Lempeng Laut Maluku menunjam ke barat masuk di bawah busur ManadoSangihe, berhubungan dengan volkanisme dan gempa di kawasan ini. Patahanpatahan yang terdapat di sulawesi, yaitu : 1.

Patahan Walanae

Patahan Walanae berada di bagian selatan Sulawesi Selatan membentang dari selatan (sebelah timur Pulau Selayar) ke utara melalui Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Sidrap, Pinrang dan Majene - Mamuju dan berakhir di Selat Makassar. Sifat pergerakan adalah sinistral atau mengiri. Patahan Walanae merupakan percabangan dari lanjutan patahan Palu-Koro yang melalui Teluk...


Similar Free PDFs