PENGANTAR MITIGASI BENCANA GEOLOGI PDF

Title PENGANTAR MITIGASI BENCANA GEOLOGI
Author Djauhari Noor
Pages 32
File Size 510.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 4
Total Views 451

Summary

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA 2012 1P endahuluan Proses-proses geologi baik yang bersifat endogenik maupun eksogenik dapat menimbulkan bahaya bahkan bencana bagi kehidupan manusia. Bencana yang disebabkan oleh proses-proses geologi disebut dengan bencana geologi. Longsoran Tanah, Erupsi G...


Description

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA

1P

2012

endahuluan

Proses-proses geologi baik yang bersifat endogenik maupun eksogenik dapat menimbulkan bahaya bahkan bencana bagi kehidupan manusia. Bencana yang disebabkan oleh proses-proses geologi disebut dengan bencana geologi. Longsoran Tanah, Erupsi Gunungapi, dan Gempabumi adalah contoh-contoh dari bahaya geologi yang dapat berdampak pada aktivitas manusia di berbagai wilayah di muka bumi. Berdasarkan catatan, bencana yang diakibatkan oleh bahaya geologi yang terjadi di berbagai belahan dunia meningkat secara tajam, baik dalam tingkat dan frekuensi kejadiannya dan secara statistik jumlah korban jiwa dan harta benda juga meningkat. Berdasarkan catatan BAKORNAS, bencana yang melanda Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Selama periode 2003 – 2005 telah terjadi 1.429 bencana, baik yang disebabkan oleh bencana geologi maupun bencana hidro-meteorologi. Untuk membangun sistem mitigasi bencana geologi, pertama tama yang harus dilakukan adalah mengkaji dan menganalisa bagaimana suatu bahaya geologi dapat berubah menjadi bencana dan seberapa besar tingkat probabilitas daerah yang rentan bahaya geologi terkena bencana geologi serta resiko apa saja yang mungkin terjadi apabila bencana geologi menimpa daerah tersebut. Bahaya geologi akan berubah menjadi bencana geologi hanya jika bahaya tersebut mengakibatkan korban jiwa atau kerugian harta benda. Sebagai contoh jika suatu gempa yang sangat kuat terjadi di daerah yang tidak berpenghuni, maka gempa tersebut boleh jadi hanya akan menjadi catatan statistik saja bagi para seismolog, akan tetapi sebaliknya apabila gempa tersebut terjadi di kawasan yang penghuninya sangat padat, seperti gempa yang terjadi di Bantul, Yogyakarta pada tahun 2006, walaupun kekuatan gempanya tidak begitu besar namun menyebabkan kerusakan yang sangat luas serta menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Pertanyaannya selanjutnya adalah mengapa hal ini dapat terjadi ? Jawabannya adalah karena hampir semua bangunan yang ada di wilayah tersebut tidak dirancang sebagai bangunan tahan gempa, sehingga ketika terjadi gempa, bangunan-bangunan tersebut runtuh yang mengakibatkan banyak penghuninya menemui ajalnya terkena oleh reruntuhan rumahnya. Oleh karena itu diperlukan suatu standarisasi bangunan tahan gempa, terutama untuk bangunanbangunan yang berada di wilayah wilayah yang rentan terkena bahaya gempabumi, sehingga dapat menyelamatkan penghuninya ketika terjadi gempabumi. Penerapan strategi pengelolaan resiko 1

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA

2012

bencana berbasis masyarakat saat ini sudah mulai diterapkan dan program ini didukung oleh pemerintah, baik dukungan yang berupa bantuan keuangan dan pembangunan kembali rumah rumah yang rusak melalui standarisasi bangunan tahan gempa. Bahaya geologi yang berada di muka bumi pada hakekatnya merupakan hasil dari prosesproses geologi, baik yang bersifat endogenik maupun eksogenik dimana proses proses tersebut tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Dalam beberapa kasus, tingkat kerusakan relatif terhadap jumlah korban dan kerugian harta benda dapat dipakai sebagai pembanding antara skala bencana dan resiko bencana yang terjadi di suatu wilayah. Manusia dapat juga menjadi faktor penyebab yang merubah bahaya geologi menjadi bencana geologi serta menjadi faktor penentu dari tingkat kerusakan suatu bencana, seperti misalnya pertumbuhan penduduk yang tinggi, kemiskinan, degradasi lingkungan, dan kurangnya informasi. Meskipun ke-empat faktor tersebut dianggap sebagai faktor yang saling berpengaruh satu dan lainnya serta ke-empat faktor tersebut sulit dipisahkan mana yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat kerusakan suatu bencana. Kerentanan terhadap bencana geologi di suatu wilayah akan semakin besar seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan menjadi salah satu faktor utama dari penyebab bencana geologi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi secara langsung akan berdampak pada tingginya tingkat pembangunan infrastruktur. Apabila tidak ada upaya upaya untuk mencegah bahaya geologi yang mungkin terjadi, maka apabila bencana geologi benar-benar terjadi di kawasan tersebut maka sudah barang tentu akan memakan korban serta kerugian harta benda yang tinggi pula. Dibeberapa kawasan yang konsentrasi penduduknya tinggi, meskipun sudah menpunyai sistem peringatan dini untuk suatu bahaya geologi tertentu, namun untuk menyebarkan informasi dan peringatan ke setiap orang di seluruh kawasan tersebut tidak dimungkinkan, sehingga sangat memungkinkan setiap orang bertindak dan merespon suatu peringatan bahaya sesuai dengan persepsinya masing-masing. Dan hal ini akan menimbulkan kepanikan dan kekacauan di masyarakat yang pada akhirnya dapat menimbulkan korban jiwa yang lebih besar.

1.1 Pengertian 1.1.1 Mitigasi: Berdasarkan Undang-undang No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9 (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6, pengertian mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Adapun mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1). Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan 2

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA bencana.

2012

(PP No 21 Tahun 2008 Pasal 20 ayat (1). Secara umum pengertian mitigasi

adalah pengurangan, pencegahan atau bisa dikatakan sebagai proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak negatif bencana yang akan terjadi. Pengertian dari Mitigasi Bencana Geologi (Geological Hazard Mitigation) adalah pengurangan, pencegahan atau proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap bencana alam geologi. Definisi Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007).

1.1.2 Mitigasi Bencana Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Dalam UU No. 24 Tahun 2007, usaha mitigasi dapat berupa prabencana, saat bencana dan pasca bencana. Prabencana berupa kesiapsiagaan atau upaya memberikan pemahaman pada penduduk untuk mengantisipasi bencana, melalui pemberian informasi, peningkatan kesiagaan kalau terjadi bencana ada langkah-langkah untuk memperkecil resiko bencana. Penanganan bencana harus dengan strategi proaktif, tidak semata-mata bertindak pascabencana, tetapi melakukan berbagai kegiatan persiapan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. Berbagai tindakan yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi datangnya bencana dengan membentuk sistem peringatan dini, identifikasi kebutuhan dan sumber-sumber yang tersedia, penyiapan anggaran dan alternatif tindakan, sampai koordinasi dengan pihak-pihak yang memantau perubahan alam. Dalam mitigasi dilakukan upaya-upaya untuk meminimalkan dampak dari bencana yang akan terjadi yaitu program untuk mengurangi pengaruh suatu bencana terhadap masyarakat atau komunitas dilakukan melalui perencanaan tata ruang, pengaturan tata guna lahan, penyusunan peta kerentanan bencana, penyusunan data base, pemantauan dan pengembangan. Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang amat penting dalam penanggulangan bencana karena kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar korban jiwa dan kerugian materi yang ditimbulkan dapat dikurangi. Masyarakat yang berada di daerah rawan bencana maupun yang berada di luar sehingga perlu ditingkatkan kesadarannya, kepeduliannya

3

sangat besar perannya,

dan kecintaannya terhadap alam dan

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA

2012

lingkungan hidup serta kedisiplinan terhadap peraturan dan norma-norma yang ada. Istilah program mitigasi bencana mengacu kepada dua tahap perencanaan yaitu: Pertama, perencanaan sebelum kejadian untuk manajemen bencana, mencakup aktivitasaktivitas mitigasi dan perencanaan bencana; Kedua, perencanaan serta tindakan sesudah kejadian, meliputi peningkatan standar teknis dan bantuan medis serta bantuan keuangan bagi korban (Inoghuci et.al, 2003). Dalam mitigasi bencana dilakukan tindakan-tindakan antisipatif untuk meminimalkan dampak dari bencana yang terjadi dilakukan melalui perencanaan tata ruang, pengaturan tata guna lahan, penyusunan peta kerentanan bencana, penyusunan data, pemantauan dan pengembangan. Di negara-negara maju, kesalahan dalam pembangunan diimbangi melalui perencanaan yang matang (Inoghuci et.al, 2003). Informasi tempat pengungsian saat terjadi bencana alam sangat penting sebab penduduk yang menyelamatkan diri saat terjadinya bencana seharusnya tahu kemana mereka harus menyelamatkan diri. Keberadaan rambu-rambu petunjuk arah penyelamatan seperti yang dilakukan di Jepang mutlak diperlukan agar masyarakat tahu jalur yang akan dilaluinya untuk menyelamatkan diri sebelum terjadi bencana. Dengan demikian akan berkurang kepanikan masyarakat pada saat bencana akan terjadi sehingga masyarakat bisa dengan lebih tenang dalam melakukan upaya mitigasi bencana. Penerapan informasi yang efektif dan program-program pendidikan, masyarakat dapat menggunakan brosur, instruksi satu lembar, uji coba sistem peringatan secara berkala, informasi media cetak dan elektronik dan lain-lain. Beberapa informasi ini ditujukan bagi institusiinstitusi seperti sekolah-sekolah, rumah sakit, fasilitas perawatan-pemulihan, dan komunitas yang tidak bisa berbahasa setempat (para wisatawan). Upaya-upaya informasi dan pendidikan ini penting diadakan secara rutin dan komprehensif. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kota ditujukan untuk mengurangi kerugian dan kerusakan akibat bencana yang sewaktu-waktu dapat melanda kota. Pemerintah pada daerah yang rawan bencana gempa intensif melakukan simulasi upaya evakuasi dan penyelamatan terhadap bencana. Demikian juga media membantu dengan menayangkan program yang memberi informasi upaya penyelamatan terhadap bencana gempa. Dalam hal bencana yang disebabkan oleh gempa bumi di daerah perkotaan, berdasarkan fakta dan hasil penelitian beberapa pakar, menunjukkan bahwa sebagian besar korban terjadi akibat keruntuhan dan kerusakan bangunan, seperti jatuhnya atap, runtuhnya kolom, hancurnya dinding, dll. Hal ini menunjukkan bahwa upaya mitigasi bencana gempa bumi melalui pengembangan disain rumah tahan gempa sampai saat ini belum sepenuhnya berhasil. Hal lain juga yang menyebabkan korban akibat bencana gempa sangat besar adalah tidak adanya lokasi evakuasi yang mampu memberikan perlindungan bagi warga ketika bencana terjadi yaitu berupa bangunan penyelamatan yang telah dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan dalam keadaan darurat. Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk 4

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA

2012

mengurangi pengaruh dari bencana dan kondisi yang peka dalam rangka untuk mengurangi bencana yang lebih besar dikemudian hari. Karena itu seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana itu sendiri atau bagian/elemen dari ancaman.

1.1.3 Kesiapsiagaan Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi melalui pengorganisasian yang tepat dan berdaya guna. Menurut Randolph Kent (1994) kesiapan bencana mencakup peramalan dan pengambilan keputusan tindakan-tindakan pencegahan sebelum munculnya ancaman, didalamnya meliputi pengetahuan tentang gejala munculnya bencana, gejala awal bencana, pengembangan dan pengujian secara teratur terhadap sistem peringatan dini, rencana evakuasi atau tindakan lain yang harus diambil selama periode waspada untuk meminimalisir kematian dan kerusakan fisik yang mungkin terjadi. Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya suatu bencana. Di dalam proses pengelolaan bencana yang direpresentasikan sebagai model siklus, peningkatan kesiapsiagaan merupakan bagian dari proses pengelolaan risiko bencana, seperti diperlihatkan pada gambar 1.

Bencana

Peringatan

Pertolongan Bencana

Penilaian Resiko

Pembangunan

Mitigasi

Gambar 1. Kesiapsiagaan dalam Model Siklus Pengelolaan Bencana

Model ini memiliki kelemahan karena seolah-olah komponen-komponen kegiatan pengelolaan bencana tersebut berjalan secara sekuensial (berurutan), padahal sesungguhnya tidak demikian.

5

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA

2012

Gambar 1. memperlihatkan peranan peningkatan fase pengurangan resiko bencana terjadi Fase pemulihan setelah bencana terjadi. Kegiatan tanggap darurat meliputi langkah-langkah tindakan sesaat sebelum bencana, seperti: peringatan dini (bila memungkinkan) meliputi penyampaian peringatan dan tanggapan terhadap peringatan; tindakan saat kejadian bencana, seperti: melindungi/menyelamatkan diri, melindungi nyawa dan beberapa jenis benda berharga, tindakan evakuasi; dan tindakan yang harus dilakukan segera setelah terjadi bencana, seperti SAR, evakuasi, penyediaan tempat berlindung sementara, perawatan darurat, dapur umum, bantuan darurat, survei untuk mengkaji kerusakan dan kebutuhankebutuhan darurat serta perencanaan untuk pemulihan segera terhadap infrastuktur kritis, sarana sosial seperti pendidikan dan ibadah.

1.2

Respon Manusia Terhadap Bencana Untuk dapat hidup secara aman dan nyaman selaras dengan perubahan yang terjadi dimuka

bumi, maka kita harus dapat memahami lingkungan alam dan kecepatan perubahan yang terjadi di bumi serta mampu menyesuaikan diri dari karakteristik perubahan alam tersebut. Berkaitan dengan reaksi manusia terhadap bencana alam yang mungkin terjadi di lingkungan dimana manusia itu tinggal adalah antara lain : 1. Menghindar (avoidance). Reaksi manusia terhadap potensi bencana alam yang paling banyak adalah dengan cara menghindar, yaitu dengan cara tidak membangun dan menempatkan bangunan di tempat-tempat yang berpotensi terkena bencana alam seperti daerah banjir, daerah rawan longsor atau daerah rawan gempa. 2. Stabilisasi (stabilization). Beberapa bencana alam dapat diseimbangkan dengan menerapkan rekayasa keteknikan, seperti misalnya di daerah-daerah yang berlereng dan berpotensi longsor, yaitu dengan cara membuat kemiringan lereng menjadi landai dan stabil sehingga kemungkinan longsor menjadi kecil, atau bangunan yang akan didirikan menggunakan pondasi tiang pancang sampai ke bagian lapisan tanah yang stabil. 3. Penetapan Persyaratan Keselamatan Struktur Bangunan (provision for safety in structures). Dalam banyak kasus bangunan yang akan didirikan di tempat-tempat yang berpotensi terjadi bencana alam seperti gempa bumi, maka struktur bangunan harus dirancang dengan memperhitungkan keselamatan jiwa manusia, yaitu dengan bangunan yang tahan gempa. Untuk daerah-daerah yang berpotensi terkena banjir, maka bangunan harus dibuat dengan struktur panggung guna menghindari terpaan air. 4. Pembatasan penggunaan lahan dan penempatan jumlah jiwa (limitation of land-use and

occupancy). Jenis peruntukan lahan, seperti lahan pertanian atau lahan pemukiman dapat dilakukan dengan cara membuat peraturan peraturan yang berkaitan dengan potensi bencana yang mungkin timbul. Penempatan jumlah jiwa per hektar dapat disesuaikan untuk mengurangi tingkat bencana.

6

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA

2012

5. Membangun Sistem Peringatan Dini (establishment of early warning system). Beberapa bencana alam dapat diprediksi, sehingga memungkinkan tindakan darurat dilakukan. Banjir, Angin Puyuh, Gelombang Laut, serta Erupsi Gunungapi adalah beberapa jenis bencana alam yang dapat diprediksikan. Sistem Peringatan Dini telah terbukti efektif dalam mencegah dan meminimalkan bencana yang akan terjadi di suatu daerah, seperti banjir dan gelombang laut di daerah-daerah pantai. Dimanakah tempat yang baik dan aman bagi aktifitas manusia? Barangkali yang paling mudah dan kecil resikonya adalah dengan cara menghindar dari lokasi-lokasi yang rawan bencana. Dalam kenyataannya kebanyakan komunitas manusia bertempat tinggal pada lingkungan yang rawan bencana. Dengan demikian untuk meminimalkan dampak bencana geologi yang mungkin melanda di tempat dimana manusia berdomisili adalah cara nomor 2 sampai nomor 5 diatas. Tingkat keselamatan yang ingin dicapai dalam menghadapi bencana geologi seringkali merupakan fungsi dari nilai investasi yang dibelanjakan untuk mencegah bencana tersebut. Pertanyaan yang sering muncul adalah seberapa besar biaya yang harus disediakan untuk mencegah suatu bencana geologi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka harus ada suatu keputusan tentang tingkat resiko yang akan terjadi dan ikut terlibat di dalamnya. Sebagai contoh adalah resiko penggunaan dan pemanfaatan lahan pemukiman yang berada di kawasan dataran banjir dapat dikurangi menjadi nol, apabila semua kontruksi bangunan dan aktivitas manusia yang berada di wilayah tersebut terlindungi. Akan tetapi pada kenyataannya, biaya produktivitas serta ruang dimana manusia beraktivitas apabila dihitung akan sangat mahal dan bahkan tidak mungkin dikonversi kedalam nilai rupiah. Oleh karena itu resiko banjir yang hanya terjadi seratus tahun satu kali barangkali merupakan tingkat resiko yang dapat diterima untuk kasus diatas. Tingkat resiko yang dapat diterima adalah tingkat resiko yang harus memperhitungkan semua aspek secara rinci dan biasanya hanya untuk beberapa jenis bencana saja. Walaupun perhitungan secara tepat sangat sulit dilakukan, akan tetapi perhitungan suatu resiko sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan. Pertanyaan yang sama dapat kita ajukan untuk tempat-tempat dimana gempabumi sering melanda di suatu daerah yaitu: Berapa banyak dana tambahan yang harus disediakan dan dikeluarkan untuk membangun suatu konstruksi bangunan yang akan didirikan di lokasi yang tingkat kegempaannya sangat tinggi, walaupun frekuensi kejadian gempabuminya sangat jarang terjadi? Tingkat resiko yang dapat diterima adalah tingkat resiko yang harus sudah mempertimbangkan secara sistematis untuk beberapa tipe bencana saja. Meskipun perhitungan secara akurat tidak mungkin dilakukan, akan tetapi suatu penilaian umum dari resiko harus dituangkan dalam suatu keputusan dan harus mendapat pertimbangan dari suatu badan/ lembaga yang berwenang. Oleh karena itu biasanya perhitungan suatu resiko bencana dilakukan oleh suatu lembaga pembuat keputusan dan dalam hal ini dapat juga dilakukan oleh suatu perusahaan asuransi yang memang bergerak dalam bidang pertanggungan asuransi bencana alam. 7

PENGERTIAN DAN DEFINISI MITIGASI BENCANA

2012

1.3 Sistem Penanggulangan Bencana Undang-undang no. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana merupakan landasan bagi sistem nasional penanggulangan bencana yang terdiri atas: 1. Legislasi 2. Kelembagaan 3. Perencanaan 4. Pendanaan 5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 6. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

1.4 Pengelolaan Resiko Bencana (Disaster Risk Management) Pengelolaan resiko bencana pada dasarnya adalah suatu upaya yang ditujukan untuk meminimalkan resiko yang mungkin terjadi serta melakukan upaya-upaya pencegahan (mitigasi) di wilayah yang rentan terkena bencana. Pengelolaan resiko benc...


Similar Free PDFs