MITIGASI STRUKTURAL BENCANA ALAM GEMPABUMI.pdf PDF

Title MITIGASI STRUKTURAL BENCANA ALAM GEMPABUMI.pdf
Author Prahara Iqbal
Pages 8
File Size 5.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 7
Total Views 522

Summary

MITIGASI STRUKTURAL BENCANA ALAM GEMPABUMI DI LIWA, LAMPUNG BARAT (Studi Kasus Rancang Bangun Tempat Tidur Keselamatan) a Prahara Iqbal a UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana, LIPI, Liwa, Lampung Barat Jalan LIPI, Pekon (Desa) Padang Dalom, Kecamatan Balik Bukit, Liwa, Lampung Barat...


Description

MITIGASI STRUKTURAL BENCANA ALAM GEMPABUMI DI LIWA, LAMPUNG BARAT (Studi Kasus Rancang Bangun Tempat Tidur Keselamatan) a

a

Prahara Iqbal

UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana, LIPI, Liwa, Lampung Barat Jalan LIPI, Pekon (Desa) Padang Dalom, Kecamatan Balik Bukit, Liwa, Lampung Barat, 34573 Email: [email protected]

ABSTRAK Pembuatan prototipe tempat tidur keselamatan (TTK) di Liwa, Lampung Barat dilakukan dengan tujuan sebagai solusi alternatif dalam menghadapi ancaman bencana gempabumi. Metode yang dipakai adalah memahami peraturan pemerintah mengenai kebencanaan, mengamati konstruksi tempat tidur yang umum dipakai, dan pembuatan prototipe. Tempat tidur keselamatan dibuat berdasarkan tempat tidur pada umumnya. Kelebihan tempat tidur kesalamatan terletak pada desainnya yang menggunakan atap, dinding, rak penyimpanan, dan kunci permanen pada setiap sambungan kayu. Kata kunci: Tempat tidur keselamatan, Gempabumi, Liwa, Lampung Barat ABSTRACT Survival bed (TTK) in Liwa, West Lampung done with purpose as an alternative solution in the face of the threat of the earthquake disaster. The method used is to understand government regulations concerning disaster, observing bed construction commonly, and prototyping. Survival beds are made based on bed in general. Excess survival bed lies in its design that uses a roof, wall, shelf storage, and permanent lock on each timber connection. Keywords: Survival bed, earthquake, Liwa, Lampung Barat PENDAHULUAN Liwa adalah salah satu kota Kabupaten di wilayah Provinsi Lampung yang dilalui Zona Sesar Sumatra dan dekat dengan zona subdaksi antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Samudra Hindia (Koswara dan Santoso, 1995; Sieh dan Natawidjaja, 2000). Konsekuensi hal tersebut adalah wilayah Liwa dan sekitarnya rawan akan bencana gempabumi (Sieh dan Natawidjaja, 2000). Secara geologi Kota liwa disusun oleh batuan volkanik muda dan endapan volkanik muda yang belum terkonsolidasi dengan baik (Kastowo dkk, 1996). Hal tersebut memperjelas bahwa daerah Liwa dan sekitarnya sangat rawan akan bencana gempabumi, khususnya bahaya kegagalan fondasi rumah berupa runtuhnya bangunan rumah.

1

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No. 24 tahun 2007, Bab I, Pasal I, ayat 9). Salah satu kegiatan mitigasi bencana alam adalah pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan (UU No. 24 tahun 2007, Pasal 47, Ayat 2). Sebagaimana diamanatkan oleh UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Alam, maka tulisan ini bertujuan merancang dan membangun sebuah tempat berlindung dari ancaman bencana gempabumi berupa tempat tidur keselamatan dan memberikan solusi alternatif kepada masyarakat untuk melindungi dirinya dari bahaya gempabumi.

METODOLOGI Metodologi dalam rancang bangun tempat tidur keselamatan adalah sebagai berikut (Hartono dkk, 2006): 1. Studi literatur, meliputi kajian peraturan pemerintah mengenai bangunan dan kebencanaan. 2. Interview dan pengambilan foto tempat tidur di daerah Lampung dan Yogyakarta. Alasan kedua tempat tersebut menjadi lokasi pengambilan data adalah kedua daerah tersebut pernah diguncang gempabumi yang besar. 3. Perancangan model tempat tidur, meliputi modifikasi dan penyempurnaan desain dari model tempat tidur yang umum dipakai. 4. Penentuan bahan/material kayu 5. Pembuatan prototipe tempat tidur keselamatan/survival bed (TTK)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Model TTK (Hartono dkk, 2006) 2

Gambar 2. Kayu tenam (http://id.wikipedia.org/wiki/Mersawa_Tenam) Dalam prosen pembuatan survival bed (TTK) dilakukan beberapa kali perubahan untuk menyempurnakannya. Dalam hal pembuatan desain (Gambar 1), TTK mengacu kepada Pedoman Praktis Pembuatan Rumah Kayu Tahan Gempa yang diterbitkan oleh Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta (2006) dan dibuat disesuaikan dengan ukuran standar pasaran (Hartono dkk, 2006). Kayu yang dipilih untuk TTK adalah kayu kelas 1 didaerah Lampung, yaitu kayu tenam (Gambar 2). Masing-masing daerah di Indonesia memiliki kayu kelas 1 yang berbeda-beda. Mengapa dipilih kayu kelas 1, karena TTK dirancang dan dipersiapkan untuk menerima timpaan benda berat seperti batu bata, genteng, dan kayu lainnya.

3

Gambar 3. Prototipe TTK dengan atap dan dinding (Hartono dkk, 2006) Proses pembuatan TTK dimulai dengan penyambungan potongan kayu. Potongan kayu berukuran 8x8 cm dengan tinggi 1 m (Hartono dkk, 2006). Pada proses ini dipersiapkan pula plat siku besi dengan tebal 3 mm dan baud 8 mm. Setiap plat siku dibuat 4 lubang baud (Gambar 4). Kedua barang tersebut berfungsi untuk mengunci permanen sambungan potongan kayu (lihat Gambar 1). Agar TTK lebih aman dari jatuhan benda dari atas dan samping, dipersiapkan papan atap dan dinding setebal 3 mm (Hartono dkk, 2006). Papan atap dipasang di atas TTK sedangkan papan dinding dipasang di dinding depan kepala dan dinding salah satu sisi TTK (Gambar 3). Setelah melalui tahap pengujian, Hartono dkk, 2006 mengklaim papan setebal 3 mm mampu menahan benturan benda yang beratnya ratusan kilogram. Terakhir untuk pelengkap, TTk dipasang rak penyimpanan. Rak ini berfungsi untuk tempat persediaan barang-barang kebutuhan darurat ketika bencana gempabumi datang dan menghancurkan rumah. Rak tersebut berisi antara lain, makanan siap santap, air mineral, P3K, senter, HP, peluit (untuk memberi sinyal pertolongan), mantel hujan, alas kaki, dan dokumen penting. Perlengkapan dan peralatan yang disimpan di rak penyimpanan diusahakan untuk bisa bertahan hidup minimal 3 hari (Hartono dkk, 2006).

4

Gambar 4. TTK dengan rak penyimpanan (Hartono dkk, 2006) KESIMPULAN TTK adalah salah satu mitigasi struktural sebagai salah satu bentuk perwujudan UU No.24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana alam. TTK berfungsi sebagai salah satu solusi kepada masyarakat dan pengguna lainnya untuk menghindari jatuhnya korban jiwa jika bencana gempabumi datang. Dengan adanya TTK maka diharapkan tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap bencana gempabumi meningkat dan dapat memberi ketenangan kepada masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana gempabumi.

5

DAFTAR PUSTAKA Dirjen Cipta Karya, 2006, Pedoman Praktis Pembuatan Rumah Kayu Tahan Gempa, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Koswara, A., dan Santoso., 1995, Geologi rinci daerah Liwa Lampung Barat Sumatera Selatan skala 1:50.000, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, VI. Hartono, T., Sudarsono, Mulyadi, D., Usman, M., Junaedi, E., 2006, Tempat Perlindungan dari Bahaya Runtuhan Bangunan Akibat Gempabumi (Rancang Bangun Tempat Tidur: “Survival Bed”), Laporan Penelitian, UPT LUTPMB LIPI, Liwa, Lampung Barat Sieh, K., dan Natawidjaja, D.H., 2000, Neotectonics of the Sumatra Fault, Indonesia, Journal of Geophysical Research, 105, 28 295-28 326. UU No. 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Alam. http://id.wikipedia.org/wiki/Mersawa_Tenam diakses pada tanggal 26 September 2014.

6...


Similar Free PDFs