MAKALAH Muhkam Mutasyabih B PDF

Title MAKALAH Muhkam Mutasyabih B
Author Alma Amelia
Pages 20
File Size 2.6 MB
File Type PDF
Total Downloads 418
Total Views 774

Summary

MAKALAH ILMU MUHKAM MUTASYABIH Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah : Ulumul Qur`an Dosen pengampu : Misbakhuddin, Lc, M.Ag. Disusun oleh : 1. Ely Dian Uswatina (3118051) 2. Khoirul Mizan (3118058) 3. Alma Amelia (3118075) Kelas : IAT B JURUSAN ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHUL...


Description

Accelerat ing t he world's research.

MAKALAH Muhkam Mutasyabih B Alma Amelia

Related papers Muhkam wal mut asyabih(REVISI) Maruf Yusnain Makalah benar Aidil Abdullah Umul quran mukminia mukminia

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MAKALAH ILMU MUHKAM MUTASYABIH Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah : Ulumul Qur`an Dosen pengampu : Misbakhuddin, Lc, M.Ag.

Disusun oleh : 1. Ely Dian Uswatina (3118051) 2. Khoirul Mizan (3118058) 3. Alma Amelia (3118075)

Kelas : IAT B

JURUSAN ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN 2019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menyampaikan pesan dalam al-qur`an dengan berbagai cara dan bentuk dalalah baik yang jelas ataupun dengan cara yang samar (mubham). Di antara bentuk keduanya terdapat bentuk muhkam dan mutasyabih. Itu semua merupakan kerunia Allah subhanahu wa ta`ala kepada ummat manusia agar dapat memahami dengan elastis, syamil, dan komprehensif. Di antara gaya penyampaian al-qur`an terkadang menggunakan lafadz dan uslub yang berbeda-beda tetapi maknanya tetap satu, yaitu sebagian lafadz serupa dengan sebagian yang lain tetapi maknanya serasi dan cocok, tidak ada yang bersifat umum dan samar (mutasyabih) dan dapat memberikan peluang bagi para mujtahid dan cendekiawan untuk dapat mengembalikannya kepada yang tegas maksudnya dan disebut muhkam, mengembalikan yang samar kepada yang jelas maknanya, mengembalikan masalah cabang kepada masalah pokok, yang bersifat parsial kepada yang kulli. Ayat yang menjadi dasar adanya Muhkam dan Mutasyabih adalah ayat ke7 dari surat Ali-`Imran : َ َ‫ِى أ‬ ٌ ۭ ‫ﺸﺒِ ٰ َﮭ‬ ٌ ۭ َ‫ﺐ ِﻣ ْﻨﮫُ َءا ٰﯾ‬ َ ‫ﻧﺰ َل‬ ‫ﺖ ۖ ﻓَﺄ َ ﱠﻣﺎ ٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ﻓِﻰ ﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭ ْﻢ‬ َ ٰ َ‫ﺐ َوأ ُ َﺧ ُﺮ ُﻣﺘ‬ َ َ ‫ﻋﻠَ ْﯿﻚَ ٱ ْﻟ ِﻜ ٰﺘ‬ ِ َ ‫ﺖ ﱡﻣﺤْ َﻜ ٰ َﻤﺖٌ ھُﻦﱠ أ ُ ﱡم ٱ ْﻟ ِﻜ ٰﺘ‬ ٓ ‫ھ َُﻮ ٱﻟﱠﺬ‬ َ ٰ َ ‫َز ْﯾ ۭ ٌﻎ ﻓَﯿَﺘﱠﺒِﻌُﻮنَ َﻣﺎ ﺗ‬ ‫ﺳﺨُﻮنَ ﻓِﻰ‬ ِ ‫ﻟﺮ‬ ‫ﺸﺒَﮫَ ِﻣ ْﻨﮫُ ٱ ْﺑﺘِﻐَﺎ ٓ َء ٱ ْﻟ ِﻔﺘْﻨَ ِﺔ َوٱ ْﺑﺘِﻐَﺎ ٓ َء ﺗَﺄ ْ ِوﯾ ِﻠ ِۦﮫ ۗ َو َﻣﺎ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ ﺗَﺄ ْ ِوﯾﻠَ ٓﮫۥُ إِ ﱠﻻ ٱ ﱠ ُ ۗ َوٱ ٰ ﱠ‬ ۟ ُ‫ٱ ْﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ ﯾَﻘُﻮﻟُﻮنَ َءا َﻣﻨﱠﺎ ِﺑ ِۦﮫ ُﻛ ۭ ﱞﻞ ِ ّﻣ ْﻦ ِﻋﻨ ِﺪ َر ِﺑّﻨَﺎ ۗ َو َﻣﺎ ﯾَﺬﱠﻛ ُﱠﺮ إِ ﱠ ٓﻻ أ ُ ۟وﻟ‬ ‫ﺐ۝‬ ِ َ‫ﻮا ٱ ْﻷ َ ْﻟ ٰﺒ‬ “Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-qur`an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-qur`an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihaat. Adapun orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta`wilnya, padahal tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : “kami beriman kepada ayatayat yang mutasyabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”

B. Rumusan Masalah 1. Jelaskan yang dimaksud Muhkam dan Mutasyabih! 2. Apa saja Jenis-jenis Muhkam dan Mutasyabih? 3. Apa saja Sebab-sebab terjadinya Tasyabuh dalam al-Qur`an? 4. Bagaimana Pandangan dan Sikap Ulama` dalam menghadapi Ayat Mutasyabih? 5. Apa saja Hikmah Ilmu Muhkam dan Mutasyabih?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih Kata “muhkam” dan “mutasyabih” adalah bentuk mudzakar, digunakan untuk mensifati kata-kata yang mudzakkar, seperti ungkapan al-qur`an yang muhkam atau yang mutasyabih. Sedangkan kata “muhkamat” atau “mutasyabihat” adalah bentuk muannats untuk mensifati kata yang juga muannats, seperti surah dan ayat muhkamat atau mutasyabihat. Al-qur`an menampilkan kata “muhkam” yang terkait dengannya sebanyak tiga kali dalam bentuknya yang berbeda-beda, yaitu “muhkamat (QS. Ali-`imran[3]:7), uhkimat (QS. Hud[11]: 1), dan muhakkamah (QS. Muhammad [47]: 20). Sementara kata “mutasyabih” dalam berbagai ragam dan bentuknya dikemukakan sebanyak dua belas kali yang terpencar dalam beberapa surah dan ayat di dalam Al-Qur`an. Kedua kata tersebut memiliki beragam arti baik menurut etimologi maupun terminologi.1 Muhkam secara etimologis adalah sesuatu yang tidak ada perselisihan dan kekacauan di dalamnya, dan ada yang mengatakan bahwa Muhkam ialah sesuatu yang belum menjadi mutasyabih karena keterangannya sudah tegas dan tidak membutuhkan kepada yang lain. Muhkam merupakan derivasi dari kata ahkama yaitu atqana. Ahkama al-kalam berarti mengokohkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah.2 Dengan demikian Muhkam dapat berarti sesuatu yang dikukuhkan, jelas, fasih, dan bermaksud membedakan antara informasi yang hak dan yang bathil, serta memisahkan urusan yang lurus dari yang sesat.3 Al-qur`an seluruhnya muhkamah, jika yang dimaksud dengan kemuhkamahannya ialah susunan lafadz al-qur`an dan keindahan nazhamnya, sungguh sangat sempurna, tidak ada sedikitpun

1

Usman, ULUMUL QUR`AN, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm. 219-220. Mawardi Abdullah, ULUMUL QUR`AN, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014), hlm. 93. 3 Usman, ULUMUL QUR`AN................, hlm. 220.

2

terdapat kelemahan padanya, baik dari segi lafadz maupun maknanya.4 Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yakni: ‫ﯿﻢ َﺧ ِﺒﯿﺮ ۝‬ ّ ِ ُ‫ﺐ أُﺣْ ِﻜ َﻤﺖْ َءا ٰ َﯾﺘ ُ ۥﮫُ ﺛ ُ ﱠﻢ ﻓ‬ ٌ َ ‫ا ٓﻟﺮ ۚ ِﻛ ٰﺘ‬ ٍ ‫ﺼﻠَﺖْ ِﻣﻦ ﻟﱠﺪ ُْن َﺣ ِﻜ‬ “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (QS. Hud [11] : 1). Adapun mutasyabih secara etimologis berarti tasyabuh, yakni apabila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Syuhbah ialah keadaan dimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena kemiripan di antara keduanya. Mutasyabih secara bahasa berarti sesuatu yang menyerupai dari segala segi antara satu dengan yang lain.5 Mutasyabih juga terkadang dipadankan dengan mutamatsil dalam perkataan dan keindahan. Dengan ungkapan tasyabuh al-kalam dapat diartikan “kesamaan dan kesesuaian dalam perkataan, karena sebagiannya membenarkan sebagian yang lain dalam kesempurnaannya dan sesuai pula dengan makna yang dimaksudkannya.6 Dapat dikatakan bahwa seluruh Al-Qur`an adalah mutasyabihah, bahwa masing-masing kemutamatsilan (keserupaan atau sebanding) ayat-ayatnya, baik dalam bidang balaghah maupun dalam bidang i`jaz dan kesulitan kita memperlihatkan kelebihan sebagian sukunya atau yang lain.7 Dengan pengertian inilah yang dapat kita ambil berdasarkan firman Allah: ‫ﺸ ِﻌ ﱡﺮ ِﻣ ْﻨﮫُ ُﺟﻠُﻮ ُد ٱ ﱠﻟ ِﺬﯾﻦَ ﯾَ ْﺨﺸ َْﻮنَ َرﺑﱠ ُﮭ ْﻢ ﺛ ُ ﱠﻢ ﺗَ ِﻠﯿﻦُ ُﺟﻠُﻮ ُد ُھ ْﻢ‬ َ ‫ﺸ ِﺒ ۭ ًﮭﺎ ﱠﻣﺜَﺎﻧِ َﻰ ﺗَ ْﻘ‬ َ ٰ َ‫ﺚ ِﻛ ٰﺘ َ ۭﺒًﺎ ﱡﻣﺘ‬ ِ ‫ﺴﻦَ ٱ ْﻟ َﺤﺪِﯾ‬ َ ْ‫ٱ ﱠ ُ ﻧَ ﱠﺰ َل أَﺣ‬ ْ ُ‫ﺸﺎ ٓ ُء ۚ َو َﻣﻦ ﯾ‬ ‫ﻀ ِﻠ ِﻞ ٱ ﱠ ُ ﻓَ َﻤﺎ َﻟﮫۥُ ِﻣ ْﻦ َھﺎ ٍد ۝‬ َ ‫َوﻗُﻠُﻮﺑُ ُﮭ ْﻢ ِإﻟَ ٰﻰ ِذﻛ ِْﺮ ٱ ﱠ ِ ۚ ٰذَ ِﻟﻚَ ُھﺪَى ٱ ﱠ ِ َﯾ ْﮭﺪِى ِﺑ ِۦﮫ َﻣﻦ َﯾ‬ “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur`an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit 4

Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ILMU-ILMU AL-QUR`AN (Ulum al-Qur`an), (Semarang: PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2010), hlm. 158. 5 Mawardi Abdullah, ULUMUL QUR`AN........................, hlm. 93. 6 Usman, ULUMUL QUR`AN......................., hlm. 221. 7 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ILMU-ILMU AL-QUR`AN (Ulum al-Qur`an)..........., hlm. 158.

dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS. AzZumar [39] : 23) Secara epistemologi, para ulama berbeda pendapat dalam istilah muhkam dan mutasyabih. Muhkam yaitu lafadz yang artinya menunjukkan dalalah yang jelas dan pasti yang tidak memungkinkan untuk menta`wilkannya, ditakhsisikan, ataupun dinasakh. Pendapat lain sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi bahwa: 1. Muhkam adalah yang dapat diketahui maksudnya dengan nyata dan jelas maupun dengan cara ta`wil. Sedangkan mutasyabih adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah seperti kedatangan hari kiamat dan maksud dari huruf-huruf terpisah yang terdapat pada beberapa awal surah. 2. Muhkam adalah yang tidak dapat dita`wilkan kecuali hanya dengan satu penta`wilan saja, sedangkan mutasyabih adalah yang mungkin dapat dita`wilkan dengan banyak penta`wilan. 3. Muhkam adalah ayat yang menerangkan tentang faraidl, ancaman, dan harapan. Sedangkan mutasyabih adalah tentag ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah-kisah dan amstal. 4. Muhkam adalah lafadz yang tidak diulang-ulang. Sedangkan mutasyabih adalah sebaliknya. 5. Muhkamat adalah ayat-ayat yang tidak dinasakh, maka mutasyabihat adalah ayat-ayat atau ajaran-ajaran yang telah dinasakh. 6. Muhkam adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan halal dan haram, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat selain yang berkenaan dengan halal dan haram.8 Dari berbagai macam pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan muhkam adalah kekokohan lafadz ayat dan kemantapannya serta tidak akan terjadi perselisihan dan kekurangan dalam al-qur`an. Sedangkan yang dimaksud dengan mutasyabih adalah penyerupaan antara 8

Mawardi Abdullah, ULUMUL QUR`AN..............., hlm. 95.

bagian yang satu dari al-qur`an dengan bagian yang lain dalam hal kebenaran, ketepatan, dan i`jaznya. Lebih jelasnya mutasyabih adalah sesuatu yang telah diketahui artinya namun

mustahil untuk dikatakan sebagaimana yang

dimaklumi, seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta`aala.9 B. Jenis-jenis Muhkam dan Mutasyabih Muhkam dan Mutasyabih masing-masing dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu : 1) Muhkam a. Muhkam li dzatihi, yaitu muhkam yang semata-mata karena arti yang ditunjukinya itu tidak mungkin dapat dimansukhkan. Misalnya adalah keharusan beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta`ala semata dan berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam surat al-isra` ayat 23 : ‫ﺴﻨًﺎ ۚ إِ ﱠﻣﺎ ﯾَ ْﺒﻠُ َﻐﻦﱠ ِﻋﻨﺪَكَ ٱ ْﻟ ِﻜﺒَ َﺮ أَ َﺣ ُﺪ ُھ َﻤﺎ ٓ أَ ْو ِﻛ َﻼ ُھ َﻤﺎ ﻓَ َﻼ‬ َ ٰ ْ‫َوﻗَﻀ َٰﻰ َرﺑﱡﻚَ أ َ ﱠﻻ ﺗ َ ْﻌﺒُﺪ ُٓو ۟ا إِ ﱠ ٓﻻ إِﯾﱠﺎهُ َو ِﺑﭑ ْﻟ ٰ َﻮ ِﻟ َﺪﯾ ِْﻦ إِﺣ‬ ‫ف َو َﻻ ﺗ َ ْﻨﮭ َْﺮ ُھ َﻤﺎ َوﻗُﻞ ﻟﱠ ُﮭ َﻤﺎ َﻗ ْﻮ ۭ ًﻻ ﻛ َِﺮﯾ ًۭﻤﺎ ۝‬ ٍ ّ ۢ ُ ‫ﺗَﻘُﻞ ﻟﱠ ُﮭ َﻤﺎ ٓ أ‬ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya....” b. Muhkam li ghairihi, adalah ayat-ayat yang belum dinasakh pada zaman Rasulullah, sebagaimana dikemukakan oleh al-Baazdawi dalam Kasyf al-Asrar yang dikutip oleh al-`Aks, “ yang tidak dinasakh sehingga terputusnya wahyu dan Nabi telah wafat, maka ini dinamakan muhkam li ghairihi, jenis ini mencakup al-dzahir, al-nash, al-mufassar, dan almuhkam”, karena masing-masing belum terkena nasakh hingga muhkam yang disebabkan oleh terputusnya kemungkinan adanya nasakh. Artinya dianggap muhkam ini karena suatu lafadz yang menunjukkan atas keabadian berlakunya, sehingga tidak dapat dimansukhkan, atau muhkam karena faktor luar bila tidak dapatnya lafadz itu dinasakh bukan karena nash atau teks nya itu sendiri tetapi karena tidak ada nash yang menasakhnya. 9

Mawardi Abdullah, ULUMUL QUR`AN............., hlm. 96.

Contohnya yakni muhkam yang terdapat pada Q.S An-Nur [24]: 4; ۟ ُ‫ﺷ َﮭ َﺪآ َء ﻓَﭑﺟْ ِﻠﺪُو ُھ ْﻢ ﺛ َ ٰ َﻤﻨِﯿﻦَ َﺟ ْﻠ َﺪ ۭةً َو َﻻ ﺗ َ ْﻘﺒَﻠ‬ ۟ ‫ﺖ ﺛ ُ ﱠﻢ ﻟَ ْﻢ ﯾَﺄْﺗ‬ ‫ﻮا ﻟَ ُﮭ ْﻢ‬ ُ ‫ُﻮا ﺑِﺄ َ ْرﺑَﻌَ ِﺔ‬ ِ َ‫ﺼ ٰﻨ‬ َ ْ‫َوٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ﯾَ ْﺮ ُﻣﻮنَ ٱ ْﻟ ُﻤﺤ‬ ‫ﺴﻘُﻮنَ ۝‬ َ ِ َ‫ﺷ ٰ َﮭ َﺪةً أَﺑَ ۭ ًﺪا ۚ َوأ ُ ۟و ٰ ٓﻟَﺌِﻚَ ُھ ُﻢ ٱ ْﻟ ٰﻔ‬ “Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya.” Ayat ini menjelaskan bahwa tidak dapat menerima kesaksian orang yang berbuat jarimah qodzaf untuk selama-lamanya karena pada ayat tersebut disertai lafadz `abadan (selama-lamanya). Ketentuan tentang lafadz muhkam bila menyangkut hukum, yakni wajib. Juga tidak pula dipahami dari lafadz tersebut melalui alternatif lain, serta tidak mungkin pula dinasakh oleh dalil yang lain. 2) Mutasyabih a. Mutasyabih ayat yang terdapat dalam lafadz huruf berupa huruf-huruf pada permulaan beberapa surah dalam Al-Qur`an. b. Mutasyabih yang terdapat dalam mafhum ayat seperti yang terdapat pada ayat-ayat yang berbicara tentang sifat-sifat Allah.10 C. Sebab-sebab Terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur’an Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat-ayat mutasyabih tidak dapat diketahui takwilnya oleh siapapun kecuali Allah sendiri. Mereka menyatakan agar orang-orang tidak mencari-cari takwilnya dan menyerahkan persoalan itu kepada Allah Swt. Sedangkan orang yang mendalam ilmunya mereka berkata “Kami mengimaninya, semua datang dari Tuhan kami”. Sebagian yang lain ada yang beranggapan, bahwa orang-orang yang mendalam ilmunya dapat mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihat. Mereka mengatakan: pengetahuan Allah mengenai takwil ayat-ayat mutasyabihat itu dilimpahkan juga kepada orang-orang atau para ulama yang mendalam ilmunya. Sebab firman Allah yang diturunkan bagi mereka itu adalah pujian, kalau mereka tidak mengetahui maknanya, berarti mereka tidak berbeda dengan orang awam yang juga sama tidak faham betul dengan maknanya. 10

Mawardi Abdullah, ULUMUL QUR`AN........................, hlm. 96-97.

Dalam kaitannya dengan pandangan-pandangan yang telah diketahui dan dikemukankan oleh para ulama diatas dapat dikatakan, bahwa diantara sebab sebab terjadinya tasyabuh dalam al qur’an menurut hasil pengamatan dan penelitian para ulama yaitu disebabkan oleh kebersembunyian maksud Allah dari kalam-Nya itu. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa ketersembunyian itu dapat saja kembai kepada kesamaran lafal, kesamaran makna, dan kesamaran pada lafal dan makna sekaligus. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini dapat dipelajari sebagai berikut:11 1. Kesamaran pada lafal ayat Adanya sebagian ayat ayat mutasyabihat didalam al qur’an disebabkan oleh kesamaran pada lafal mufrod maupun murakab (yang tersusun dalam kalimat). Yang dimaksud dengan kesamaran pada lafal mufrad adalah adnya lafal tunggal yang maknanya tidak jelas, baik disebabkan karena gharib (asing) atau musytarak ( bermakna ganda). 2. Kesamaran pada makna ayat Kesamaran atau ketersembunyian yang terjadi pada makna ayat, umumnya adalah berupa ayat ayat mutasyabihat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah. 3. Kesamaran pada lafal dan makna ayat sekaligus Kesulitan memahami ayat-ayat mutasyabihat karena kesamaran atua ketersembunyian maksud, dan juga dapat terjadi lafal dan makna secara sekaligus, namun meski demikian kesulitan tersebut akan dapat teratasi apabila seseorang memiliki ‘’sarana’’ yang memadai untuk menyingkap maknanya yang tersirat dibali lafal dan maknanya yang tersurat itu, sebagai contoh dapat dijumpai dalam firman Allah yaitu al qur’an surat Al Baqarah : ayat 189:

۟ ُ ‫ﻮر َھﺎ َو ٰﻟَ ِﻜﻦﱠ ٱ ْﻟ ِﺒ ﱠﺮ َﻣ ِﻦ ٱﺗﱠ َﻘ ٰﻰ ۗ َوأْﺗ‬ ۟ ‫ْﺲ ٱ ْﻟ ِﺒ ﱡﺮ ِﺑﺄَن ﺗَﺄْﺗ‬ ُ ‫ُﻮا ٱ ْﻟﺒُﯿُﻮتَ ِﻣﻦ‬ ۚ ‫ﻮا ٱ ْﻟﺒُﯿُﻮتَ ِﻣ ْﻦ أَﺑ ٰ َْﻮ ِﺑﮭَﺎ‬ َ ‫َوﻟَﯿ‬ ِ ‫ظ ُﮭ‬ ۟ ُ‫َوٱﺗﱠﻘ‬ ‫ﻮا ٱ ﱠ َ ﻟَﻌَﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗ ُ ْﻔ ِﻠ ُﺤﻮنَ ۝‬

‘’Dan bukanlah kebaktian memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebaktian itu adalah kebaktian orang yang bertakwa, dan

11

Usman, ULUMUL QUR`AN......................................, hlm. 237.

masuklah kerumah rumah itu dari pintu pintunya dan bertakwalah kepada allah agar kamu beruntung’’. Dalam hubungannya kesamaran pada ayat-ayat tersebut, terdapat lima aspek yang terkait dengan hal itu, yaitu: a. Aspek kuantitas, baik yang berkaitan dengan masalah masalah yang umum maupun yang khusus. b. Aspek cara (Al Kaifiyah) yang termasuk dalam kategori ini adalah mengenai cara melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh agama atau kelaksanakan kesunahan. c. Aspek waktu, dalam hal ini kesamaran atau ketersembunyian terletak pada keumuman dari petunjuk yang dibawakan oleh ayat al Qur’an itu sendiri. d. Aspek tempat hal ini terkait erat dengan ketersembunyian atau kesamaran lafal dan makna yang terdapat pada ayat-ayat mutasyabihat. e. Aspek syarat adalah syarat dalam melaksanakan suatu kewajiban, baik mengenai ibadah maupun mu’amalah tidak dirinci dalam ayat ayat tersebut.12 D. Pandangan dan Sikap Ulama’ Dalam Menghadapi Ayat Mutasyabihat Banyak terjadi pro dan kontra diantara para ulama’ mengenai ayat-ayat mutasyabihat yang berasal dari cara memahami firman Allah SWT: َ َ‫ِى أ‬ ٌ ۭ ‫ﺸ ِﺒ ٰ َﮭ‬ ٌ ۭ َ‫ﺐ ِﻣ ْﻨﮫُ َءا ٰﯾ‬ َ ‫ﻧﺰ َل‬ ‫ﺖ ۖ ﻓَﺄ َ ﱠﻣﺎ ٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ﻓِﻰ ﻗُﻠُﻮ ِﺑ ِﮭ ْﻢ‬ َ ٰ َ‫ﺐ َوأ ُ َﺧ ُﺮ ُﻣﺘ‬ َ َ ‫ﻋﻠَ ْﯿﻚَ ٱ ْﻟ ِﻜ ٰﺘ‬ ِ َ ‫ﺖ ﱡﻣﺤْ َﻜ ٰ َﻤﺖٌ ھُﻦﱠ أ ُ ﱡم ٱ ْﻟ ِﻜ ٰﺘ‬ ٓ ‫ھ َُﻮ ٱﻟﱠﺬ‬ َ ٰ َ ‫َز ْﯾ ۭ ٌﻎ ﻓَﯿَﺘ ﱠ ِﺒﻌُﻮنَ َﻣﺎ ﺗ‬ ‫ﺳﺨُﻮنَ ﻓِﻰ‬ ِ ‫ﻟﺮ‬ ‫ﺸﺒَﮫَ ِﻣ ْﻨﮫُ ٱ ْﺑﺘِﻐَﺎ ٓ َء ٱ ْﻟ ِﻔﺘْﻨَ ِﺔ َوٱ ْﺑﺘِﻐَﺎ ٓ َء ﺗَﺄ ْ ِوﯾ ِﻠ ِۦﮫ ۗ َو َﻣﺎ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ ﺗَﺄ ْ ِوﯾﻠَ ٓﮫۥُ ِإ ﱠﻻ ٱ ﱠ ُ ۗ َوٱ ٰ ﱠ‬ ۟ ُ‫ٱ ْﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ َﯾﻘُﻮﻟُﻮنَ َءا َﻣﻨﱠﺎ ِﺑ ِۦﮫ ُﻛ ۭ ﱞﻞ ِ ّﻣ ْﻦ ِﻋﻨ ِﺪ َر ِّﺑﻨَﺎ ۗ َو َﻣﺎ َﯾﺬﱠﻛ ُﱠﺮ ِإ ﱠ ٓﻻ أ ُ ۟وﻟ‬ ‫ﺐ ۝‬ ِ ‫ﻮا ٱ ْﻷ َ ْﻟ ٰ َﺒ‬

“Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-qur`an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-qur`an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihaat. Adapun orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta`wilnya, padahal tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : “kami beriman kepada ayatayat yang mutasyabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak 12

Usman, ULUMUL QUR`AN................, hlm. 238.

mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 7) Madzhab Ulama’ Salaf mengatakan bahwa ayat mutasyabih itu tidak dapat diketahui takwilnya oleh siapapun kecuali Allah sendiri, serta diwajibkan atas setiap orang agar tidak mencari takwilnya dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. orang-orang berilmu mendalam hanya berkata: “Kami mengimaninya, semuanya datang dari Tuhan kami”.13 Menurut madzhab ini, waqaf dalam ayat tersebut terletak pada lafal ‫ َو َﻣﺎ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ ﺗَﺄ ْ ِوﯾﻠَ ٓۥﮫُ إِ ﱠﻻ ٱ ﱠ‬Karena tidak ada yang dapat mengetahui makna yang tersirat. Begitupula, pada lafal ‫ﺳﺨُﻮنَ ِﻓﻰ ٱ ْﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ ﯾَﻘُﻮﻟُﻮنَ َا َﻣ ﱠﻨﺎ‬ ِ ‫ﻟﺮ‬ ‫ َوٱ ٰ ﱠ‬... adalah huruf Isti’naf (permulaan). Sehingga, orang-orang berpengetahuan mendalam pun tidak mampu mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihat itu, namun cukup dengan menyerahkan maknanya kepada Allah SWT. Dengan dasar ini, madzhab salaf disebut juga Madzhab Mufawwidlah atau Tafwidl yang kebanyakan merupakan golongan sahabat, tabiin, tabi al-tabiin serta generasi setelah mereka.14 Alasan pendapat ini didasari oleh: 1) Riwayat al-Hakim dalam kitab al-mustadrak yang bersumber dari Ibnu Abbas dan dinukil oleh Manna al-Qaththan dalam al-Mabahits nya, bahwa Ibnu Abbas membaca ayat tersebut demikian: ‫وﻣﺎ ﯾﻌﻠﻢ ﺗﺄوﯾﻠﮫ اﻻﷲ و"ﯾﻘﻮل" اﻟﺮاﺳﺨﻮن ﻓﻰ اﻟﻌﻠﻢ اﻣﻨﺎﺑﮫ‬ 2) Ayat tersebut mencela orang-orang yang “mengikuti” ayat-ayat mutasyabihat dan menyatakan bahwa mereka cenderung sesat dan mencari fitnah. Sebaliknya, dalam ayat yang sama justru memuji orangorang yang menyerahkan pengetahuan tersebut kepada Allah.15 Menurut Ibnu al-Shalih, sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthy didalam al-Itqan, para pendahulu, pemuka umat, imam ahli fiqih dan imam ahli hadits juga menggunakan cara ini, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang mengelak dari kenyataan yang terdapat pada ayat tersebut.

13

Shubhi al-Shalih, Mabahits fi Ulum al-Quran, (Beirut: Dar al-ilmi li al-Milayin, 1972), hlm. 283. Shubhi al-Shalih, Mabahits fi Ulum al-Quran........................., hlm. 284. 15 Jalaludin al-Suyuthy, al-Itqan fi Ulum al-Quran, (Beirut: Syirkah Maktabah al-Babi al-Halabi, 1951), hlm 2-3. 14

3) Riwayat Zubair Ibn Abi Abdir Rahman, mengenai maksud ayat: ‫ﺳﺘَ َﻮ ٰى۝‬ َ ُ‫ﻟﺮﺣْ ٰ َﻤﻦ‬ ْ ‫ﻋﻠَﻰ ٱ ْﻟ َﻌ ْﺮ ِش ٱ‬ ‫ٱ ﱠ‬ “(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy”. (QS. Thaha: 5) Kemudian ia berkata: ‫اﻻﯾﻤﺎن ﻏﯿﺮ ﻣﺠﮭﻮل واﻟﻜﯿﻒ ﻏﯿﺮ ﻣﻌﻘﻮل وھﻮ ﻣﻦ اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ وﻋﻠﻰ اﻟﺮﺳﻮل اﻟﺒﻼغ اﻟﺒﯿﻦ وﻋﻠﯿﻨﺎ‬ ‫اﻟﺘﺼﺪق‬ “Mengimani hal it...


Similar Free PDFs