Makalah Pancasila Pancasila Sebagai Etika PDF

Title Makalah Pancasila Pancasila Sebagai Etika
Author Ida Aprilianti
Pages 23
File Size 280.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 819
Total Views 922

Summary

Makalah Pancasila Pancasila Sebagai Etika Disusun O L E H Kelompok 5 Nama : 1. Ida Aprilianti 2. Anggi Febrianda 3. Dedi Irawan Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik Prodi : Ilmu Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Bengkulu 1 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lag...


Description

Makalah Pancasila Pancasila Sebagai Etika

Disusun O L E H Kelompok 5 Nama

:

1. Ida Aprilianti 2. Anggi Febrianda 3. Dedi Irawan

Fakultas

:

Ilmu Sosial dan Politik

Prodi

:

Ilmu Administrasi Publik

Universitas Muhammadiyah Bengkulu 1

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tak lupa pula kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila yang membahas tentang “Pancasila Sebagai Etika”. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Sazili, Drs, M.pd selaku dosen mata kuliah Pancasila di umiversitas muhammadiyah yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Adapun makalah Pancasila Sebagai Etika ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Peranan Pancasila Sebagai Etika di Indonesia, khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ................................................................................................ 3 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

A. Latar belakang .................................................................................. 4 B. Rumusan masalah............................................................................. 5 C. Tujuan .............................................................................................. 5 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6

A. Pengertian Etika ............................................................................... 6 B. Norma Etik Bersumberkan Pancasila ............................................... 8 C. Kode Etik Profesi ........................................................................... 15 D. Pengamalan Subjektif Norma Etik ................................................. 21 BAB III PENUTUP .......................................................................................................22

A. Kesimpulan .................................................................................... 22 B. Saran ............................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 23

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hubungannya dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika. Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem nilai yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi : Norma moral

: Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut

baik dan buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila Norma hukum : Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.

4

B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas, muncul beberapa rumusan masalah yang menarik untuk dikaji 1. Apakah pengertian dari etika 2. Norma etik bersumberkan Pancasila 3. Kode etik profesi 4. Pengalaman subjektif terhadap norma etik

C. Tujuan 1. Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem Etika. 2. Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai dengan Sila dalam Pancasila. 3. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika. 4. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.

5

BAB II PANCASILA SEBAGAI ETIKA

A. Pengertian Etika Kata etika yang secara etimologis dari kata yunani ethos secara harfifah berarti adat kebiasaan. Watak atau kelakuan manusia. Dalam KBBI, etika di artikan sebagai ilmu tantang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Pengertian etika bias bias beragam menurut para ahli, namun dapat di klasifikasikan ke dalam 3 makna (sudarminta, 1997); makna etika yang pertama adalah sebagai sistem nilai. Kata etika di sini berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangaan hidup atau sebagai pedoman penilaian baik buruknya prilaku manusia, baik secara individu maupun social dalam suatu masyarakat. Makna ini misalnya di gunakan dalam etik jawa, etik protestan, dan sebagainya. Makna yang kedua adalah kode etik, yang mana merupakan kumpulan norma dan nilai moral yang wajib di perhatikan oleh pemegang profesi tertentu. Meurut bertens (2000), kata etika dapat di artikan sebanyak 3 jenis yang pertama 1. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok yan mengatur tingka lakunya. Hal ini biasa di artikan sebagai sistem nilai yang befungsi dalam hidup manusia perorangan maupun staf social. 2. Etika di artikan sebagai kumpulan asas dan moral yaitu kode etik. 3. Etika berate ilmu tentang yang baik atau buruk. Selain etika, di kenal juga dengan istilah etiket, yang berasal dari bahasa prancis, etiquette, eika berarti moral namun etiket adalah sopan santun,dinyatakan bahwa 1. Etiket menyangkut cara sesuatu perbuatan yang harus di lakukan manusia, sedangkan etika tidak terbatas pada cara di lakukannya sesuat perbuatan, etika member norma pada perbuatan itu sendiri . 2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. 3. Etiket bersifat relative, sedangkan etika bersifat absolute. 4. Etiket berarti memandang manusia hanya dari segi lahiriahnya, sedangkan etika menyangkutkan manusia dari segi dalam.

1. Macam-macam etika atau filsafat moral Etika sebagai filsafat moral adalah salah satu cabang ilmu yang secara filsafat yang secara khusus mengkaji prilaku manusia dari segi baik buruknya atau benar salahnya. Secara umum dapat di bedakan dua cabang besar etika: 

Etika umum adalah etika yang menyajkan beberapa pengertian dasar dan pengaji beberapa permasalahan pokok dalam filsafat moral.

6



Etika khusus adalah etika yang membahas beberapa permasalahan moral dalam bidang bidang khusus.

a. Etika deskriptif Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif memelajari moralitas yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu. Etika ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi, sosiologi, psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris, bukan filsafat. b. Etika normatif Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif: memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa sesuatu dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum yang memermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan prinsip-prinsip etis ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah kedokteran, penelitian. Etika khusus disebut juga etika terapan. c. Metaetika Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

2. Aliran-aliran dalam filsafat moral a. Etika keutamaan kata lain adalah etika kebajikan berdefinisi teori yang mempelajari keutamaan(virtue), keutamaan adalah suatu disposisi batin yang besifat tetap sebagai akibat suatu latihan dan kebiasaan untuk berbuat baik. Keutamaan merupakan cirri-ciri keluhuran watak yang secara moral pantas di ajukan kepada seiap orang dan di kejar olehnya. Etika keutamaan meletakkan tekanan dan focus perhatiannya pada pribadi pelaku tindakandan kualitas watak pribadi tersebut. Aristoteles mengatakan arête di mana berbahasa yunani yang berarti keutamaan ,ada kaitannya dengan keunggulan (excellence)serta di pakai untuk menunjukan bahwa seseorng bias melaksanakan fungsi pokok nya dengan baik.keutamaan moral adalah cirri-ciri watak manusia yang secara umum di junjung tinggi dan di miliki seorang berkat latihan atau pembiasaan berbuat baik. Beberapa watak yang terkandung dalam nilai keutamaan di antaranya adalah baik hati, kasatria, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati, bernalar, percaya diri, penguasaaan diri, sadar, suka bekerja sama, berani, santun, jujur, terampil, adil, setia, bersahaja, disiplin, mandiri, bijak sana, peduli dan toleran.

7

b. Etika deontology Etika deontology adalah teori yang membicarakan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukan membicarakan tujuan atau akibat dari etika deontology dalam member tekanan dan focus perhatiannya pada prinsip-prinsip yang mendasari tindakan, dan mengajarkan bahwa sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang relevan untuknya Kata deon berasal dari yunani yang artinya berkewajiban yang merupakan inti dari teori ini dan mengasumsi bahwa orang orang bertindak secara moral bila mengikuti aturan yang benar atau baik imperatif kategoris merupakan perintah yang tidak bersyarat dan mutlak dimana di simbolkan dengan perkataan „‟bertindak secara moral‟‟ dimana perkataan itu tidak mengandung perintah(command) tetapi secara moral yang dating dari diri sendiri, tidak bersyarat, bersifat mutlak, dan merupakan realisasi dari rasio (budi) praksis (zubaidi). c. Etika teleology Etika teleology adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tintakan. Etika teleology menganggap nilai moral dari suatu tindakan di nilai berdasarkan pada jauh mana tindakan tersebut mencapai tujuannya. Etika ini juga menganggap bahwa kebenaran dan kesalahan suatu tindakan di nilai dari tujuan akhir yang di inginkan. Aliran-aliran ini meliputi eudaemonisme, hedonism, dan utilitarianisme.

B. NORMA ETIK BERSUMBERKAN PANCASILA Sunoto (1982) memberikan pengertian etika pancasila sebagai filsafat moral atau filsafat kesusilaan yang berdasar atas kepribadian, ideologi, jiwa dan pandangan hidup berbangsa Indonesia. Etika pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila pancasila untuk mengatur prilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Di dalam etika pancasila mengandung nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk prilaku manusia di Indonesia dalam semua aspek pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan, meskipun corak keduanya mainstream yang lain. Namun menurut notonagono, etika keutamaan lebih dominan karena etika pancasila cerminan dalam empat tabit saleh atau kebajikan, yaitu kebijakan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Pancasila sebagai dassar filsafat tercantum dalam undang 1945 di dalam pembukaan memiliki implikasi etis, yakni sebagai sumber norma etik, yang bersumber dari pemikiran mendalam terhadap nilai dasar pancasila. 1. Nilai pancasila sebagai sumber norma etik Nilai nilai yang tertuang dalam pancasila menjadi inspirasi sekaligus pegangan hidup dlam mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa. Namun demikian, nilai tidak bersifat opersional dan belum konkret. Agar dapat bersifal operasional dan menjad 8

pedoman hidup, nilai di wujudkan ke dalam norma. Norma atau kaidah itulah yang bersifat operasional dan menjadi pegangan atau panduan hidup dalam bersikap dan berperilaku.  Ketuhanan yang maha esa Nilai dasar yang tertuang dalam sila pertama pancasila adalah nilai ketuhanan. Dimana yang menyangkut pada keyakinan dan kepercayaan yan di miliki oleh bangsa ini. Agama merupakan salah satu sumber moralitas (sudaryanto 20017) aspek etis yang tercermikan dari sila pertama pancasila adalah jaminan bagi setiap penduduk untuk mengidentifikasi dirinya berdasarkan keyakian atau agama tertentu. Setiap individuberhak menyatakan dirinya berdasar keyakinan yang ia percayai.  Kemanusiaan yang adil dan beradap Didalam sila ini menunjukan bahwa kedudukan manusia yang sederajat dan bermartabat. Manusia di tempatkan di dalam kedudukan yang terhormat. Kemanusiaan menyakut segala unsure yang melekat pada diri manusia sebagai mahluk monopluralis (notonagono1980). Dan didalam nya melekat atribut adil dan beradab yang mempertegas orientasi kemanusiaan berdasar pancasila. Dalam hal ini pemerintah harus menjamin setiap usaha mamanusiaakan manusia dalam kerangka mewujudkan sosok manusia yang adil dan beradab.  Persatuan Indonesia Persatuan mengikat selruh perbedaan yang niscaya dalam bangsa ini. Persatuan juga merupakan modalitas utama dalam mengintegrasikan seluruh kepentingan di bawah paying kebangsaaan. Pemerintah dan rakyat harus secara sadar menjaga dan memelihara kohesivitas yang melekatkan entitas bangsa ini dalam satu bingkai kebangsaan.  Kerakyatan yang di pimpin oleh kebijaksanaan dan permusyawaratan Menepatkan masyarakat sebagai nilai universal yang melengkapi sila sebelumnya. Nilai kerakyatan menegaskan bahwa orientasi sesungguhnya dari keberadaan bangsa ini harus bermuara pada kepentingan rakyat. Rakyat adalah kekuatan terbesar yang menentukan harapan dan cita-cita bangsa. Pemerintah harus mengupayakan optimalisasi potensi kekuatan rakyat sebagai penompang keberlangsungan bangsa. Dan pemerintah harus menginsyafi kenyataan bahwa rakyat adalah subjek dan bukan objek. Konsekuensi perlakuan rakyat sebagai ojek oleh pemerintah bias di pandang tidak etis (sudaryanto2017).  Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

9

Sila kelima ini memuat nilai keadilan social yang ditujukan bagi seluruh bangsa indonesia. Keadilan sosial menjamin pemerataan. 2. Etika Pancasila dalam Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1978 Dalam kedudukan sebagai dasar filsafat negara, maka nilai nilai Pancasila harus dijabarkan kedalam norma yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Ada dua norma dalam hidup bernegara, yakni norma hukum dan norma moral atau etik (Kaelan, 2013). Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa nilai pancasila perlu diderivasikan kedalam norma hukum dan norma etik bernegara. Pancasila menjadi sumber norma hukum adalah implikasi yuridis dari pancasila dasar filsafat negara. Pancasila menjadi sumber norma etik adalah implikasi etis dari pancasila dasar filsafat negara. Dalam kaitannya dengan etika, maka nilai pancasila menjadi sumber norma etik bernegara. Nilai pancasila terjabarkan kedalam norma etik bernegara. Nilai pancasila terjabarkan kedalam norma etik bernegara. Dalam pengalaman sejarah bernegara diindonesia, ketetapan MPR No. II/MPR/1978 Tentang penghayatan dan pengalaman pancasila atau ekaprasetya pancakarsa dapat dipandang sebagai contoh norma etik bernegara. Pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila berisis butir butir pengalaman dari sila sila pancasila yang dimaksudkan sebagai pedoman untuk dijadikan penuntun atau pegangan terhadap sikap dan tingkah lakubagi setiap manusia indoensia dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan pula bahwa P4 bukan merupakan tafsir pancasila dasar negara. Tafsir pancasila dasar negara adalah sebagaimana termuat dalam UUD 1945 yang berisikan norma hukum. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa butir butir P4 merupakan norma etik dari pada sila sila pancasila.. Butir Butir norma sila pancasila : 1.

Ketuhanan Yang Maha Esa 1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing yang adil dan beradab. 3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

10

7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. 2.

Kemanusiaan yang adil dan beradab 1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. 3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia 4) Mengembangkan sika saling tenggang rasa dan tea selira 5) Mengembangkan sika tidak semena-mena terhadap orang lain 6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan 7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan 8) Berani membela kebenaran dan keadilan 9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia 10) Mengembangkan sikap hormat menghoarmati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3.

Persatuan Indonesia 1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. 2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentinga negara dan bangsa apabila diperlukan 3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa 4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia 5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika 7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia me...


Similar Free PDFs