Makalah Presentasi KEL 1 PDF

Title Makalah Presentasi KEL 1
Author Pramesti Rizma Dita Safitri
Course Sosiologi Ekonomi
Institution Universitas Brawijaya
Pages 15
File Size 222.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 79
Total Views 897

Summary

SOSIOLOGI EKONOMI“BAB 3: PRODUKSI”Kelompok 1: Destamara Dinda Alieffia 165040100111084 Elis Nur Haslinda 175040100111010 Hafizh Firmansyah Hariadi 175040100111028 Fikri Fadhlurrohman 175040100111038 Muhammad Musthofa Akhyar 175040100111042 PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJ...


Description

SOSIOLOGI EKONOMI “BAB 3: PRODUKSI”

Kelompok 1: 1. Destamara Dinda Alieffia

165040100111084

2. Elis Nur Haslinda

175040100111010

3. Hafizh Firmansyah Hariadi

175040100111028

4. Fikri Fadhlurrohman

175040100111038

5. Muhammad Musthofa Akhyar

175040100111042

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2 BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................3 BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................4 2.1 Pengertian Produksi........................................................................................4 2.2 Fokus Kajian Sosiologi tentang Produksi......................................................4 2.3 Pandangan Para Ahli......................................................................................5 2.4 Produksi untuk Digunakan versus Produksi untuk Dijual..............................7 2.5 Produksi Sepanjang Sejarah Umat Manusia..................................................8 2.6 Produksi Pada Masyarakat Kapitalis Dan Pascakapitalis...............................8 BAB 4. PENUTUP................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

2

BAB 1 PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk hidup tentunya membutuhkan makan dan minum guna mempertahankan kelangsungan hidup. Untuk itu, manusia harus bekerja, banting tulang tiap harinya demi mendapatkan uang. Uang tersebut yang dipergunakan membeli kebutuhan hidup, baik sandang, papan, maupun pangan. Manusia dikatakan hidup sejahtera ketika sudah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, seorang kepala keluarga yang sudah mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam melakukan kegitan ekonomi, manusia berusaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat. Kegiatan ekonomi merupakan gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Cara yang dimaksud tersebut berkaitan dengan semua aktifitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang-barang ataupun jasa-jasa langka. Kegiatan produksi adalah kegiatan yang prosesnya dapat menghasilkan barang dan jasa. Barang dan jasa merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi manusia baik secara individu maupun dalam hidup berkelompok.

3

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Produksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produksi diartikan sebagai proses pengeluaran hasil; menghasilkan sesuatu.

Produksi mencakup segala

kegiatan, termasuk proses yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan pembuatan. Secara umum, produksi adalah semua kegiatan yang menghasilkan atau meningkatkan nilai guna suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Assauri (2008) menyebutkan

produksi sebagai suatu kegiatan atau

proses yang menstransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produksi tersebut. 2.2 Fokus Kajian Sosiologi tentang Produksi Seperti yang diterangkan mengenai pandangan dari tiga tokoh teori yaitu Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber, produksi dapat dipahami sebagai suatu proses yang diorganisasi secara sosial dimana barang dan jasa diciptakan. Terkait dengan hal tersebut, adapun fenomena produksi yang menjadi fokus kajian sosiologi adalah sebagai berikut. 

Kerja (ideologi, nilai, sikap, motivasi dan kepuasan)



Faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, kapital, dan organisasi)



Pembagian kerja



Cara-cara produksi



Hubungan-hubungan produksi



Proses

teknologis

(instrument,

pengetahuan,

jaringan

operasi,

kepemilikan) 

Alienasi



Teknologi dan kerja



Pendidikan, teknologi dan kerja

4

2.3 Pandangan Para Ahli 1. Karl Marx Karl Heinrich Marx merupakan seorang filsuf ekonomi dan sosiologi yang memiliki teori tentang adanya kelas sosial dalam masyarakat. Karl marx menjelaskan bahwa manusia harus melalui sebuah proses tindakan produkstif (bekerja) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam upaya untuk mengefektifkan kerjanya, maka dituntut untuk saling bekerjasama (Mulyanto, 2011). Menurut Marx masyarakat terbagi kedalam 2 kelas utama yang saling berhadapan dalam tatanan ekonomi kapitalis yaitu borjuis dan proletar. Borjuis adalah masyarakat yang memiliki sarana produksi dan pembeli tenaga kerja, sedangkan masyarakat proletar adalah sekelompok orang yang tidak memiliki sarana produksi sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat proletar menjual tenaga kerjanya. Masyarakat borjuis dapat dikatakan pula sebagai masyarakat kapitaslis yang mana dalam mendapatkan uang dengan uang. Dalam hal ini masyarakat kapitalis perlu melakukan kerjasama dengan proletariat dengan cara membeli tenaganya untuk dipekerjakan. Prinsip ekonomi kapitalis sendiri yaitu dengan mengeluarkan modal seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang mkasimal. Sehingga menimbulkan kecenderungan masyarakat borjuis untuk membeli tenaga proletar dengan harga yang murah. sistem kapitalis mememiliki dua keuntungan (bagi pengusaha) dari sistem produksinya. Pertama, melalui jam kerja yang berlebihan yang sebenarnya adalah hak buruhKedua, kapitalis menyatakan bahwa harga jual adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha (kapitalis). Dengan demikian buruh tidak menikmati keuntungan apapun, karena keuntungan itu langsung menjadi hak pengusaha (Bahari, 2010). 2. Emile Durkheim Emile Durkheim memberikan pandangan mengenai solidraitas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Durkheim melihat bahwa masyarakat mulai berkembang dari masyarakat sederhana menuju

5

masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi perhatian

Durkheim

dalam

perkembangan

masyarakat

adalah

bentuk

solidaritasnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas yang berbeda dengan bentuk solidaritas pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana cenderung merasa bersatu dalam komunitas karena merasa semua orang adalah sama, yang dapat mempersatukan orang-orang dengan sebuah kelompok adalah karena mempunyai sebuah kegiatan yang sama dan juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sama. Sementara masyarakat modern merasa bahwa dia bersatu dalam suatu komunitas atau kelompok dikarenakan ada sebuah pembagian kerja dimana setiap orang mempunyai posisi yang berbeda dalam suatu komunitas tetapi mempunyai ketergantungan yang tinggi antar sesama anggotanya. Untuk melihat perbedaan tersebut Durkheim membagi solidaritas menjadi dua tipe yaitu mekanik dan organik (Ritzer, 2012). Tabel 1. Perbedaan solidaritas mekanik dan solidaritas organik Pembagian kerja Kesadaran kolektif Hukum dominan Individualitas Konsensus terpenting Penghukuman Saling ketergantungan Komunitas Pengikat

Solidaritas Mekanik Rendah Kuat represif Rendah Pola normative Komunitas terlibat Rendah Primitif Kesadaran kolektif

Solidaritas Organik Tinggi Lemah Restitutif Tinggi Nilai Abstrak dan Umum Badan control sosial Tinggi Industri perkotaan Pembagian kerja

Terjadinya perubahan dari solidaritas mekanik menjadi solidaritas organik sangat mungkin terjadi, hal demikian dapat disebabkan karena adanya pertambahan penduduk serta kepadatan moral yang menimbulkan interaksi dan akhirnya berdampak pada persaingan yang ketat, maka dari itu masayarakat dipaksa untuk melakukan pembagian kerja secara terspesialisasi (Damsar dan Indrayani, 2016).

6

3. Max Weber Karl Marx merupakan seorang ilmuwan sosiologi yang lahir di Jerman. Karya Max Weber yang paling terpenting adalah The Protestan Etnic and the Spirit of Capitalisme. Dalam teorinya, Weber menjelaskan peran dan fungsi agama terhadap bangkitnya kapitalisme modern. Perkembangan kapitalisme moderen sangat terdorong oleh adanya sesuatu yang disebut semangat kapitalisme. Semangat kapitalisme bukan esensi kapitalisme sebagai sistem ekonomi, tetapi suatu sikap mental yang memungkinkan kapitalisme modern. Semangat kapitalisme adalah sikap mencari keuntungan secara rasional dan sistematis (Narwoko, 2004). Analisanya

mengenai

etika

protestan

serta

pengaruhnya

dalam

meningkatkan pertumbuhan kapitalisme. Hal tersebut menunjukkan pentingnya kepercayaan agama serta nilai dalam membentuk pola motivasional individu serta tindakan ekonominya. Pengaruh agama terhadap pola perilaku individu serta bentuk-bentuk organisasi sosial juga dapat dilihat dalam analisa perbandingannya mengenai

agama-agama dunia

yang

besar.

Keseluruhan

pendekatannya

menekankan bahwa antara ideal agama dan kepentingan ekonomi sebenarnya bersifat saling tergantung. Dengan kata lain, hubungannnya itu bersifat timbal balik, termasuk saling ketergantungan antara protestantisme dan kapitalisme. Dalam perkembangan kapitalisme modern, menuntut untuk pertumbuhan modal, menuntut kesediaan untuk tunduk pada disiplin perencanaan yang sistematis, bekerja secara teratur dalam suatu pekerjaan, serta untuk tujuan-tujuan di masa mendatang. Damsar dan Indrayani (2016), memaparkan teori Weber bahwa pemeluk agama protestan mempercayai kesuksesan dan kesejahteraan yang dihasilkan oleh pekerjaan merupakan tanda terpilihnya dalam keselamatan abadi. Sehingga pekerjaan dianggap sebagai panggilan suci dan menjadikan motivasi untuk setia terhadap pekerjaan. 2.4 Produksi untuk Digunakan versus Produksi untuk Dijual Produk yang dihasilkan oleh suatu usaha akan menghasilkan dua jenis nilai yang berbeda. Nilai tersebut adalah nilai guna dan nilai tukar. Nilai guna adalah nilai suatu barang yang memberikan manfaat ketika digunakan. Contoh dari nilai guna bisa kita lihat pada sepeda motor. Kegunaan sepeda motor adalah

7

sebagai alat transportasi, sehingga seorang mudah dalam bergerak ke suatu lokasi. Nilai kedua adalah nilai tukar, yaitu nilai suatu barang yang akan didapat jika barang tersebut ditukar dengan barang lain. Contoh nilai tukar adalah menjual sepeda motor yang kita punya dengan harga Rp 10.000.000,-. 2.5 Produksi Sepanjang Sejarah Umat Manusia Pada bagian ini sejarah produksi dibagi menjadi tiga bentuk masyarakat. Tiga bentuk tersebut adalah masyarakat prakapitalis, kapitalis, dan pasca kapitalis. Pembahasan masyarakat kapitalis dan pascakapitalis tidak dipisah karena memiliki basis yang sama. Berikut merupakan penjelasan bentuk masyarakat:  Produksi pada Masyarakat Prakapitalis Masyarakat prakapitalis menganggap bahwa barang yang diproduksi adalah barang yang dikonsumsi, dan tidak dapat ditukarkan dengan barang lain. Pada masyarakat ini sistem ekonomi yang dipakai adalah produksi untuk di pakai (Production-for-use economy). Tapi bukan berarti di masa ini tidak terjadi perdagangan. Pada masa ini perdagangan di anggap sebagai tradisi atau otoritas politik. Terdapat 2 jenis masyarakat pada masa ini. Pertama adalah masyarakat yang belum tersentuh revolusi pertanian dan yang sudah tersentuh revolusi pertanian. Masyarakat yang belum tersentuh revolusi pertanian hidup berpindah, berkelana mencari makanan, meramu, berburu dan pertanian sederhana. Masyarakat yang sudah tersentuh revolusi pertanian hidupnya menetap, membuat pemukiman atau desa dan biasa disebut masyarakat agraris. Pada masyarakat ini terdapat sistem kepemilikan dan berkembangnya teknologi seperti sistem irigasi, dan peralatan pertanian seperti cangkul. 2.6 Produksi Pada Masyarakat Kapitalis Dan Pascakapitalis Masyarakat kapitalis merupakan masyarakat yang dalam melakukan kegiatan ekonomi ditujukan untuk pasar dan untuk menghasilkan laba serta untuk mengakumulasi modal melalui pertukaran. masyarakat kapitalis dibangun diatas ekonomi pasar yaitu sistem ekonomi yang didalamnya dikontrol, diawasi, dan diatur serta diarahkan oleh pasar itu sendiri. Sedangkan pengertian dari kapitalis itu sendiri adalah suatu paham yang membebaskan pihak swasta untuk berperan dalam roda perekonomian suatu negara. Pihak swasta ini biasanya adalah suatu 8

perusahaan atau perorangan yang memiliki modal besar. Baik modal berupa dana atau sumber daya lainnya. Dengan begitu, pemerintah tidak bisa melakukan intervensi pasar untuk mendapatkan keuntungan bersama. Perbedaan masyarakat kapitalis dan masyarakat pasca kapitalis terdapat pada landasan ekonomi industry yang berdasarkan pada fordisme dan pasca fordisme, karena pada konsep ini masyarakat kapitalis berhubungan dengan sistem fordisme dan sedangkan masyarakat pasca kapitalisme sangat berhubungan dengan sistem pasca fordisme (Damsar & Indrayani,2009). A. Sistem Fordisme Fordisme adalah sistem ekonomi yang bersifat produksi massal atas barangbarang konsumen yang bersifat tahan lama. Teknik yang digunakan dalam produksi ini adalah dengan membuat barisan massif pekerja semi-skill. Pertumbuhan ekonomi yang stabil secara makroekonomi dalam sebuah perekonomian yang relatif tertutup. Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam korporasi-korporasi besar, monopoli atas harga, mengakui keberadaan serikat (buruh) dan keterlibatan negara dalam menangani konflik antara modal dan buruh. Terkait hal ini terdapat pandangan dari George Ritzer dan Douglas J. Goodman (2003) dan George Ritzer (2002) sebagai berikut: a) Produksi massal untuk produksi sejenis Suatu perusahaan atau produsen yang memproduksi dan membuat suatu produk yang homogen atau sejenis baik untuk di pasarkan secara regional, nasional maupun secara global. b) Penggunaan teknologi yang tidak fleksibel Teknologi yang menjadi ciri khas dari sistem ini salah satunya adalah teknologi jalur perakitan (assembly line ), yaitu suatu sistem teknologi semi otomatis simana setiap jalur memiliki spesifikasi pekerjaan dan keterampilan tertentu. c) Adopsi rutinitas kerja standar Semua pekerja hanya memiliki suatu kemampuan atau keterampilan kerja yang tertentu dan terstandar. d) Peningkatan produktivitas berasal dari ekonomi skala serta penghapusan skill, intensifikasi, dan homogenitas kerja

9

e) Pertumbuhan pasar bagi

item produksi

massal, yang menimbulkan

homogenisasi pola konsumsi f) Meningkatnya pekerja massal dan serikat pekerja yang birokratis g) Negosiasi serikat pekerja mengenai keseragaman upah berkaitan erat dengan keuntungan dan produktivitas h) Kenaikan permintaan atas kenaikan suplai produk yang diproduksi secara massal, berkaitan dengan unionisasi, menyebabkan kenaikan upah i) Pasar untuk produk dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi Keynesian dan pasar untuk tenaga kerja ditangani melalui persetujuan kolektif yang diatur pemerintah j) Lembaga pendidikan umum menyediakan tenaga kerja massal yang diperlukan oleh industry B. Pasca Fordisme Sistem fordisme mengalami penurunan dan mulai berkembang sistem pasca fordisme atau yang sangat besar kalitannya dengan masyarakat pasca kapitalisme, sistem pasca fordisme ditandai dengan munculnya indikator – indikator sebagai berikut: a) Minat terhadap produk massal menurun, minat terhadap produk khusus meningkat. b) Produk yang lebih terspesialisasi memerlukan jangka waktu yang lebih pendek, yang dapat dihasilkan dalam sistem yang lebih kecil dan lebih produktif c) Produksi yang lebih fleksibel menjadi menguntungkan dengan datangnya teknologi baru d) Teknologi baru memerlukan tenaga kerja yang selanjutnya

mempunyai

keterampilan yang berbeda dan pendidikan yang lebih baik, lebih bertanggung jawab dan otonomi makin besar e) Produksi harus dikontrol melalui sistem yang lebih fleksibel f) Birokrasi yang sangat besar dan tidak fleksibel perlu diubah secara dramatis agar beroperasi lebih lentur g) Serikat pekerja yang dibirokrasikan (dan partai politik) tidak lagi memadai untuk mewakili kepentingan tenaga kerja baru yang sangat terdiferensiasi

10

h) Perundingan kolektif yang terdesentralisasi menggantikan negosiasi yang tersentralisasi i) Tenaga kerja menjadi semakin terdiferensiasi dan memerlukan komoditas, gaya hidup, dan saluran kultural yang semakin terdiferensiasi j) Kekayaan negara yang tersentralisasi tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan rakyat yang berbeda-beda dan diperlukan lembaga yang lebih terdiferensiasi dan lebih fleksibel Produksi pada Masyarakat Kapitalis dan PascaKapitalis Perubahan dari fordisme menjadi pasca Fordisme, juga diiikuti dengan perubahan masyarakat yang dahulunya kapitalis menjadi pascakapitalis. Perubahan tersebut juga berdampak pada komoditas. Menurut Martyn J. Lee (2006) terdapat perbedaan tipe ideal komidtas pada kedua bentuk tersebut, diantaranya adalah : a. Durabilitas vs Nondurabilitas Pada perbedaan ini, lebih menekankan pada ketahanan, dimana pada masa Fordisme komoditas memiliki ketahanan usia dan tahan lama karena komoditas bersifat kuat, kokoh, dan tidak cepat rusak dari sisi komponen material produk, sedangkan pada pasca Fordisme tidak lagi mengutamakan ketahanan usia. b. Elektro Mekanis Versus Elektro-Mikro Pada masa Fordisme komoditas lebih dikembangkan pada basis elektro mekanis, contoh : mobil, radio dan televisi, sedangkan pada masa pasca fordisme komoditas dikembangkan dengan basis elektro mikro, contoh komputer personal, telepn seluler, dsb. c. Materi Versus Eksprensial Pada masa fordisme lebih ditetakankan pada materinya, sedangkan pada pasca fordisme lebih ditekankan pada pengalaman terhadap komoditas. d. Soliditas Versus Fluiditas Pada masa fordisme, komoditas terkolonialisasi oleh aspek temporal dan spasial, seperti telepon, televisi, lemari es dsb, sedangkan pada masa pasca fordisme barang tidak terikat oleh dimensi ruang dan waktu. e. Struktur Versus Fleksibilitas

11

Pada masa fordisme, suatu komoditas menempati ruang yang lebih besar, sedangkan pada masa pasca fordisme, telah terjadi kompresi atau miniaturisasi produk, hal tersebut membuat produk menjadi lebih bebas bergerak. f. Kolektif Versus Individualitas Komoditas diproduksi secara masal pada masa fordisme, dan dikontruksi secara kolektif, sedangkan pada masa pasca fordisme, komoditas diproduksi bagi berbagai macam segmen pasar yang berbeda, sehingga ada penyesuaian bentuk seperti warna, ukuran dan lain-lain. g. Homogen Versus Heterogen Pada masa fordisme, komoditas diproduksi secara masal bersifat homogen dalam ukuran warna dan fungsi. Teknologi tidak mendukung untuk melakukan produksi masal yang berbeda-beda, sedangkan pada masa pasca fordisme, proses produksi bisa menghasilkan berbagai macam bentuk yang disesuaikan dengan berbagai macam kebutuhan dan gaya hidup. h. Terstandar Versus Biasa Dalam Fordisme, komoditas yang diproduksi secara masal terstandar dalam ukuran, warna dan fungsi. Sebaliknya pada masa pasca fordisme, ukuran, warna dan fungsi produk tidak lagi terstandar, akan tetapi tetap memiliki standar kualitas. i. Perangkat Lunak Versus Perangkat Keras Pada masa fordisme, komputer dan telepon lebih berkaitan dengan perangkat keras saja, akan tetapi pada masa pasca fordisme, komputer dan telepon memiliki berbagai macam program yang dapat diaplikasikan dengan menggunakan berbagai macam perangkat lunak yang ada. j. Tetap Versus Portabel Pada komoditas fordisme, lebih bersi...


Similar Free PDFs