Manajemen Ibu Nifas PDF

Title Manajemen Ibu Nifas
Author Hanazia Muis
Pages 30
File Size 426.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 232
Total Views 803

Summary

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara, oleh karena itu apapun program pembangunan kesehatan yang dilakukan seharusnya memberikan dampak lebih jauh terhadap indikator tersebut. Data Riset Kesehatan D...


Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara, oleh karena itu apapun program pembangunan kesehatan yang dilakukan seharusnya memberikan dampak lebih jauh terhadap indikator tersebut. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 diketahui kematian ibu sebanyak 228 per 100.000, masih jauh dari target pemerintah yaitu angka kematian ibu 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pada waktu nifas (26,9%), eklampsi pada waktu bersalin (23%), infeksi (11%),

komplikasi

puerpurium (8%), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (8%), partus lama (8%), aborsi (8%) dan lain-lain (10,9%). (Depkes RI, 2011) Beberapa penyebab kematian ibu tersebut menunjukkan perlunya dilakukan upaya terus-menerus dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata khususnya bagi ibu hamil. Pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Disamping itu pentingnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat dengan cara memeriksakan kehamilannya secara rutin sehingga menurunkan kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pada kehamilan, persalinan maupun saat nifas. Tujuan nasional menyelenggarakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangkaian program pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu. Penyelenggaraan upaya tersebut merupakan tekad bangsa indonesia untuk menyukseskan pembangunan

nasional.

Pemerintah

dan

masyarakat

punya

kewajiban

untuk

melaksanakan tekad tersebut dan mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan tercapainya tujuan pembangunan kesehatan yaitu angka kematian ibu dan bayi, angka kesakitan. (Depkes, 2006) Jika ditinjau dari penyebab kematian pada ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan dan diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Bidan dituntut untuk dapat melakukan asuhan kebidanan yang dapat mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa nifas karena permasalahan pada ibu akan 1

berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena bayi tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Oleh karena itu perawatan selama masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum

melalui

pendekatan

pola

pikir

manajemen

varney

dan

mendokumentasikan dalam bentuk SOAP. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi teori mengenai masa nifas 2. Menyusun konsep dasar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas menggunakan manajemen varney 3. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas 4. Melaksanakan pendokumentasian dalam bentuk SOAP 5. Melakukan pembahasan antara teori dengan kasus

1.3 Manfaat Bagi mahasiswa Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar masa nifas pasca persalinan Bagi institusi Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa program studi pendidikan bidan fakultas kedokteran universitas airlangga mampu membuat asuhan kebidanan pada ibu nifas pasca persalinan.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Nifas Fisiologis 2.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas atau puerperium dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sarwono, 2012) Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Maka dari itu pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa tersebut untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, imunisasi dan nutrisi bagi ibu. Nifas dibagi menjadi dalam 3 periode : 1. Puerperium dini Kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan bejalan-jalan. 2. Puerperium intermediet Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Puerperium lanjut Waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan atau bahkan tahunan. 2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah : 1.

Memulihkan kesehatan umum penderita

2.

Mempertahankan kesehatan psikologis

3.

Mencegah infeksi dan komplikasi

4.

Memperlancar pembentukan ASI 3

5.

Mengajarkan kepada ibu untuk melakukan perawatan secara mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

2.1.3 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi. Perhatikan tabel berikut : Tabel 2.1 Frekuensi kunjungan masa nifas Kunjungan Waktu 1

6-8 jam setelah persalinan

Tujuan a. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

dan

rujuk

jika

perdarahan

berlanjut c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota

keluarga

mengenai

cara

mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri d. Pemberian ASI awal e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia g. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi lahir sampai 2 jam pertama setelah kelahiran sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. II

6 hari setelah persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi,

fundus

dibawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. b. Menilai adanya demam 4

c. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat d. Memastikan ibu menyusui dengan baik, tidak ada penyulit e. Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan perawatan bayi seharihari III

2 minggu

(sama seperti 6 hari setelah persalinan)

setelah persalinan IV

6 minggu

a. Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada

setelah persalinan

ibu b. Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini

2.1.4 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas 1. Sistem Reproduksi a. Uterus Uterus mengalami involusi (proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil) ditandai dengan penurunan ukuran dan berat uterus, perubahan pada lokasi uterus dan pengeluaran lochea. Proses involusi uterus disebabkan oleh karena : -

Autolisis Auto = sendiri ; lysis = penghancuran Autolysis yang berarti penghancuran diri sendiri dari sel yang bertambah akibat hyperplasi waktu hamil.

-

Atrofi Jaringan Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berproliferasi dengan adanya penghentian produksi estrogen dalam jumlah besar yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan

desidua

akan

mengalami

5

atrofi

dan

terlepas

dengan

meninggalkan

lapisan

basal

yang

akan

beregenerasi

menjadi

endometrium yang baru. Setelah kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah ke uterus terhenti yang menyebabkan uterus kekurangan darah (lokal iskhemia). Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah ke uterus, karena pada masa hamil uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. -

Efek Oksitosin Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang myometrium uterus untuk dapat berkontraksi. Sehingga dengan adanya oksitosin akan memperkuat kontraksi uterus. Intensitas kontaksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama masa nifas intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi Involusi

TFU

Berat Uterus

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000 gram

Uri lahir

2 jari bawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat

500 gram

simpisis 2 minggu

Tidak teraba di atas simpisis

6

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 minggu

Kembali normal

30 gram

b. Serviks Serviks menjadi lunak, kendur dan terkulai segera setelah ibu melahirkan. Pada 18 jam pasca persalinan, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Muara serviks eksterna tidak akan terbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut sebagai mulut ikan. Setelah 2 jam pasca persalinan,hanya dapat dimasuki dua jari atau lebar serviks sekitar 3-5 cm, tetapi pada minggu ke 6 pasca persalinan serviks sudah menutup kembali namun karena robekan kecil yang terjadi selama fase dilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. c. Vagina dan Perineum -

Segera setelah bayi lahir, vagina tetap membuka lebar, mengalami derajat oedem dan memar dan celah pada introitus.

-

Estrogen pasca persalinan yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.

-

Episiotomi ialah Insisi untuk memperluas introitus vaginae dengan tujuan memfasilitasi kelahiran bayi. Setara dengan ruptura perineum tingkat II. Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain, yaitu 6-7 hari.

-

Lochea adalah cairan darah yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat melalui vagina selama masa nifas atau cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

7

Macam-macam lochea : 1. Lochea rubra (cruenta) : berwarna merah, berisi darah segar dan sisasisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan. 2. Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3-7 pasca persalinan. 3. Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, hari ke 7-14 pasca persalinan, mengandung leokosit, mukus, sel epitel vagina, desidua nekrotik, bakteri nonpatologis. 4. Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu, sebagian besar cairan serosa dan leukosit ditambah sebagian mukus serviks dan mikroorganisme. Adapun lochea yang patologis, yaitu Lochea purulenta : jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. 2. Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemorroid, laserasi jalan lahir. Selain itu juga terjadi penurunan produksi progesteron, sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalianan dan adanya refleks hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomi. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain. 3. Sistem Perkemihan Kesulitan BAK mungkin terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan karena refleks penekanan yang disebabkan oleh tekanan pada basis kandung kemih selama melahirkan dan tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus 8

spincter ani selama persalinan. Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam pasca persalinan. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena masih mengalami trauma pada jalan lahir, bila kandung kemih penuh dan wanita benar-benar tidak bisa kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. 4. Sistem Endokrin a. Hormon Plasenta -

Penurunan hormon Human Plasental Lactogen ( hPL ), estrogen dan kortisol, serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium.

-

Kadar Estrogen dan Progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu pasca post partum.

b. Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium -

Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya memberi peran dalam menekan ovulasi. Ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat

5. Payudara Pada hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi mengisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. 6. Sistem Hematologi Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000 – 30.000 yang merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2 – 3 hari postpartum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira kira 700 – 1500 ml yaitu 200 ml hilang pada

9

saat persalinan, 500 – 800 ml hilang pada minggu pertama postpartum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas. 7. Perubahan Tanda-tanda Vital a. Suhu badan Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC - 37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas. b. Denyut nadi Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum. c. Tekanan darah Tekanan darah 30x per menit) mungkin karena ikutan tanda tanda syok. 8. Ligamen-ligamen Ligamen facia dan diafragma pelvis serta fucia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur mengecil kembali seperti sebelum hamil. Tidak jarang ligamentum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus turun. Untuk memulihkan kembali, sebaiknya dengan latihan-latihan dan senam pasca persalinan. 9. Perubahan Psikologis Perubahan peran seorang ibu pasti memerlukan adaptasi. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : (menurut teori Rubin)

10

1. Fase Taking In Yaitu periode ketergantungan. Periode ini terjadi 1-3 hari setelah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu akan mengulang – ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan dari awal sampai akhir. 2. Fase Taking Hold Yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan gampang marah. 3. Fase Letting Go Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi yang mana kebutuhan bayi sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial. Periode ini umumnya terjadi post partum blues/baby blues. 2.1.5 Kebutuhan dan Perawatan pada Masa Nifas 1. Mobilisasi Mobilisasi dini dilakukan setelah beberapa jam melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak agar lebih kuat dan lebih sehat. Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat proses involusi, melancarkan fungsi gastrointestinal dan kandung kemih, memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran metabolisme. 2. Diet (Nutrisi) Kebutuhan nutrisi pada masa nifas meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali lipat dari biasanya. Penambahan kalori sebanyak 500 kkal tiap hari. Ibu menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari dan diet yang dianjurkan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori yang mengandung cukup protein, sayur-sayuran, dan buahbuahan.

11

3. Eliminasi Pengeluaran kencing akan meningkat 24-28 jam pertama sampai sekitar hari ke5 setelah melahirkan. Kesulitan kencing mungkin terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan, tetapi harus secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Untuk BAB harus terjadi pada 2-3 hari setelah melahirkan. 4. Personal Hygiene Dianjurkan untuk memakai pakaian yang terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga tidak tertekan dan kering dan pakaian dalam yang tidak ketat agar tidak terjadi iritasi. Juga mandi dengan sering, menjaga kebersihan vulva dan perineum untuk mencegah terjadinya infeksi. Mengganti pembalut sesering mungkin bila terasa penuh. 5. Perawatan Payudara Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya. Jika puting terbenam, lakukan masase payudara secara perlahan dan tarik keluar secara hati - hati. 6. Istirahat Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya...


Similar Free PDFs