Matriks Etik PDF

Title Matriks Etik
Author Nadaa Ayla
Pages 2
File Size 222.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 354
Total Views 532

Summary

Nama : Sayla Nada Rahma NIM : B1A019127 Kelas : C Tugas Bioetika : Menganalisis Isu Etik dari Film “CLONE” Clone dalam kamus Oxford (2020) secara biologi diartikan sebagai suatu organisme atau sel atau sekelompok organisme atau sekelompok sel yang diproduksi secara aseksual dari satu nenek moyang at...


Description

Nama : Sayla Nada Rahma NIM : B1A019127 Kelas : C

Tugas Bioetika : Menganalisis Isu Etik dari Film “CLONE” Clone dalam kamus Oxford (2020) secara biologi diartikan sebagai suatu organisme atau sel atau sekelompok organisme atau sekelompok sel yang diproduksi secara aseksual dari satu nenek moyang atau keturunan dimana mereka identik secara genetik. Lalu clone (klon) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi aseksual. Sedangkan cloning (kloning) dalam kamus Oxford (2020) merupakan proses menghasilkan suatu klon, membuat salinan identik dari suatu sel atau organisme. Klon tidak hanya dilakukan karena dorongan kemajuan teknologi semata. Sebagian pembuatan klon didasari adanya keinginan pribadi seperti pada film tersebut terdapat seorang wanita yang tidak bisa memiliki anak, pasien yang mengalami cidera patah tulang, dan pasien penderita gagal ginjal yang menginginkan ginjal baru agar bisa hidup lebih lama tanpa perlu menggunakan alat bantu proses ekskresi dalam kesehariannya. Fenomena klon sendiri sebelumnya sudah ada dan menghasilkan Dolly, domba hasil kloning transfer inti yang dilakukan oleh seorang ilmuwan bernama Ian Wilmut dari Roslin Institute, Edinburgh, Skotlandia, pada tahun 1996. Namun sebelum adanya Dolly, ilmuwan lain telah berhasil menciptakan kloning dari seekor landak laut, seorang ahli biologi Jerman, Hans Driesch, pada tahun 1880. Ada pula Hans Spemman yang berhasil melakukan pemisahan dua sel embrio dari salamander pada tahun 1902. Setelah keberhasilankeberhasilan ini, ilmuwan-ilmuwan lain ikut terdorong untuk melakukan kloning terhadap babi, sapi, kerbau, monyet, tikus, kuda, bahkan menciptakan klon dari manusia yang masih menimbulkan banyak perdebatan. Berdasarkan film Clone tersebut, terdapat dua macam klon yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Yang pertama yaitu kloning transfer inti. Kloning ini memindahkan inti sel yang diambil dari sel somatik donor ke dalam sel telur yang telah dibuang intinya lalu dimasukkan ke dalam rahim induk betina agar tumbuh secara in vivo menjadi individu dengan sifat yang sama dengan inti sel donor. Yang kedua yaitu kloning embrio yang merupakan cara untuk menghasilkan individu baru dengan memfertilisasikan sel telur betina dengan sel sperma jantan secara in vitro, lalu setelah menjadi embrio akan disuntikkan ke dalam rahim surrogate mother dan dibiarkan tumbuh. Secara teori, mekanisme pengklonan setidaknya mencakup empat tahapan yang meliputi: 1) isolasi fragmen DNA, 2) penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor, 3) transformasi, 4) seleksi hasil kloning. Tabel 1. Matriks Etik Respect for Peneliti (dokter dan ilmuwan)

Well Being (health & welfare)

Autonomy (freedom & choice)

Justice (fairness)

Kewajiban dasar

Keinginan berinovasi

Malpraktik

Ya

Tidak

Abstain

Kelestarian hidup Hewan ternak Ya

Tidak

Abstain

Ya

Tidak

Abstain

Ya

Kebebasan bertingkah laku Ya

Tidak

Abstain

Tidak

Abstain

Nilai intrinsik Ya

Tidak

Abstain

Manusia (penderita gagal ginjal)

Peradaban manusia Ya

Tidak

Abstain

Kebebasan menentukan pilihan Ya

Tidak

Abstain

Pandangan syariat Ya

Tidak

Abstain

 Peneliti Dari sisi well-being saya memilih abstain. Menurut saya peniliti boleh melakukan kloning apabila subjek dari kloning tersebut bukanlah manusia dan disertai tujuan yang jelas, misalnya kloning dilakukan dalam keadaan darurat dengan subjek hewan untuk menyelamatkan manusia yang sedang sekarat. Lalu dari sisi otonomi dan hukum saya memilih tidak. Kloning dari manusia dengan tujuan inovasi tidaklah berperikemanusiaan, ia sama saja menurunkan martabat manusia, dalam film tersebut juga terdapat narasi yang mengatakan di dalamnya terdapat gen yang memerintah untuk berkata 'saya babi', manusia seakan sejajar kedudukannya dengan hewan sebagai alat inovasi semata. Lebih jauh, dari kegiatan berinovasi tersebut juga dapat menimbulkan malpraktik yang bisa membahayakan nyawa manusia yang menjadi subjek kloning. Apabila kloning tersebut dilakukan pada hewan, untuk berinovasi menghasilkan bibit unggul, menciptakan suatu obat, yang dari segi ekonomi, sosial, kesehatan dan lain sebagainya menimbulkan kemaslahatan umat, maka saya mungkin memilih abstain, tetapi apabila kloning dilakukan pada manusia, berinovasi menciptakan manusia hasil kloning, saya memilih tidak. Terlebih lagi keberhasilan kloning bisa menjadi prestasi tersendiri bagi seorang peneliti, yang selanjutnya bukan hal yang tidak mungkin mereka akan terus menerus berlomba mencapai prestasi tertinggi dan mengabaikan nilai-nilai etika.  Hewan Ternak Dari sisi well-being, otonomi, dan hukum, saya memilih tidak. Kloning dengan alasan menjaga kelestarian hidup hewan, mencegah punahnya hewan, justru bisa saja kembali pada alat inovasi semata. Jika yang diinginkan adalah agar hewan tidak punah maka cara menjaganya bukan dengan menggunakan kloning. Dari film tersebut dapat dilihat secara jelas, hewan-hewan hasil kloning justru mengalami sakit, kelainan, dan bahkan kematian dini. Hewan yang dikloning juga tidak memiliki kebebasan untuk bertingkah laku layaknya hewan, dipaksa mematuhi alat-alat yang dipasangkan pada tubuhnya, dan tidak bisa hidup dengan bebas di alam.  Manusia Dari sisi otonomi, kebebasan menentukan pilihan, saya mungkin memilih abstain karena kembali pada individu masing-masing mengenai kebebasan berpendapat dan menentukan pilihan untuk kebutuhan dan keberlanjutan hidupnya. Namun dari sisi well-being dan hukum (syariat), saya memilih tidak. Kloning manusia tentunya akan menimbulkan suatu perubahan besar bagi peradaban manusia, interaksi manusia kloning dengan manusia asli pastilah sangat berbeda. Arti dari ‘manusia sebagai makhluk paling sempurna’ pun akan berubah. Menciptakan manusia hasil kloning seakan-akan seperti menginginkan sesuatu yang tingkatannya berada di atas sempurna, menyaingi hasil karya Sang Pencipta. Manusia dikaruniai akal, manusia yang lahir alami dari ayah dan ibu memiliki garis keturunan yang jelas yang berkaitan dengan hukum-hukum syariat lain seperti hubungan mahram, perkawinan, pembagian warisan, dan sebagainya. Sedangkan manusia hasil kloning? Sebaik apapun model ciptaan manusia, tidak akan bisa mengungguli model ciptaan Sang Pencipta, dipaksa dengan cara apapun menurut saya tidak akan pernah bisa. Dan menimbulkan kerusakan adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi....


Similar Free PDFs