Metode Hanlon dan Fish Bone PDF

Title Metode Hanlon dan Fish Bone
Author Achmad Rizki Azhari
Pages 29
File Size 1.4 MB
File Type PDF
Total Downloads 486
Total Views 536

Summary

TUGAS MATA KULIAH ISU TERKINI MANAJEMEN KESEHATAN “Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon & Tahap Analisis Akar Penyebab Masalah Fish Bone” disusun oleh : Kelompok 2 D – 2013 / Kamis 9.30-12.00 Indira Krisma R. 25010113140251 Falentine Lidya T. 25010113140252 Rini Oktaviani H. 250101131...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Metode Hanlon dan Fish Bone Achmad Rizki Azhari

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LAPORAN PBL KELURAHAN T INJOMOYO.pdf Okt avint a Warit s P.P, S.K.M

IKM spm Indra Must afa PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN PELAYANAN KEBIDANAN niki ast ria

TUGAS MATA KULIAH ISU TERKINI MANAJEMEN KESEHATAN

“Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon & Tahap Analisis Akar Penyebab Masalah Fish Bone” disusun oleh : Kelompok 2 D – 2013 / Kamis 9.30-12.00 Indira Krisma R.

25010113140251

Falentine Lidya T.

25010113140252

Rini Oktaviani H.

25010113140253

Astrid Ayu

25010113130254

Dhia Ghoniyyah

25010113130255

Dina Happy Yusinta

25010113130256

Merry Putri R. Sirait

25010113140257

Rifha Asti Hardinawanti

25010113140259

Syifa Awalia Rahma

25010113140260

Kristian Yudhianto

25010113140312

Armen Zufri

25010115183023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

BAHASAN 1 “Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon” Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif. Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers). Metode ini memiliki tiga tujuan utama: 1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktorfaktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas 2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain 3. Memungkinkan

faktor-faktor

agar

dapat

dimodifikasi

sesuai

dengan

kebutuhan dan dinilai secara individual. Formula Dasar Penilaian Prioritas A. Metode Hanlon (Kuantitatif) Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini. Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka. 2

Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit – penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang

sama

dapat

dipertimbangkan

secara

bersama-sama.

Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga

dipertimbangkan,

penyakit

cardiovascular

mungkin

juga

dapat

dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok. Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain. Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan

bobotnya

dan

ditetapkan

secara

hati-hati.

Dengan

menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah. Faktor yang dapat digunakan adalah: a. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.

3

b. Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif. c. Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu. Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti: 0 = tidak ada 1 = beberapa 2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll) 3 = paling Misalnya,

jika

kematian

prematur

sedang

digunakan

untuk

menentukan keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0. Komponen C - Efektivitas dari Intervensi Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitianpenelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini

4

Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai. Contoh: Berhenti Merokok Target populasi 45.000 perokok Total yang mencoba untuk berhenti 13.500 Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32 Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1 Contoh: Imunisasi Target populasi 200.000 Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000 Persen dari total 97% atau 0,97 Efektivitas 94% atau 0,94 Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1 Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan. Komponen D – PEARL PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi. P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita? E



Economic

Feasibility/Kelayakan

Ekonomis.

Apakah

dengan

menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara 5

ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi? A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi? R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah? L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi? Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian

dari upaya

perencanaan

total mungkin

termasuk

melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang. Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi. Nilai Prioritas Dasar/ NPD = (A + B) C / 3 Nilai Prioritas Keseluruhan/ NPT = [(A + B) C / 3] x D

6

Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode Hanlon (Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang bersifat kuantitatif. Contoh sederhana adalah sebagai berikut:

Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan akurat. B. Metode Hanlon (Kualitatif) Metode Hanlon (Kualitatif) ini lebih efektif dipergunakan untuk masalah yang bersifat kualitatif dan data atau informasi yang tersediapun bersifat kualitatif miaslkan peran serta masyarakat, kerja sama lintas program, kerja sama lintas sektor dan motivasi staf. Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya masalah yang satu dengan yang lainnya dengan cara “matching”. Langkahlangkah metode ini adalah sebagai berikut: a. Membuat matriks masalah 7

b. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu vertikal dan horisontal. c. Membandingkan (matching) antara masalah yang satu dengan yang lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang penting. d. Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kotak total (+) horisontal. e. Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada kotak total (-) vertikal. f.

Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak (-) vertikal.

g. Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak total. h. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi adalah urutan prioritas masalah.

8

Kriteria yang dipakai :

 Mendesak (urgency) Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat di tunda atau harus segera ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya artinya semakin mendesak masalah itu untuk ditanggulangi.

 Kegawatan ( seriousness) Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif berapa rupiah, berapa orang dan lain- lain

9

 Perkembangan ( Growth) Kecenderungan atau perkembangan akibat daru suatu permasalahan. Semakin berkembang masalah maka masalah tersebut semakin di prioritaskan.

 Prioritas masalah

10

“CONTOH KASUS METODE HANLON” Setelah ditemukan masalah kegiatan.program (dengan menentukan hasil kegiatan, yang pencapaiannya < 100%), langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah. Masalah

Pencapaian

Target

Cakupan imunisasi dasar lengkap

53,8%

90%

Cakupan kunjungan bumil K4

82,39%

100%

Cakupan D/S balita di posyandu

71,4%

80%

Cakupan penduduk yang memiliki BPJS

61,25%

100%

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

88,64

90%

Cakupan penemuan dan oenanganan pneumonia

24,74

100%

Misal masalah yang ditemukan sbb : Untuk penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif sbb :: Kriteria A: Besarnya masalah Kriteria B: Kegawatan masalah Kriteria C: Kemudahan dalam penganggunalan Kriteria D: Faktor PEARL 1) Kriteria A: Besarnya Masalah Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut: Langkah 1: Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.

11

Masalah

Pencapaian Target

Besarnya

Nilai

masalah (Targetpencapaian) Cakupan imunisasi dasar

53,8%

90%

36,2%

4

Cakupan kunjungan bumil K4

82,39%

100%

17,61%

3

Cakupan D/S balita di

71,4%

80%

8,6%

2

61,25%

100%

38,75%

5

88,64

90%

1,36%

1

24,74

100%

75,26%

6

lengkap

posyandu Cakupan penduduk yang memiliki BPJS Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan Cakupan penemuan dan oenanganan pneumonia

2) Kriteria B: Kegawatan Masalah Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi, dan tingkat penyebaran/meluasnya tiap masalah dengan sistem scoring dengan score 1 – 5. Keganasan dinilai sbb : Sangat ganas : 5 Ganas

:4

Cukup ganas : 3 Kurang ganas : 2 Tidak ganas

:1

Tingkat urgensi dinilai sbb : Sangat mendesak

:5

Mendesak

:4 12

Cukup mendesak

:3

Kurang mendesak

:2

Tidak mendesak

:1

Masalah

Keganasan

Tingkat urgensi

Nilai

Cakupan imunisasi dasar lengkap

4

5

9

Cakupan kunjungan bumil K4

3

2

5

Cakupan D/S balita di posyandu

2

4

6

Cakupan penduduk yang memiliki BPJS

1

3

4

Cakupan persalinan oleh tenaga

4

4

8

5

5

10

kesehatan Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia

3) Kriteria C: Kemudahan dalam Penganggulangan Kemudahan dalam penganggulangan masalah di ukur dengan sistem scoring dengan nilai 1 – 5 dimana: Sangat mudah : 5 Mudah

:4

Cukup mudah : 3 Sulit

:2

Sangat sulit

:1 Tabel.14 Kriteria C ( kemudahan dalam penganggulangan) Masalah

Cakupan imunisasi dasar

Nilai 2

lengkap Cakupan kunjungan bumil K4

5

Cakupan D/S balita di

2

posyandu 13

Cakupan penduduk yang

2

memiliki BPJS Cakupan persalinan oleh

1

tenaga kesehatan Cakupan penemuan dan

2

penanganan pneumonia

4) Kriteria D: PEARL faktor Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa factor yang saling menentukan dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, factor-faktor tersebut adalah: Kesesuaian (Propriety) Secara Ekonomis murah (Economic) Dapat diterima (Acceptability) Tersedianya sumber ( Resources availability) Legalitas terjamin (Legality) Tabel.15 Kriteria D. PEARL FAKTOR Masalah

P

E

A

R

L

Hasil kali

Cakupan imunisasi dasar

1

1

1

1

1

1

Cakupan kunjungan bumil K4

1

1

1

1

1

1

Cakupan D/S balita di posyandu

1

1

1

1

1

1

Cakupan penduduk yang

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

lengkap

memiliki BPJS Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia

14

5) Penilaian Prioritas Masalah Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam formula nilai prioritas dasar ( NPD ) serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi: NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C x D

Tabel.16 Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif No

A

B

C

D

NPD

NPT

Urutan Prioritas

Cakupan imunisasi dasar lengkap

4

9

2

1

26

26

IV

Cakupan kunjungan bumil K4

3

5

5

1

40

40

I

Cakupan D/S balita di posyandu

2

6

2

1

16

16

V

Cakupan penduduk yang memiliki

5

4

2

1

27

27

III

1

8

1

1

9

9

VI

6

10

2

1

32

32

II

BPJS Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia

Urutan Prioritas Masalah : 1. Cakupan kunjungan bumil K4 2. Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia 3. Cakupan penduduk yang memiliki BPJS 4. Cakupan imunisasi dasar lengkap 5. Cakupan D/S balita di posyandu 6. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

15

BAHASAN 2 “Tahap Analisis Akar Penyebab Masalah – Diagram Fish Bone” 1. Pengertian Diagram Fishbone Diagram ini disebut diagram tulang ikan karena bentuknya seperti kerangka ikan (tulang-tulang ikan). Diagram ini sering juga disebut Diagram Ishikawa, sesuai dengan penemunya, yaitu Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1943 (Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004). Diagram ini pertama kali digunakan oleh Prof. Kaoru Ishikawa untuk manajemen kualitas di perusahaan Kawasaki, yang selanjutnya diakui sebagai salah satu pioner pembangunan dari proses manajemen modern. Diagram Ishikawa adalah alat yang membantu untuk mengidentifikasi penyebab masalah. Diagram Ishikawa memiliki gambaran menyeluruh dari penyebab yang menimbulkan masalah dengan representasi terstruktur semua penyebab yang menghasilkan efek. Ada hubungan antara semua penyebab dan seseorang dapat mengidentifikasi akar penyebab masalah. Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab pe...


Similar Free PDFs