METODE PENELITIAN ETNOGRAFI PDF

Title METODE PENELITIAN ETNOGRAFI
Author Ahmad Alaspany
Pages 8
File Size 101.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 1
Total Views 123

Summary

METODE PENELITIAN ETNOGRAFI Oeh: Ahmad Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor A. Pendahuluan Aktifitas ilmiah sekarang sudah banyak terjadi dimana-mana, seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan. Banyak hasil yang sudah ditemukan melalui penelitian ilmiah oleh akademi...


Description

METODE PENELITIAN ETNOGRAFI Oeh: Ahmad Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor

A. Pendahuluan Aktifitas ilmiah sekarang sudah banyak terjadi dimana-mana, seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan. Banyak hasil yang sudah ditemukan melalui penelitian ilmiah oleh akademisi ataupun para peneliti. Dengan adanya penelitian ilmiah maka akan memunculkan ilmu-ilmu baru, baik itu berupa teori ataupun fakta-fakta baru. Oleh karena itu, aktifitas penelitian ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Dalam sebuah penelitian ilmiah, ada banyak metode yang dapat digunakan. Tergantung apa yang akan diteliti, baik itu masalah sosial, agama, sejarah, bahasa, dan lain-lain. adapun salah satu metode yang digunakan dalam penelitian sosial budaya adalah metode etnografi. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, kondisi sosial juga mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Oleh karena itu, sangat perlu diadakan penelitian ilmiah, untuk mengetahui kondisi sosial budaya di suatu daerah. Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang metode etnografi, maka penulis berusaha menguraikan tetang metode tersebut. Dalam penulisan makalah ini tentu terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, ini tidak lain karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman penulis. Oleh karena itu, diharapkan untuk dapat membantu melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.

B. Penelitian etnografi Secara etimologis etnografi berasal dari akar kata ethno (suku bangsa) dan grapho (tulisan), yang secara luas diartikan sebagai catatan, tulisan mengenai suku-suku bangsa. Catatan-catatan yang dimaksudkan ditulis oleh para etnolog barat sebagai hasil penelitian lapangan, diperkirakan dimulai sejak abad ke-15, baik dalam kaitannya dengan kisah perjalanan yang dilakukan oleh para pelaut, musafir, dan penyebar agama Nasrani, maupun para pegawai pemerintah jajahan.1

1

Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian; Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2010), cet ke-1, h. 85.

1

Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari.2 jadi etnografi lazimnya bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik yang bersifat material seperti artefak budaya (alat-alat, pakaian, bangunan, dll) dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan, norma, dan system nilai kelompok yang diteliti. Uraian tebal (thick description) merupakan ciri utama etnografi.3 Isinya berkaitan dengan masyarakat non-eropah, masyarakat timur, yang dengan sendirinya penuh dengan bias sebab semata-mata didasarkan atas konsep barat tersebut. Oleh karena itu, etnografi juga disebut sebagai bentuk awal pemahaman terhadap "the other". Disamping itu, sebagai catatan, isinya tidak mendalam hanya sepintas lalu. Dalam perkembangan berikutlah, sebagai etnografi baru, penelitian dilakukan dengan sengaja. Pada umumnya penelitian berlangsung dalam waktu yang cukup lama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Oleh karena itu penulisan ini menyangkut berbagai cara penulisan dalam kaitannya dengan penjaringan data, seperti adat istiadat, bahasa, bentuk fisik, dan kondisi masyarakat pada umumnya, demikian juga cara-cara penyajiannya dalam suatu bentuk karya ilmiah, maka tradisi ini kemudian juga disebut sebagai metode etnografi. Menurut lindlof (1995; 2) dalam etnografi terjadi hubungan yang sangat erat antara proses dan hasil, sehingga etnografi dianggap khas bersifat tekstual, dengan alasan; a. Tulisan adalah konsep kunci semua fase penelitian b. Tulisan menentukan hubungan dialektik antara peneliti dan masyarakat yang diteliti Etnografi dengan demikian dibedakan dengan etnologi, ilmu pengetahuan yang memberikan intensitas pada perbandingan, penjelasan, klasifikasi, dan sebagainya terhadap suatu kebudayaan tertentu. Oleh karena itulah, ada pendapat yang menyebutkan etnologi sebagai pekerjaan dibelakang meja. 2

Lihat joe nason dan david goldin. "approaching observation."dalam Gillian symon dan Catherine cassell, ed. Qualitative methods and analysis in organizational research: a practical guide. London: sage, 1998, h. 241. 3 Clifford Geertz, the interpretation of cultures: selected essays, new York: basic books, 1937; lihat juga lindlof, 1995, h. 20

2

Spradley (199; 12-20); kuper dan kuper, 2003; 31) menyebutkan lima manfaat etnografi dalam memahami rumpun manusia, yaitu ; a. Memberikan informasi tentang adanya teori-teori ikatan budaya (culturebound), sekaligus mengoreksi teori social barat, b. Menemukan teori grounded, sekaligus mengoreksi teori formal, c. Memahami masyarakat kecil (non-barat), sekaligus masyarakat kompleks (barat), d. Memahami perilaku manusia, sebagai perilaku yang bermakna, sekaligus perbedaannya dengan perilaku binatang, dan e. Yang terpenting adalah untuk memahami manusia sekaligus kebutuhannyaebutuhannya Dalam perkembangan berikut, dengan adanya ciri-ciri khas seperti holistic integrative, deskripsi tebal, eklektik, dan triangulasi, termasuk teknik observasi partisipasi dan wawancara terbuka dan mendalam, maka (metode) etnografi ini pun dianggap sebagai asal-usul antropologi sekaligus sebagai awal perkembangan metode kualitatif, sebagai berikut: a. Teori budaya, dengan anggapan bahwa manusia di satu pihak memiliki keberagaman budaya, dipihak lain terdiri atas lapisan-lapisan. Peneliti tidak hanya memahami lapisan yang tampak, melainkan yang terpenting justru lapisan yang tersembunyi di baliknya. b. Teori fenomenologi, denga tokoh Husserl dalam kaitannya dengan filsafat dan weber dalam kaitannya dengan sosiologi. Menurut weber, gejala yang tampak merupakan representasi segala sesuatu yang ada di dalam pikiran para pelaku. Oleh karena itu, peneliti perlu juga memahami latar belakang para pelaku, yaitu dengan cara menafsirkannya (verstehen). c. Teori interaksi simbolik, dengan tokoh cooley dan mead, sebagai tingkah laku yang bermakna. Manusia bertindak atas dasar makna sekaligus dalam kaitannya dengan interaksi social. d. Teori etnometodologi, dengan tokoh Harold garfinkel, bagaimana masyarakat tertentu memahami sekaligus memanfaatkan lingkungannya, khususnya dalam kaitannya dengan maslah-masalah yang kongkret dan praktis. Pada dasarnya etnometodologi bukanlah metode dalam pengertian umum.

3

Menurut Frey et al., etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah.4 Etnografer berusaha menangkap sepenuh mungkin, dan berdasarkan perspektif orang yang diteliti, cara orang menggunakan symbol dalam konteks spesifik.5 Etnografi sering dikaitkan dengan "hidup secara intim dan waktu yang lama dengan suatu komunitas pribumi yang diteliti yang bahasanya dkuasai peneliti."6 Aspek etnografi yang dapat ditarik dari artikel penelitian Wolcott yang menceritakan tentang budaya sekolah melalui aktivitas komite pemilihan kepala sekolah; a. Peneliti menggunakan deskripsi dan detail tingkat tinggi b. Peneliti menyajikan ceritanya secara informal, seperti seorang "pendongeng" c. Peneliti meneliti tema-tema budaya tentang peran dan "kehidupan sehari-hari orang" d. Format keseluruhannya adalah deskriptif, analisis, dan interpretasi. e. Artikel diakhiri dengan sebuah pertanyaan, tidak menanyakan kita apakah kepala sekolah-sekolah sebagai agen perubahan tetapi apakah mereka penganjur keterpaksaan advocate of constraint.7 Gunakan pendekatan ini untuk meneliti perilaku sebuah group pertukaran kebudayaan atau individual. Persiapkan untuk meneliti dan menginterview, dan menyelidiki tema-tema yang muncul dari penelitian perilaku manusia.

C. Perbedaan Etnografi Tradisional dan Etnografi Modern Etnografi modern muncul awal abad ke-20 dipelopori oleh antropolog Radcliffe-brown dan Malinowski (spradley, 199: 3; Atkinson dan Hammersley, 2009: 318). Perbedaanya terutama berkaitan dengan kedudukan data. Seperti di atas, apabila etnografi tradisional data penelitiannya diperoleh melalui peneliti lain (para orientalis), dalam etnografi modern peneliti langsung terjun ke lapangan,

4

Lawrence R. Frey, Carl H. Botan, Paul G. Friedman, dan Gary L. Kreps. Interpreting Communication Research: A Case Study Approach. Englewood cliffs, New Jersey: prentice-hall, 1992, h .7 5 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Social Lainnya, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet ke-2, h. 161. 6 Thomas r. lindlof. Qualitative Communication Research Methods. Thosan oaks: sage, 1995, h. 20. 7 Djam'an satori, Aan komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; Alfabeta, 2013), cet ke-5, h. 35.

4

mencari data melalui informan (informan oriented). Perbedaan lain, apabila etnografi tradisional memberikan intensitas pada sejarah kebudayaan, etnografi modern pada aspek pandangan dunia. Dalam hubungan ini sudah tidak ada perbedaan secara prinsip antara etnografi dengan antropologi.

D. Etnografi PostModern Etnografi postmodern lahir tahun 1960-an melalui antropologi kognitif. Ciri utamanya adalah bagaimana suatu masyarakat memanfaatkan kebudayaan tersebu dalam kehidupannya, perbedaan lain, apabila etnografi modern dianalisis menurut pemikiran peneliti, etnografi postmodern dibicarakan sesuai dengan pikiran masyarakat yang diteliti (emik). Jadi, peneliti tidak hanya mempelari suatu masyarakat tetapi juga belajar dari masyarakat yang bersangkutan.

E.

Prosedur Penelitian Etnografi Menurut Spradley (1980:26) dalam praktiknya penelitian nyata berbedaan ini dapat diungkapkan dalam dua pola penelitian. Sementara para peneliti ilmu social cenderung mengikuti penyelidikan pola “linear”, peneliti etnografi cenderung mengikuti pola “siklus”. Siklus penelitian etnografi Menurut Spradley (1980:22-35) prosedur penelitian etnografi bersifat siklus, bukan bersifat urutan linear dalam penelitian ilmu sosial. Prosedur siklus penelitian etnografi mencakup enam langkah yaitu pemilihan suatu proyek etnografi, pengajuan pertanyaan etnografi, pengumpulan data etnografi, pembuatan suatu rekaman etnografi, analisis data etnografi, dan penulisan sebuah etnografi. Berikut ini uraian masing - masing siklus penelitian : 1. Pemilihan suatu objek etnografi Siklus dimulai dengan pemilihan suatu proyek etnografi. Barangkali yang pertama peneliti etnografi mempertimbangkan ruang lingkup dari penyelidikan mereka. 2. Pengajuan pertanyaan etnografi Pekerjaan lapangan etnografi dimulai ketika mulai mengajukan pertanyaan etnografi. Itu memperlihatkan bukti yang cukup ketika pelaksanaan wawancara, tetapi observasi yang sangat sederhana dan entri catatan lapangan pun melibatkan pengajuan pertannyaan. Terdapat tiga jenis

5

utama pertanyaan etnografi, masing – masing mengarah pada jenis observasi yang berbeda dilapangan. Semua jenis etnografi mulai dengan “pertanyaan deskriptif” umum / luas seperti “siapa orang yang ada disini ?’’ “ apa yang mereka lakukan?” dan “apa latar fisik dari situasi sosial ini?” Kemudian setelah penggunaan jenis pertanyaan ini untuk menuntun observasi, dan setelah analisis data awal, dilanjutkan dengan menggunakan “pertanyaan struktural” dan “pertanyaan kontras” untuk penemuan. Ini akan membimbing observasi agar lebih terfokus. Dalam sebuah etnografi, seseorang dapat mengajukan sub - sub pertanyaan yang berhubungan dengan : a) suatu deskriptif tentang konteks; b) analisis tentang tema - tema utama; dan c) interprestasi perilaku kultural. 3. Pengumpulan data etnografi Dengan cara observasi partisipan dapat mengamati aktivitas seseorang, karakteristik fisik situasi sosial, dan apa yang akan menjadi bagian dari tempat kejadian. Anda akan memulai dengan melakukan observasi deskriptif secara umum, mencoba memperoleh suatu tinjauan terhadap situasi sosial dan yang terjadi disana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data awal anda, anda akan mempersempit penelitian dan mulai melakukan observasi ulang dilapangan, anda akan mampu mempersempit penyelidikan anda untuk melakukan observasi selektif. Walaupun observasi anda semakin terfokus anda akan selalu melakukan observasi deskriftif umum hingga akhir studi lapangan anda. 4. Pembuatan suatu rekaman etnografi Tahap ini mencakup pengambilan catatan lapangan, pengambilan foto, pembuatan peta, dan penggunaan cara-cara lain untuk merekam observasi anda. Rekaman ini akan membantu membangun sebuah jembatan antara observasi dengan analisis. Sebagian analisis anda akan tergantung pada apa yang telah anda rekam. 5. Analisis data etnografi Langkah berikutnya dalam siklus tidak perlu perlu menunggu hingga terkumpul banyak data. Peneliti etnografi menganalisis data lapangan yang dikumpulkan dari observasi partisipan untuk menemukan pertanyaan

6

F. Kesimpulan Metode etnografi merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sosial budaya suatu masyarakat. Metode ini digunakan untuk memahami cara orang-orang berinteraksi daan bekerjasama melalui fenomena teramati di kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga berusaha untuk menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik yang bersifat material seperti artefak budaya (alat-alat, pakaian, bangunan, dll) dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan, norma, dan system nilai kelompok yang diteliti.

7

DAFTAR PUSTAKA

Frey, Lawrence R, Carl H. Botan, Paul G. Friedman, dan Gary L. Kreps. Interpreting Communication Research: A Case Study Approach. Englewood Cliffs, (New Jersey: Prentice-Hall, 1992). Geertz, Clifford. The Interpretation of Cultures: Selected Essays, (New York: Basic Books, 1937). Lindlof, Thomas R. Qualitative Communication Research Methods. (Thosan Oaks: Sage, 1995). Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigm Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Social lainnya, Bandung; PT remaja rosdakarya, 2002, cet ke-2. Nason Joe dan David Goldin. "Approaching Observation." dalam Gillian Symon dan Catherine Cassell, ed. Qualitative Methods and Analysis in Organizational Research: A Practical Guide. (London: sage, 1998). Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian; Kajian Budaya dan Ilmu Social Humaniora pada umumnya, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2010). Satori, Djam'an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; Alfabeta, 2013).

8...


Similar Free PDFs