PENELITIAN ETNOGRAFI PDF

Title PENELITIAN ETNOGRAFI
Author Wyen prasiwi
Pages 26
File Size 170 KB
File Type PDF
Total Downloads 235
Total Views 448

Summary

PENELITIAN ETNOGRAFI A. PENGERTIAN PENELITIAN ETNOGRAFI 1. Pengertian Etnografi Menurut Para Ahli Etnografi mencari penjelasan baik aspek eksplisit budaya (bagaimana semua anggota menyadari dan menerima ) dan elemen lainnya (diluar kesadaran). Metode ini merupakan pendekatan favorit untuk penelitian...


Description

PENELITIAN ETNOGRAFI

A. PENGERTIAN PENELITIAN ETNOGRAFI 1. Pengertian Etnografi Menurut Para Ahli Etnografi mencari penjelasan baik aspek eksplisit budaya (bagaimana semua anggota menyadari dan menerima ) dan elemen lainnya (diluar kesadaran). Metode ini merupakan pendekatan favorit untuk penelitian antropologi sejak 100 tahun yang lalu dimana umumnya bertujuan untuk mengidentifikasi peran, ritual-ritual dan kepercayaan pada populasi yang diteliti (Morse, 1992). Menurut Spradley,1980, Atkinson 1992, Wolcott 1997, etnografi adalah penjelasan tentang budaya dengan maksud untuk mempelajari dan memahami tentang kehidupan individu. Etnografi berarti belajar dari orang, yang menjelaskan secara langsung dari kultur dan subkultur individu tersebut. Wolcott (1977) menjelaskan, etnografi adalah suatu metode khusus atau satu set metode yang didalamnya terdapat berbagai bentuk yang mempunyai karakteristik tertentu, termasuk partisipasi etnografer, memahami dan mengikuti kehidupan sehari-hari dari seseorang dalam periode yang lama, melihat apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, bertanya kepada mereka, dan pada kenyataannya mengumpulkan data apa saja yang ada. 2. Pengertian secara umum Dalam kajian sosiologi, Etnografi digunakan untuk meneliti kelompok atau komunitas relasi--interaksi manusia atau masyarakat berkaitan dengan perkembangan sosial dan budaya tertentu yang didasarkan atas kajian-kajian dan teori yang dianut dan dipakai. Metode penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber-sumber yang luas. Dengan teknik “observatory participant”.

1|P enelitian Etnogr afi

Etnografi menjadi sebuah metode penelitian yang unik karena mengharuskan

partisipasi

peneliti

secara

langsung

dalam

sebuah

masyarakat atau komunitas sosial tertentu. Yang lebih menarik, sejatinya metode ini merupakan akar dari lahirnya ilmu antropologi yang kental dengan kajian masyarakat. Beberapa keunikan dan fenomena yang mengikuti eksistensi metode penelitian etnografi dalam sosiologi ini membuat penulis berupaya menggali lebih jauh dari buku ini, dimana diharapkan mampu dikembangkan dan dirujuk dalam penelitian desertasi penulis nantinya. Etnografi berasal dari dua kata, yaitu ethnos artinya bangsa, dan graphy atau grafien artinya gambaran atau uraian. Jadi etnografi adalah uraian atau gambaran tentang bangsa-bangsa di suatu tempat dan di suatu waktu. Etnografi berawal ketika bangsa Eropa Barat melakukan penjelajahan ke berbagai benua (Afrika, Asia, dan Amerika) sejak akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16. Di sana mereka menemui berbagai suku bangsa. Sejak saat itu mereka mulai membuat catatan yang berisi keterangan tentang suku-suku bangsa tersebut. Mulailah terkumpul catatan kisah-kisah perjalanan, laporan dan semacamnya yang merupakan tulisan para musafir, pelaut, pendeta, penerjemah kitab injil dan pegawai pemerintah jajahan. Dalam himpunan tersebut termuat bahan pengetahuan berupa deskripsi adat istiadat, susunan bahasa, dan ciri-ciri fisik beraneka ragam suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania (kepulauan di laut teduh), dan suku-suku bangsa di Indian, penduduk pribumi Amerika.

2|P enelitian Etnogr afi

B. PENDEKATAN ETNOGRAFI Terdapat beberapa aliran dalam Etnografi, Salah satunya klasifikasi aliran pendekatan dalam Etnografi menggolongkannya menjadi Holistic, Semiotic, dan Cristical (Sanday 1979). Belakangan muncul pendekatan Netnography pada study Etnografi di dunia internet (Kozuners 1997, 1998). Tiap pendekatan memiliki cara melakukan Etnografi yang berbeda. 1.

Pendekatan Holistic menekankan pendekatan empatik pada para partisipasinya. Peneliti harus mampu membaur dan hidup bercampur dengan komunitas yang ditelitinya (Evans-Pritchard 1950). Peneliti harus memulai dari nol dan membiarkan dirinya menyerap semua aspek kehidupan komunitas yang diteliti (Harvey & Myers 1995).

2.

Pendekatan Semiotic berlawanan dengan pendekatan Holistic dalam hal perlunya pendekatan empatik. Peneliti harus mampu menangkap makna dan berbagai symbol yang ada seperti perkataan, gambar, perilaku, dan lainnya sebagau satu kesatuan budaya (Geertz 1973,1988). Lebih lanjut Geertz berargumen bahwa budaya suatu komunitas atau organisasi akan tercermin pada symbol dan artefak yang dimiliki. Dengan demikian, Peneliti tidak perlu berempati.

3.

Pendekatan Critical melihat Etnografi sebagai proses yang muncul sebagai akhir adanya dialog antara peneliti dan para partisipan (Myers 1997a). Critical Etnography memfokuskan diri pada kehidupan sosial dalam kontels politik dan kekuasaan (Noblit 2004).

4.

Pendekatan Netnography merupakan pendekatan untuk menggunakan Etnografi ketika melakukan penelitian pada komunitas dan budaya di internet (Kozinets 1997,1998). Ciri khas Netnography adalah mengganti studi lapangan dengan komunikasi berbasi computer khususnya melalui Internet. Data dikumpulkan dengan cara begabung ke dalam komunitas di internet dan melakukan pengamatan partisipatif. Netnography menjadi pendekatan Etnografi yang popular dengan adanya berbagai komunitas di Internet seperti forum, mailing list, blog, dan social networking seperti facebook dan twitter.

3|P enelitian Etnogr afi

C. PENGGUNAAN ETNOGRAFI 1.

Memahami Rumpun Manusia. Tujuan

antropologi

sosial,

yaitu

untuk

mendeskripsikan

dan

menerangkan keteraturan serta berbagai variasi tingkah laku sosial. Mungkin gambaran yang paling menonjol dari manusia adalah diversitasnya. Mengapa satu rumpun ini menunjukkan variasi semacam itu, menciptakan pola perkawinan yang berbeda, memegang nilai yang berbeda, mengonsumsi makanan yang berbeda, mengasuh anak dengan cara yang berbeda, mempercayai tuhan yang berbeda, serta mengejar tujuan yang berbeda pula? Jika etnografer memahami diversitas ini, maka ia harus mulai dengan mendeskripsikannya secara hati-hati. Kebanyakan diversitas dalam rumpun manusia muncul, karena diversitas yang diciptakan oleh masing-masing kebudayaan dan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Deskripsi kebudayaan, sebagai tugas utama dari etnografi, merupakan langkah pertama dalam memahami rumpan manusia. Deskripsi kebudayaan di satu sisi mendeskripsikan perbedaan itu, dan di sisi yang lain menerangkannya. Penjelasan perbedaan kebudayaan, sebagian bergantung pada pembuatan perbandingan lintas budaya. Tetapi tugas ini pada gilirannya bergantung pada studi etnografis yang tepat, kebanyakan studi komparatif dalam antropologi telah dihambat oleh etnografi yang buruk, oleh penelitian yang menerapkan berbagai konsep Barat ke dalam kebudayaan non-Barat, sehingga mengakibatkan, penyimpangan

hasil

yang

diperoleh.

Perbandingan

tidak

hanya

mengungkapkan perbedaan, tetapi juga kemiripan, yaitu hal-hal yang sama di dalam semua kebudayaan di dunia. Oleh karena itu dalam penger-tian yang paling umum, etnografi memberikan sumbangan secara langsung dalam des-kripsi dan penjelasan keteraturan serta evaluasi dalam tingkah laku sosial manusia. Banyak ilmu sosial memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi tingkah laku mana pun etnografi mempunyai peranan yang penting.

4|P enelitian Etnogr afi

Beberapa

sumbangannya

yang

khas

dapat

diidentifikasi.

(1)

Menginformasikan teori ikatan-budaya. Setiap kebudayaan memberikan cara untuk melihat dunia. Kebudayaan memberikan kategori, tanda, dan ju-ga mendefinisikan dunia di mana orang itu hidup. Kebudayaan meliputi berbagai asumsi mengenai sifat dasar realitas dan juga informasi yang spesifik mengenai realitas itu. Ke-budayaan mencakup nilai yang menspesifikasikan hal yang baik, benar dan bisa dipercaya. Apabila orang mempelajari kebudayaan, maka sampai batas tertentu dia terpenjara tanpa mengetahuinya. Para ahli antropologi mangatakan hal ini sebagai “ikatanbudaya” (culture-bound), yaitu hidup dalam realitas tertentu yang dipandang sebagai “realitas” yang benar. Para ilmuan sosial dengan berbagai teori mereka tidak kurang merupakan ikatan budaya manusia lain. Sistem pendidikan Barat memberi semua cara menginterpretasikan pengalaman. Berbagai asumsi implisit mengenai dunia muncul

dalam berbagai teori dari setiap displin

akademik-kritik sastra, ilmu alam, sejarah, dan semua ilmu sosial. Etnografi sendiri berupaya mendokumentasikan berbagai realitas alternatif dan mendeskripsikan realitas itu dalam batasan realitas itu sendiri. Dengan demikian, etnografi dapat berfungsi korektif tehadap teori yang muncul dalam ilmu sosial Barat. Sebagai contoh, teori ketercerabutan badaya (culture deprivation).Ide ini muncul dalam bentuk yang konkret pada tahun 1960-an untuk menerangkan kegagalan pendidikan yang dialami kebanyakan anak. Dalam upaya menerangkan tidak adanya prestasi pada anak itu, maka dikemukakan

bahwa

mereka

mengalami

“ketercerabutan

budaya”

(culturally deprived). Studi

mengenai

ketercerabutan

badaya

dilaksanakan

dengan

memfokuskan pada kelompok budaya Indian, Chicano, kulit hitam dan berbagai kelompok budaya lainnya. Teori ini dapat dikonfirmasikan dengan mempelajari anak dari budaya melalui sekat pelindung teori ini. Bagaimanapun, penelitian etnografi terhadap budaya “anak” yang

5|P enelitian Etnogr afi

mengalami“ketercerabutan budaya” mengungkapkan suatu kisah yang berbeda. Mereka telah mengelaborasi kebudayaan yang canggih dan adaptif yang sama sekali berbeda dengan kebudayaan yang didukung oleh sistem pendidikan. Walaupun masih didukung di beberapa tempat, teori ini merupakan cara untuk mengatakan bahwa orang tercerabut dari “kebudayaan saya”. Tentu saja tak seorang pun akan berpendapat bahwa anak itu tidak berbicara dalam bahasa Spanyol atau bahasa Inggris dengan baik, bahwa mereka tidak melakukan dengan baik hal-hal yang menurut kebudayaan mereka dipandang bernilai. Tetapi sifat dasar ikatan-budaya teori psikologi dan sosiologi jauh di luar gagasan ketercerabutan budaya. Semua teori yang yang dikembangkan dalam ilmu perilaku Barat didasarkan pada premis implisit kebudayaan Barat, yang biasanya merupakan versi paling khas profesional kelas menengah. 2. Etnografi tidak lepas dari ikatan budaya Etnografi

tidak

lepas

dari

ikatan-budaya.Namun,

etnografi

memberikan deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan yang diciptakan oleh manusia. Etnografi dapat berperan sebagai penunjuk yang menunjukan sifat dasar ikatan-budaya teori ilmu sosial. Etnografi mengatakan kepada semua peneliti perilaku manusia, “Sebelum anda menerapkan teori anda pada orang yang anda pelajari, temukanlah bagaimana orang itu mendefinisikan dunia”. Etnografi dapat mendeskripsikan secara detail teori penduduk asli yang telah diuji dalam situasi kehidupan aktual selama beberapa generasi. Begitu kepribadian, masyarakat, individu dan lingkungan dipelajari dari perspektif yang lain dari perspektif kebudayaan ilmiah profesional,maka etnografer sampai pada sikap rendah hati epistemologis, mereka sadar akan sifat sementara dari teori dan hal ini akan memungkinkan mereka untuk memperbaiki teori itu agar tidak terlalu etnosentris. 3. Menemukan teory grounded Banyak penelitian ilmu sosial diarahkan pada tugas menguji teori formal. Salah satu alternatif bagi teori formal, dan strategi untuk

6|P enelitian Etnogr afi

menghilangkan etnosentrisme adalah dengan mengembangkan teori yang didasarkan pada data empiris deskripsi kebudayaan. Glaser dan Strauss (dalam Spradley, 1997:15) menyebut teori ini dengan teori grounded. Etnografi menawarkan strategi yang baik sekali untuk menemukan teori grounded. Sebagai contoh, etnografi mengenai anak dari lingkungan kebudayaan minoritas di Amerika Serikat yang berhasil di sekolah, dapat mengembangkan teori grounded mengenai penyelenggaraan sekolah. Studi semacam itu mengungkapkan bahwa, anak itu bukanya mengalami ketercerabutan budaya, sebaliknya mereka mengalami banjir budaya (culturally overwhelmed), di mana keberhasilan mereka dalam sekolah disebabkan oleh kemampuan dua-kebudayaan (bicultural)sekaligus. Tetapi teori grounded dapat dikembangkan dalam bidang penting pengalaman manusia yang mana pun. Teori kepribadian dapat diperkaya dengan

menemukan

teori

rakyat

mengenai

kepribadian

yang

dikembangkan oleh masing-masing kebudayaan. Teori medis mengenai kesehatan dan penyakit dapat diperkaya melalui etnografi yang cermat terhadap teori pengobatan rakyat.Teori pengambilan keputusan dapat diperkaya dengan mula-mula menemukan berbagai aturan budaya untuk pengambilan keputusan dalam kebudayaan tertentu. Daftar ini dapat menjadi sangat panjang karena hampir setiap bidang teori ilmu sosial mempunyai padananannya dalam kebudayaan dunia. 4. Memahami masyarakat kompleks Sampai sekarang ini, etnografi umumnya diturunkan ke berbagai kebudayaan kecil, non-Barat. Nilai mempelajari masyarakat seperti ini sudah dapat diterima bagaimanapun, etnografer tidak banyak tahu tentang mereka. Peneliti tidak dapat melakukan survei untuk eksperimen, sehingga etnografi dalam memahami kebudayaan sendiri (yang kompleks) sering diabaikan. Kebudayaan modern telah memberi mitos tentang masyarakat yang kompleks-mitos tentang tempat bercampur. Ilmuwan sosial telah berbicara tentang “kebudayaan Amerika“ seolah-olah kebudayaan itu mencakup

7|P enelitian Etnogr afi

serangkaian nilai yang dimiliki bersama oleh setiap orang. Semakin jelas bahwa seseorang tidak mempunyai kebudayaan yang homogen, bahwa orang yang hidup dalam masyarakat modern yang kompleks sebenarnya hidup dengan berbagai macam aturan budaya yang berbeda. Hal ini tidak hanya benar untuk kelompok etnik yang paling menonjol, tetapi masingmasing kelompok kerja menunjukkan berbagai perbedaan budaya. Sekolah mempunyai sistem budaya sendiri dan bahkan dalam lembaga yang sama orang melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda. Misalnya, bahasa, nilai, gaya busana, serta berbagai aktivitas. Siswa sekolah menengah atas berbeda dengan bahasa, nilai, gaya busana, serta aktivitas para guru dan stafnya. Perbedaan budaya mereka mencolok, meskipun sering diabaikan. Sipir penjara dengan orang yang dipenjara, pasien dan dokter di rumah sakit, orang tua dan berbagai kelompok keagamaan, semua mempunyai perspektif budaya. Orang yang menderita cacat fisik hidup dalam dunia yang berbeda dengan orang yang tidak cacat fisik, walaupun mereka tinggal dalam satu kota. Begitu orang berpindah dari satu kondisi kebudayaan ke kondisi kebudayaan lain dalam masyarakat yang kompleks, maka mereka menggunakan aturan budaya yang berbeda. Etnografi menawarkan salah satu cara terbaik untuk memahami gambaran kehidupan modern yang kompleks ini. Etnogafi dapat menunjukkan berbagai perbedaan budaya dan bagaimana orang dengan perspektif yang berbeda dengan berinteraksi. 5. Memahami perilaku manusia Tingkah laku manusia berbeda dengan tingkah laku binatang, memiliki beragam makna bagi pelakunya. Makna ini dapat ditemukan. Etnografer dapat menanyakan seseorang yang mengumpulkan kerang laut mengenai pekerjaannya itu, apa yang dilakukannya, mengapa dia melakukan hal itu. Penjelasan apapun mengenai tingkah laku yang mengabaikan apa yang diketehui oleh pelaku, masih merupakan penjelasan yang parsial. Alat etnografi menawarkan satu cara untuk membahas

8|P enelitian Etnogr afi

kenyatan makna ini. Oleh karena itu, salah satu tujuan etnografi adalah memahami rumpun manusia.

D. JENIS-JENIS DESAIN ETNOGRAFI Menurut Creswell (2012: 464) penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis. 1. Etnografi Realis Etnografi realis adalah pendekatan yang populer digunakan oleh para antropolog budaya. Dijelaskan oleh Van Maanen dalam Creswell (2012: 464) etnografi merefleksikan sikap tertentu yang diambil oleh peneliti terhadap individu yang sedang dipelajari. Etnografi realis adalah pandangan obyektif terhadap situasi, biasanya ditulis dalam sudut pandang orang ketiga, melaporkan secara obyektif mengenai informasi yang dipelajari dari para obyek penelitian di lokasi (Creswell, 2012:464). Dalam etnografi realis ini: a.

Etnografer menceritakan penelitian dari sudut pandang orang ketiga, laporan pengamatan partisipan, dan pandangan mereka. Etnografer tidak menuliskan pendapat pribadinya dalam laporan penelitian dan tetap berada di belakang layar sebagai reporter yang meliput tentang fakta-fakta yang ada.

b.

Peneliti melaporkan data objektif dalam sebuah bentuk informasi yang terukur, tidak terkontaminasi oleh bias, tujuan politik, dan penilaian pribadi. Peneliti dapat menggambarkan kehidupan sehari-hari secara detail antara orang-orang yang diteliti. Etnografer juga menggunakan kategori standar untuk deskripsi budaya (misalnya kehidupan keluarga, kehidupan kerja, jaringan sosial, dan sistem status).

c.

Etnografer menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang diedit tanpa merubah makna dan memiliki kesimpulan berupa interpretasi dan penyajian budaya (Van Maanen dalam Creswell, 2012: 464).

9|P enelitian Etnogr afi

2. Studi Kasus Istilah studi kasus sering digunakan dalam hubungannya dengan etnografi. Studi kasus merupakan salah satu bagian penting dari etnografi, meskipun berbeda dari etnografi dalam beberapa hal tertentu. Peneliti studi kasus terfokus pada program, kejadian, atau kegiatan yang melibatkan individu dan bukan merupakan kelompok (Stake dalam Creswell, 2012: 465). Saat peneliti melakukan penelitian kelompok, mereka mungkin lebih tertarik

dalam

menggambarkan

kegiatan

kelompok

bukannya

mengidentifikasi pola-pola perilaku yang ditunjukkan oleh kelompok. Para etnografer bersama-sama melakukan pencarian yang berkembang sebagai sebuah kelompok yang berinteraksi dari waktu ke waktu. Di awal penelitiannya, peneliti cenderung mengidentifikasi tema budaya. Salah satu perhatian utamanya adalah antropologi, namun mereka hanya terfokus pada eksplorasi mendalam dari "kasus" yang sebenarnya (Yin dalam Creswell, 2012: 465). Meskipun beberapa peneliti mengidentifikasi "kasus" sebagai objek studi (Stake dalam Creswell,2012:465), yang lain menganggapnya sebagai suatu prosedur penyelidikan (misalnya, Merriam, 1998). Studi kasus merupakan eksplorasi mendalam tentang sistem terbatas (misalnya, kegiatan, acara, proses, atau individu) berdasarkan pengumpulan data luas (Creswell, 2007). Bounded berarti bahwa kasus tersebut terpisah dari hal-hal lain dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlaku bagi obyek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada obyek yang lain meskipun masih sejenis.Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis kasus yang akan dipelajari dalam penelitian kualitatif, antara lain: a.

Apakah kasus tersebut dialami oleh satu individu, beberapa individu secara terpisah atau dalam kelompok, program, kegiatan, atau kegiatan (misalnya, guru, beberapa guru, atau penerapan program matematika baru).

10 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i

b.

“Kasus” tersebut merupakan proses yang terdiri dari serangkaian langkah-langkah (misalnya, proses kurikulum perguruan tinggi) yang membentuk suatu urutan kegiatan.

c.

Sebuah kasus dipilih untuk diteliti karena itu sesuatu yang tidak biasa dan memberi manfaat, berikut ini pembagiannya : 1) Kasus intrinsik (intrinsic case), apabila kasus yang dipelajari secara mendalam mengandung hal-hal me...


Similar Free PDFs