Mini Proposal Kuantitatif PDF

Title Mini Proposal Kuantitatif
Course Akuntansi Pengantar I
Institution Universitas Katolik Soegijapranata
Pages 15
File Size 235.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 523
Total Views 635

Summary

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIFTugas Mini Proposal Penelitian Kuantitatif“Pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Terhadap Peningkatan Skor Citra Tubuh Pada Wanita Usia Dewasa Muda Yang Menderita Kanker Payudara Pasca Menjalani Operasi Mastektomi”Disusun OlehCharis Pratama (20.E3)Magister Prof...


Description

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF Tugas Mini Proposal Penelitian Kuantitatif “Pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Terhadap Peningkatan Skor Citra Tubuh Pada Wanita Usia Dewasa Muda Yang Menderita Kanker Payudara Pasca Menjalani Operasi Mastektomi”

Disusun Oleh Charis Pratama (20.E3.0023)

Magister Profesi Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 2021

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan yang menyerang manusia dan merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Banyak jenis kanker yang menyerang organ tubuh manusia, pada wanita jenis kanker yang umum terjadi adalah kanker payudara. Di Indonesia sendiri data dari Kementerian Kesehatan per 31 Januari 2019 menunjukkan terdapat 42,1 per 100.000 penduduk menderita kanker payudara. Sementara itu, angka kematian akibat kanker payudara rata-rata terdapat 17 per 100.000 penduduk (Abdi, 2019). Untuk menekan jumlah kematian akibat kanker payudara maka diperlukan sebuah metode pengobatan yang efektif. Dalam bidang ilmu kedokteran pengobatan yang umum dilakukan untuk mengobati kanker payudara adalah melalui operasi mastektomi yang dilakukan dengan cara mengangkat seluruh jaringan payudara. Meskipun efektif dalam mengobati kanker payudara, pengobatan mastektomi tidak dapat dilepaskan dari efek samping bagi pasien yang menjalaninya. Terdapat efek baik secara fisik maupun psikologis yang dirasakan oleh wanita setelah menjalani operasi mastektomi. Efek terhadap kondisi fisik antara lain : kesulitan melakukan aktivitas fisik yang berat, merasa cepat lelah, nyeri dibagian payudara yang dioperasi, kesakitan dan mual. Sementara itu efek terhadap kondisi psikologis antara lain depresi, distress, kecemasan dan permasalahan psikologis lainnya (Guntari, Agung & Suariyani, 2016). Efek psikologis lainnya yang mungkin terjadi adalah adanya perubahan citra tubuh pada wanita pasca menjalani operasi mastektomi. Penelitian yang dilakukan oleh

Grogan dan Mechan (2016) menunjukkan beberapa partisipan yang

menganggap kecantikan yang sempurna adalah hal yang penting, mereka yang memiliki anggapan ini merasa kehilangan kesempurnaan bentuk tubuh karena bagi wanita ini payudara dikaitkan dengan kesempurnaan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Falk Dahl, dkk (2010) menemukan bahwa permasalahan citra tubuh negatif diasosiasikan secara kuat dengan tingginya tingkat distress dan rendahnya tingkat kualitas hidup. Kilpela, dkk (2015) menjelaskan beberapa hal yang berasosiasi dengan ketidakpuasan tubuh pada perempuan dewasa, diantaranya adalah adanya perubahan bentuk tubuh dikarenakan adanya perubahan fisiologis terkait penuaan. Selain itu, ketidakpuasan tubuh dapat juga terjadi dikarenakan adanya suatu penyakit tertentu. Dalam konteks wanita dewasa muda yang mengalami operasi

mastektomi disamping menghadapi perubahan fisiologis karena penuaan, mereka juga harus mengalami perubahan bentuk tubuh karena pengangkatan payudara. Disamping itu pada wanita dewasa yang sudah menikah mastektomi menimbulkan permasalahan adanya irrational belief t idak menarik lagi bagi suami, hal ini dapat menimbulkan adanya kecurigaan pada wanita terhadap suami mereka akan berpaling pada wanita lain (Yusof, Reiko-Yap & Ahmad, 2012). Salah satu bentuk irrational belief y ang umum terjadi p  ada permasalahan citra tubuh negatif pada penderita kanker payudara pasca menjalani operasi mastektomi adalah cognitive labeling . Cognitive labeling merupakan salah satu bentuk irrational belief dimana individu mengabaikan karakteristik bahwa manusia adalah campuran karakteristik yang kompleks. Individu mendefinisikan diri mereka dalam istilah konstruksi global yang tunggal. Beberapa cognitive labeling yang umum terjadi dalam hal ini antara lain adanya pelabelan bahwa dirinya sudah tidak menarik lagi sebagai perempuan, perasaan bersalah, perasaan tidak berharga, tidak memuaskan secara seksual, penolakan atas tubuh mereka, serta cemas bahwa penyakitnya akan kambuh lagi (Moorey & Greer, 2012; Keitel & Kopala dalam Nova & Sumintardja, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Boquiren, dkk (2016) menemukan bahwa permasalahan lainnya yang dapat terjadi pada wanita penderita kanker payudara adalah

adanya

disfungsi

seksual,

yang

merupakan

sebuah kondisi yang

mengganggu kemampuan individu dalam aktivitas seksual dengan pasangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi body stigma merupakan prediktor penting sexual functioning . Dimensi body stigma dapat didefinisikan sebagai stigma atau pandangan yang dimiliki oleh wanita terkait bentuk tubuhnya yang memunculkan adanya perilaku menghindar agar bentuk tubuhnya yang dirasa kurang sempurna tidak terlihat. Dimensi body stigma dilaporkan memiliki korelasi negatif signifikan dengan gairah, orgasme dan kepuasan seksual. Sehingga hal ini secara langsung berasosiasi pula dengan rendahnya kepuasan perkawinan. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Webster dan Tiggemann (2003) pada sampel 106 orang wanita yang berusia antara 25 hingga 65 tahun menemukan bahwa ketidakpuasan bentuk tubuh berasosiasi dengan rendahnya konsep diri dan rendahnya harga diri pada seluruh sampel wanita. Kekuatan hubungan tersebut berkurang dengan meningkatnya kontrol kognitif atas persepsi mengenai bentuk tubuh. Strategi kognitif yang baik dapat melindungi konsep diri dan harga diri atas ketidakpuasan bentuk tubuh. Strategi kognitif yang baik juga menghindarkan individu terkhusus pada penderita kanker payudara pasca mastektomi pada adanya distorsi kognitif terkait perubahan bentuk tubuhnya.

Dalam proses penerimaan diri termasuk penerimaan bentuk tubuh pada wanita penderita kanker payudara setelah menjalani operasi mastektomi, aspek kognisi yakni cara pandang individu terhadap bentuk tubuh memainkan peranan penting. Cara pandang yang dimiliki oleh individu secara langsung mempengaruhi reaksi emosi dan perilaku dan bahkan pada mekanisme koping yang digunakan (Moorey & Greer, 2012). Sehingga cara pandang yang irasional akan berakibat pada timbulnya citra tubuh yang irasional pula. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu teknik intervensi psikologi untuk mengatasi cara pandang individu yang irasional dan menghasilkan cara pandang yang rasional terkait citra tubuh. Dalam teknik psikoterapi, salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi irrational belief dan bertujuan untuk mencapai cara pandang yang sehat adalah melalui cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi kognitif perilaku. Teknik psikoterapi ini mendasarkan bahwa cara individu menafsirkan peristiwa berkaitan dengan cara individu merespons atas peristiwa yang terjadi. Perilaku maladaptif adalah dikarenakan adanya irrational belief yang tertanam kuat di dalam pikiran individu. Dalam proses terapeutik, terapis bertugas untuk mengevaluasi irrational belief pada klien dan berusaha menantang irrational belief untuk menghasilkan cara pandang yang adaptif (Corsini & Wedding, 2008). Sejauh ini penelitian tentang cognitive behavioral therapy (CBT) dalam kaitannya dengan citra tubuh telah dilakukan dalam konteks wanita yang mengalami body image dissatisfaction (Butters & Cash, 1987) dan pada konteks body image negatif (Rosen, Saltzberg, & Srebnik, 1989). Sementara itu penelitian kuasi eksperimen mengenai efektivitas brief cognitive behavioral therapy (CBT) pada penderita kanker payudara dilakukan oleh Nova dan Sumintardja (2016). Meskipun semua penelitian sebelumnya menyatakan hasil yang signifikan mengenai efektivitas CBT dalam menangani permasalahan citra tubuh, namun sejauh ini belum ditemukan penelitian eksperimen murni (true experiment ) mengenai efektivitas CBT pada penderita kanker payudara pasca mastektomi dalam kaitannya dengan peningkatan skor citra tubuh. Penelitian ini diperlukan dalam memberikan alternatif psikoterapi di masa mendatang dalam menangani permasalahan citra tubuh negatif akibat operasi mastektomi. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan psikoedukasi bagi penderita kanker payudara pasca menjalani operasi mastektomi sebagai upaya preventif dalam pembiasaan sudut pandang yang rasional dan realistis. Melalui penelitian eksperimen murni ini maka diharapkan efektivitas CBT dapat diketahui secara lebih ilmiah karena terdapat adanya kontrol variabel yang ketat.

B. Rumusan Masalah Apakah cognitive behavioral therapy (CBT) memiliki pengaruh dalam meningkatkan skor citra tubuh pada wanita usia dewasa muda penderita kanker payudara pasca menjalani operasi mastektomi?

C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh cognitive behavioral therapy (CBT) dalam meningkatkan skor citra tubuh pada wanita usia dewasa muda penderita kanker payudara pasca menjalani operasi mastektomi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu pengetahuan di bidang psikologi kesehatan terutama berkaitan dengan efektivitas intervensi CBT dalam meningkatkan skor citra tubuh pada wanita usia dewasa muda setelah menjalani operasi mastektomi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai dasar penyusunan program psikoedukasi bagi penderita kanker payudara pasca menjalani operasi mastektomi sebagai upaya preventif dalam pembiasaan sudut pandang yang rasional dan realistis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Citra Tubuh pada Wanita Usia Dewasa Muda Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi 1. Definisi Citra Tubuh pada Wanita Usia Dewasa Muda Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi a. Citra Tubuh Menurut Cash (2012) citra tubuh merupakan pengalaman individu terkait bentuk penampilannya sendiri, terkhusus pada penampilan fisik. Pengalaman terkait penampilan fisik meliputi persepsi atas penampilan (terkait dengan representasi mental dari bentuk, ukuran dan karakteristik wajah); dan sikap terhadap penampilan individu itu sendiri. Dalam arti yang lebih luas citra tubuh juga dapat berkaitan dengan kemampuan fungsional fisik (misalnya kesehatan, kebugaran, keterampilan atletik, dan sebagainya). b. Wanita Usia Dewasa Muda Menurut Dariyo (2004) masa dewasa muda merupakan masa transisi besar dalam kehidupan. Transisi ini meliputi transisi fisik, transisi intelektual dan transisi peran sosial. Masa transisi fisik merupakan tahap dimana individu sudah mencapai puncak dari kematangan fisik. Masa transisi intelektual ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak, logis dan rasional dengan tantangan pekerjaan yang lebih kompleks. Masa transisi peran sosial ditandai dengan persiapan dan awal kehidupan berkeluarga. Pada wanita peran sosial yang terjadi adalah sebagai ibu rumah tangga dengan tugas mempersiapkan kehadiran anak dan mengasuhnya. Pada beberapa kasus wanita berperan sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja. Di masa dewasa muda juga memungkinkan individu terkhusus wanita mengalami

permasalahan

kesehatan,

meskipun

tidak

mengalami

gejala-gejala suatu penyakit. Melainkan adanya kebiasaan dalam kebiasaan yang tidak sehat seperti konsumsi makanan instan (fast food ) yang terlalu sering, kurangnya istirahat (karena kesibukan pekerjaan) dan strategi koping yang destruktif (Dariyo, 2004). Permasalahan kesehatan lainnya yang dapat terjadi adalah munculnya penyakit akut seperti kanker. c. Mastektomi pada Wanita Mastektomi adalah metode pengobatan kanker payudara dengan melakukan operasi untuk mengangkat payudara dan jaringan kanker yang

mendasarinya, yang dapat dilakukan pada salah satu atau kedua payudara (Hammer dkk, dalam Mentiri & Sarwono 2014). 2. Dimensi Citra Tubuh Menurut Cash (2012) citra tubuh terbagi dalam dua dimensi yang mendasar sebagai berikut : a. Persepsi Citra Tubuh Persepsi citra tubuh individu merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh individu terkait penampilan dirinya. Terkadang gambaran mental yang dimiliki individu tidak akurat, sehingga dapat terjadi perbedaan antara hal yang sesungguhnya dengan gambaran mental individu, sehingga dalam hal ini terjadi persepsi diri yang terdistorsi. b. Sikap Citra Tubuh Sikap citra tubuh merupakan cara individu dalam berpikir (kognisi), berperasaan (afeksi atau emosi), dan berperilaku mengenai penampilan fisik dirinya sendiri. Sikap citra tubuh meliputi aspek evaluation dan investment : 1. Body image evaluation , merupakan penilaian kognitif dan afektif individu pada penampilan fisik mereka sendiri yang terkait kepuasan dan ketidakpuasan bentuk tubuh. 2. Body image investment, merupakan evaluasi diri yang mengacu pada prioritas psikologis (menyangkut kognitif, emosional, dan perilaku) yang individu pakai dalam evaluasi terkait penampilan mereka. Ketika individu menganggap penting terkait bentuk tubuhnya, maka individu akan dapat terpengaruh baik secara kognitif, emosional oleh ketidakpuasan bentuk tubuh. Peneliti menggunakan dimensi citra tubuh yang dikemukakan oleh Cash (2012) karena dimensi ini memiliki kesamaan sudut pandang dengan alat ukur Body Image Scale (BIS) yang dikembangkan oleh Hopwood, dkk (2001) mengenai citra tubuh dari segi kognitif, emosi dan perilaku. 3. Faktor yang Menentukan Citra Tubuh Cash (2012) menyatakan terdapat empat determinan dalam sejarah perkembangan individu yang melatarbelakangi terbentuknya citra tubuh pada individu, diantaranya : a. Sosialisasi budaya, yang berkaitan dengan standar atau harapan mengenai penampilan yang ideal pada kelompok masyarakat. b. Pengaruh Interpersonal, meliputi pengaruh keluarga, kerabat, teman dan orang-orang sekitar. Orang-orang ini dapat memperkuat, mengekspresikan dan mencontohkan melalui proses sosialisasi terkait penampilan individu.

c. Karakteristik fisik dan perubahannya, yang meliputi berat badan, pubertas, karakteristik fisik tertentu yang menonjol dan perubahan terkait bentuk tubuh karena suatu kondisi tertentu. d. Kepribadian, yang dimana terdapat tipe kepribadian tertentu seperti rendahnya self-esteem, perfeksionisme dan emosi negatif yang membawa individu pada evaluasi penampilan secara negatif. Kepribadian merupakan suatu pola khas yang dimiliki oleh individu dalam kaitannya dengan kognitif, afektif dan perilaku. Ketika individu memiliki pola yang maladaptif dalam kognitif maka secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi bagaimana cara individu dalam memandang tubuhnya

B. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) 1. Definisi Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Cognitive Behavioral Therapy atau yang sering disingkat dengan CBT, merupakan salah satu teknik psikoterapi yang diterapkan berdasarkan pandangan kognitif dimana irrational belief merupakan akar penyebab dari adanya emosi dan perilaku

yang

maladaptif. Irrational belief dapat diartikan sebagai adanya

kesalahpahaman, kesalahtafsiran, dan interpretasi idiosinkratik yang tertanam kuat di dalam kognisi individu. Saat Individu berusaha untuk mengevaluasi pikiran mereka dengan cara yang realistis dan adaptif, maka sangat dimungkinkan terjadi perubahan pada emosi dan perilaku yang sebelumnya maladaptif ke arah yang adaptif (Beck, 2011; Corsini & Wedding, 2008). 2. Tujuan CBT CBT merupakan bentuk terapi yang edukatif, sehingga klien diajarkan untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri. CBT tidak hanya bertujuan menyelesaikan permasalahan psikologis namun juga mengajarkan pembiasaan akan pola pikir yang adaptif dan realistis. Terapi ini mengajarkan klien untuk melakukan identifikasi, evaluasi, dan mengajarkan respon yang tepat pada pikiran dan keyakinan yang maladaptif. Terapis mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi pikirannya sendiri dan menerapkan pola pikir yang realistis dan adaptif. Sehingga diharapkan klien memiliki emosi yang lebih baik dan berperilaku secara adaptif dan mengurangi problem psikologis (Beck, 2011).

3. Proses CBT Menurut Corsini dan Wedding (2008) secara garis besar proses terapeutik terbagi dalam tiga sesi sebagai berikut :

a. Sesi Awal Pada sesi awal terapis memulai hubungan dengan pasien dan mendapatkan informasi penting tentang pasien (meliputi diagnosis, riwayat masa lalu, situasi kehidupan sekarang, masalah psikologis, sikap tentang pengobatan, dan motivasi untuk pengobatan). Hal yang terpenting pada sesi ini adalah identifikasi masalah sejelas-jelasnya oleh terapis. Setelah identifikasi masalah selanjutnya masalah tersebut diberikan prioritas sebagai target intervensi. Pada sesi ini tugas yang diberikan biasanya pasien diarahkan untuk mengenali hubungan antara pikiran, perasaan dan perilaku. Beberapa pasien diminta untuk mencatat pikiran otomatis yang muncul saat keadaan tertekan. b. Sesi Lanjut Pada sesi lanjut yang menjadi penekanan adalah pola berpikir pasien, terutama dalam kaitannya dengan pikiran otomatis bekerja mempengaruhi emosi dan perasaan pasien. Pada sesi ini terdapat adanya pasien diajak untuk menantang atas pikiran yang maladaptif. c. Sesi Akhir Lamanya sesi terapi sangat bergantung pada tingkat keparahan pada permasalahan klien. Namun ketika tujuan terapi sudah tercapai, dan klien menjadi mandiri dalam memecahkan persoalannya maka terapi dihentikan. Dalam

sesi

ini

pasien

juga digunakan metode observasi perilaku,

self-monitoring, self-report , atau kuesioner untuk mengukur progres yang telah dicapai pada daftar masalah yang sebelumnya dibuat. Pasien diberikan arahan bahwa kesuksesan dan kemunduran merupakan hal yang biasa, sehingga klien disarankan untuk menerapkan kemampuan yang didapat selama proses terapi. Terapis juga dapat menggunakan latihan kognitif sebelum penghentian dengan meminta pasien membayangkan kesulitan di masa depan dan melaporkan bagaimana mereka akan menghadapinya.

C. Efektivitas cognitive behavioral therapy (CBT) untuk meningkatkan skor citra tubuh pada wanita usia dewasa muda penderita kanker payudara pasca mastektomi Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang menyerang pada bagian payudara yang dapat terjadi baik pada perempuan maupun laki-laki. Salah satu metode pengobatan kanker payudara yang banyak dikenal adalah operasi mastektomi. Pada penderita kanker payudara, mastektomi dapat memberikan harapan kesembuhan. Namun mastektomi tidak sepenuhnya memiliki dampak yang

baik bagi penderita kanker payudara. Permasalahan yang dapat terjadi pada wanita dewasa muda penderita kanker payudara pasca menjalani operasi mastektomi adalah berkaitan dengan ketidakpuasan bentuk tubuh (Grogan & Mechan, 2016). Menurut Cash (2012) citra tubuh sangat berkaitan dengan pengalaman (meliputi persepsi dan sikap) individu terkait bentuk penampilannya sendiri, terkhusus pada penampilan fisik. Wanita yang memiliki sikap yang negatif terkait bentuk tubuhnya merupakan penyebab dari adanya citra tubuh yang negatif. Sementara itu wanita yang menganggap penampilan fisik adalah hal yang terpenting dapat menjadikan dirinya mengalami citra tubuh yang negatif saat terjadi perubahan pada tubuhnya (Cash, 2012; Grogan & Mechan, 2016). Pada individu yang memiliki citra tubuh yang negatif dan yang mengalami ketidakpuasan bentuk tubuh peran kognitif memainkan hal yang penting. Dalam perspektif kognitif perilaku terjadi adanya pemrosesan skema ketika terjadi perubahan bentuk tubuh seperti pada wanita yang telah menjalani operasi mastektomi. Hal tersebut merupakan situasi spesifik yang mengaktivasi pemrosesan informasi yang berkaitan dengan skema penampilan fisik individu. Terkadang pemrosesan informasi dapat menjadi bias sehingga menimbulkan adanya distorsi kognitif terkait penampilan fisik individu (Cash, 2012). Bentuk distorsi kognitif yang dapat terjadi pada penderita kanker payudara setelah menjalani operasi mastektomi adalah adanya pemikiran bahwa dirinya sudah tidak menarik lagi karena menjadi wanita yang kurang sempurna, pikiran ini sering disebut sebagai magnifying glass (Cash, 2012; Moorey & Greer, 2012). Individu yang memiliki pola pikir yang irasional atau terdistorsi perlu untuk mendapat intervensi cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi ini bertujuan untuk mengatasi adanya distorsi kognitif yang dapat digunakan pada berbagai setting, termasuk setting dimana wanita yang mengalami pola pikir irasional ...


Similar Free PDFs