Misa Imlek DOCX

Title Misa Imlek
Author Alberto Ernes
Pages 4
File Size 57.8 KB
File Type DOCX
Total Downloads 46
Total Views 608

Summary

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT DRIYARKARA Mata Kuliah : Liturgika (UTS) Dosen : Jacobus Tarigan, Lic. Th. Nama : Alberto Ernes NPM :0227810114 MISA IMLEK Misa imlek adalah misa yang diwarnai dengan suasana Imlek dan merupakan salah satu bentuk misa inkulturasi. Misa Imlek kerapkali diidentikkan dengan misa...


Description

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT DRIYARKARA Mata Kuliah : Liturgika (UTS) Dosen : Jacobus Tarigan, Lic. Th. Nama : Alberto Ernes NPM : 0 2 2 7 8 1 0 1 1 4 MISA IMLEK Misa imlek adalah misa yang diwarnai dengan suasana Imlek dan merupakan salah satu bentuk misa inkulturasi. Misa Imlek kerapkali diidentikkan dengan misa inkulturasi, namun apakah Misa Imlek ini benar misa inkulturasi atau misa dengan nuansa budaya Tionghoa, berikut akan dijelaskan pengertian inkulturasi, hasil wawancara dengan umat di suatu paroki, hubungan antara Misa Imlek dengan Liturgi, dan tanggapan kritis atas masalah ini. Dalam sebuah perayaan ekaristi baik yang biasa/rutin (harian maupun mingguan) ataupun yang termasuk khusus (dengan nuansa tertentu atau intensi khusus), yang perlu diperhatikan adalah ke-konsisten- an akan esensi liturgi. Bagi saya, hal ini menjadi amat sangat penting. Liturgi adalah perayaan iman dan perayaan bersama Umat beriman yang bersyukur kepada Bapa yang kudus, kekal, dan kuasa, bukan upacara untuk menyenangkan perayaan liturgi.1 Berdasarkan definisi ini dapat dilihat secara jelas bahwa liturgi merupakan sentral dari perayaan iman akan rasa syukur kepada Bapa yang tertuang dalam Perayaan Ekaristi. Akan tetapi, dalam kesempatan ini tidak akan dibahas secara mendalam mengenai liturgi, tetapi lebih kepada inkulturasi dan hubungannya terhadap liturgi. Inkulturasi dapat diartikan sebagai proses yang mengintegrasikan unsur-unsur yang relevan dari budaya lokal ke dalam liturgi Gereja lokal.2 Proses pengintegrasian tentu saja tidak langsung memasukkan unsur-unsur berbagai budaya yang beraneka ragam begitu saja, tetapi harus melihat adanya sesuatu yang relevan antara unsur budaya tersebut dengan liturgi Gereja. Dalam hal ini, seringkali terdapat kesalahpahaman mengenai inkulturasi karena begitu mendengar kata "inkulturasi", yang terbayang dan terlintas di pikiran kita dan umat seringkali adalah memasukkan berbagai unsur budaya ke dalam liturgi Gereja tanpa melihat kerelevanan, hubungan, dan keterkaitan antara dua hal tersebut, di antaranya adalah melihat secara cermat dan bijaksana serta mempertimbangkan unsur budaya manakah dari adat/budaya tertentu yang dapat dimasukkan dan diterima dalam Liturgi. Selain itu, inkulturasi hendaknya dituntut adanya kesadaran bahwa kebudayaan bersifat plural dan iman tidak pernah diikat oleh satu macam kebudayaan saja. Inkulturasi bukan upaya untuk saling mengalahkan satu sama lain, tetapi terjadi integrasi yang saling memperkaya.3 Mengenai inkulturasi ini terdapat kutipan yang menyatakan dan menjelaskan bahwa inkulturasi ini mampu mengajak umat untuk semakin bersatu ke dalam persekutuan Gereja yang semakin dalam dengan membawa segala "atribut"nya.4 Selain itu, inkulturasi mempunyai beberapa tujuan, yakni: (1) Tujuan pastoral yang menjadikan liturgi perayaan semakin lebih bermakna dan mampu meresapi kehidupan umat, (2) Tujuan aggiornamento yang mengadakan penyesuaian hidup Gereja dengan tuntutan zaman dan aspirasi kebudayaan, (3) Tujuan ekumenis agar usaha inkulturasi tidak menjadi rintangan untuk dialog ekumenis, dan (4) Tujuan misioner agar dapat menampung semua orang yang belum percaya akan Yesus Kristus, tetapi 1 Bdk. P. Jacobus Tarigan, Misa & Etnik Tionghoa, (Jakarta: Cahaya Pineleng, 2014), 1-2. 2 Bdk. Jacobus Tarigan, Pr. dan Johan Suban Tukan, Inkulturasi Budaya Tionghoa dalam Gereja Katolik, (Jakarta, 2007), 121. 3 Bdk. Jacobus Tarigan, Pr. dan Johan Suban Tukan, Inkulturasi Budaya Tionghoa dalam Gereja Katolik, (Jakarta, 2007), 101. 4 "… lewat inkulturasi Gereja membuat Injil menjelma dalam aneka kebudayaan dan sekaligus memasukkan para bangsa, bersama kebudayaan mereka, ke dalam persekutuan Gereja sendiri." Bdk. P. Jacobus Tarigan, Misa & Etnik Tionghoa, (Jakarta: Cahaya Pineleng, 2014), 72. 1...


Similar Free PDFs