MODEL KOMUNIKASI MASSA PDF

Title MODEL KOMUNIKASI MASSA
Author Fadlun Maros
Pages 33
File Size 821 KB
File Type PDF
Total Downloads 288
Total Views 451

Summary

MODEL KOMUNIKASI MASSA FADLUN MAROS - 157045029 KELAS KOMINFO ANGKATAN III MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 PENDAHULUAN Jika kita membicarakan komunikasi massa, ada banyak hal yang terkait mulai dari apa yang disebut pesan, gatekeeper, ju...


Description

MODEL KOMUNIKASI MASSA

FADLUN MAROS

- 157045029

KELAS KOMINFO ANGKATAN III

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

PENDAHULUAN

Jika kita membicarakan komunikasi massa, ada banyak hal yang terkait mulai dari apa yang disebut pesan, gatekeeper, jumlah audience, penggunaan media massa sebagai saluran. Oleh karenanya, komunikasi massa mempunyai model tersendiri dalam aliran pesan-pesannya (Nurudin, 2004). Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Untuk memberikan pemahaman dasar model-model komunikasi massa, Hiebert et. al mengemukakan empat elemen yang mendasari dibuatnya model, yakni; 1) Jumlah partisipan; 2) Jenis pesan; 3) kondisi sosial dan lingkungan partisipan; dan 4) Penggunaan saluran komunikasi. DeVito (1997), mengatakan ada beberapa keuntungan mempelajari model komunikasi, di antaranya sebagai berikut: 1. Model memiliki fungsi mengorganisasikan, artinya model dapat mengurutkan dan menghubungkan satu sistem dengan sistem lainnya serta dapat memberikan gambaran yang menyeluruh; 2. Model membantu menjelaskan sesuatu dengan

menyajikan

informasi secara sederhana, artinya tanpa model, informasi tersebut menjadi sangat rumit; 3. Dengan model dimungkinkan adanya perkiraan hasil atau jalannya suatu kejadian. Secara sederhana, dapat dinyatakan bahwa model dapat dijadikan suatu dasar bagi pernyataan kemungkinan terhadap berbagai alternatif dan karenanya dapat membantu membuat hipotesis suatu penelitian. Secara umum ada beberapa kategori model komunikasi massa; model liner, model sirkuler, model komunikasi spiral, dan model lainnya.

i

DAFTAR ISI

Pendahuluan ............................................................................................................. i Daftar Isi.................................................................................................................. ii 1. Model AnalisisDasar Komunikasi .................................................................... 1 1.1. Model Dasar Komunikasi (Model Aristoteles) ......................................... 1 1.2. Model Lasswell ......................................................................................... 3 1.3. Model Shannon dan Weaver ..................................................................... 7 2. Model Proses Komunikasi Sirkuler (Schramm) ............................................. 11 3. Model Komunikasi Partisipasi ........................................................................ 12 4. Model Jarum Hipodermik ............................................................................... 14 5. Model Alir Satu Tahap (One Step Flow Model) ............................................. 16 6. Model Alir Dua Tahap (Two Step Flow Model) ............................................. 17 7. Model Alir Banyak Tahap (Multi StepFlow Model) ....................................... 18 8. Model Melvin De Fleur ................................................................................... 19 9. Model HUB (Hiebert, Ungrait, Bohn) ............................................................ 21 10. Model Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble ........................................ 22 11. Model Black dan Whitney .............................................................................. 24 12. Model Bruce Westley dan Malcolm Mclean .................................................. 25 13. Model Maletzke .............................................................................................. 26 14. Model Bryant dan Wallace.............................................................................. 27 15. Model Berlo .................................................................................................... 27 16. Model McNelly ............................................................................................... 29 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 30

ii

1 1. Model Analisis Dasar Komunikasi 1.1. Model Dasar Komunikasi (Model Aristoteles) Salah satu dari model model komunikasi yaitu model analisis dasar komunikasi. Model komunikasi ini dinilai sebagai suatu model paling klasik atau model pemula komunikasi yang dikembangkan sejak Aristoteles, kemudian Lasswell hingga Weaver dan Shannon. Aristoteles membuat model komunikasi yang terdiri atas tiga unsur, yaitu siapa, mengatakan apa dan terakhir kepada siapa. Model komunikasi yang dibuat Aristoteles belum menempatkan unsur media dalam proses komunikasi karena belum ada media seperti surat kabar pada massanya. Rethoric, salah satu karya terbesar Aristoteles, banyak dilihat sebagai studi tentang psikologi khalayak yang sangat bagus. Aristoteles dinilai mampu membawa retorika menjadi sebuah ilmu, dengan cara secara sistematis menyelidiki efek dari pembicara, orasi, serta audiensnya. Orator sendiri dilihat oleh Aristoteles sebagai orang yang menggunakan pengetahuannya sebagai seni. Jadi, orasi atau retorika adalah seni berorasi. Aristoteles melihat fungsi retorika sebagai komunikasi „persuasif‟, meskipun dia tidak menyebutkan hal ini secara tegas. Meskipun begitu, dia menekankan bahwa retorika adalah komunikasi yang sangat menghindari metode yang kohesif. Aristoteles kemudian menyebutkan tentang klasifikasi tiga kondisi audiens dalam studi retorika. Klasifikasi yang pertama adalah courtroom speaking, yaitu yang dicontohkan dengan situasi ketika hakim sedang menimbang untuk memutuskan tersangka bersalah atau tidak bersalah dalam suatu sidang peradilan. Ketika seorang Penuntut dan Pembela beradu argumentasi dalam persidangan tersebut, maka keduanya telah melakukan judicial rethoric. Yang kedua adalah political speaking, yang bertujuan untuk mempengaruhi legislator atau pemilih untuk ikut serta dalam pilihan politik tertentu. Debat dalam kampanye termasuk dalam kategori ini. Sedangkan yang ketiga adalah ceremonial speaking, di mana yang dilakukan adalah upaya mendapatkan sanjungan atau menyalahkan pihak lain guna mendapatkan perhatian dari khalayak. Mungkin yang masuk kategori ini semacam tabligh akbar atau sejenisnya.

2 Karena muridnya terbiasa dengan metode dialectic Socrates, yaitu metode diskusi tanya-jawab, one-on-one discussion, maka Aristoteles menyebutkan retorika adalah kebalikannya. Retorika adalah diksusi dari satu orang kepada banyak orang. Jika dialectic adalah upaya untuk mencari kebenaran, maka retorika mencoba menunjukkan kebenaran yang telah diketemukan sebelumnya. Dialectic menjawab pertanyaan filosofis yang umum, retorika hanya fokus pada satu hal saja. Dialectic berurusan dengan kepastian, sedang retorika berurusan dengan probabilitas (kemungkinan). Menurutnya, retorika adalah seni untuk mengungkapkan suatu kebenaran kepada khalayak yang belum yakin sepenuhnya terhadap kebenaran tersebut, dengan cara yang paling cocok atau sesuai. Menurut Aristoteles, kualitas persuasi dari retorika bergantung kepada tiga aspek pembuktian, yaitu logika (logos), etika (ethos), dan emosional (pathos). Pembuktian logika berangkat dari argumentasi pembicara atau orator itu sendiri, pembuktian etis dilihat dari bagaimana karakter dari orator terungkap melalui pesan-pesan yang disampaikannya dalam orasi, dan pembuktian emosional dapat dirasakan dari bagaimana transmisi perasaan dari orator mampu tersampaikan kepada khalayaknya. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi verbal yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Model ini mempunyai 3 bagian dasar dari komunikasi. pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi pada pidato. Terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain.

Gambar Alur model Aristoteles

Menurut Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya oleh publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik.

3 Tapi model ini juga memiliki banyak kelemahan. Kelamahan yang pertama adalah, komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini tidak memperhitungkan komunikasi non verbal dalam mempengaruhi orang lain. Meskipun model ini mempunyai banyak kelemahan, tapi model ini nantinya akan menjadi inspirasi bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model komunikasi modern.

1.2. Model Lasswell Model dasar komunikasi yang dibuat Aristoteles telah mempengaruhi Harold D. Lasswell, yang kemudian membuat model komunikasi yang dikenal dengan formula Lasswell. Model komunikasi Lasswell terdiri atas 5 unsur, yaitu: siapa, mengatakan apa, melalui apa, kepada siapa dan apa akibatnya. Lasswell melihat bahwa suatu proses komunikasi selalu mempunyai efek atau pengaruh. Oleh karena itu tidak menghendaki kalau model Lasswell ini banyak menstimuli riset komunikasi, khususnya pada bidang komunikasi massa dan komunikasi publik. Dalam sebuah artikel klasik yang ditulisnya pada tahun 1948 yang berjudul “The Structure and Function of Communication in Society”, Lasswell menyajikan suatu model komunikasi yang berbentuk sederhana. Model ini sering diajarkan kepada mahasiswa yang baru belajar ilmu komunikasi. Menurut Lasswell komunikasi dapat didefinisikan sebagai :  Siapa (Who)

 Bicara apa (says what)

 Pada saluran mana (in which channel)  Kepada siapa (to whom)

 Dengan pengaruh apa (with what effect)

Model yang diutarakan Lasswell ini secara jelas mengelompokkan elemenelemen mendasar dari komunikasi kedalam lima elemen yang tidak bisa dihilangkan salah satunya. Model yang dikembangkan oleh Laswell ini sangat populer di kalangan ilmuwan komunikasi, dan kebanyakan mahasiswa komunikasi

4 ketika pertama kali belajar ilmu komunikasi, akan diperkenalkan dengan model di atas. Sumbangan pemikiran Lasswel dalam kajian teori komunikasi massa adalah identifikasi yang dilakukannya terhadap tiga fungsi dari komunikasi massa. Pertama, adalah kemampuan kemampuan media massa memberikan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di sekitar kita, yang dinamakannya sebagai surveillance. Kedua, adalah kemampuan media massa memberikan berbagai pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat, yang dinamakanya sebagai fungsi correlation. Ketiga, adalah fungsi media massa dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat, yang dalam terminologi Laswell dinamakan sebagai transmission. Model Lasswell telah menjadi model komunikasi massa yang melegenda dalam kajian teori komunikasi massa. Maksudnya model Laswell telah banyak digunakan sebagai kerangka analisis dalam kajian komunikasi massa. Karakteristik model Laswell adalah kemampuannya mencatat bagian-bagian yang membentuk sistem komunikasi massa dan serempak pula dapat menggambarkan hasil-hasil yang hendak dicapai oleh komunikasi massa melalui ketiga fungsi yang telah dijelaskan di atas.

Gambar Alur model Lasswell (sumber rizkife.blogspot.com)

5 

Who (siapa/sumber) Who dapat diartikan sebagai sumber atau komunikator yaitu, pelaku utama

atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator. 

Says What (pesan) Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan kepada

komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau isi informasi. Merupakan seperangkat

simbol

verbal/non

verbal

yang

mewakili

perasaan,

nilai,

gagasan/maksud sumber tadi. Ada tiga komponen pesan yaitu: makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk/organisasi pesan. 

In Which Channel (saluran/media) Saluran/media adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan dari

komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalu media cetak/elektronik). 

To Whom (siapa/penerima) Sesorang yang menerima informasi siapa bisa berupa suatu kelompok,

individu, organisasi atau suatu Negara yang menerima pesan dari sumber. Hal tersebut dapat disebut tujuan (destination), pendengar (listener), khalayak (audience), komunikan, penafsir, penyandi balik (decoder). 

With What Effect (dampak/efek) Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) seteleh

menerima pesan dari sumber seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan. 

 

Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut: The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan) The correlation of the parts of society in responding to the environment (korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika me-nanggapi lingkungan) The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).

6 Yang

dimaksud

dengan

surveillance

oleh

Lasswell adalah

kegiatan

mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai peristiwa-peristiwa dalam suatu lingkungan dengan kata lain penggarapan berita. Kegiatan yang disebut correlation adalah interpretasi atau penafsiran terhadap informasi mengenai peristiwa

yang

terjadi

di lingkungan

dalam

beberapa

hal

ini

dapat

didefinisikan sebagai tajuk rencana atau propaganda. Kegiatan transmission of culture difokuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai, dan norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain atau dari anggota suatu kelompok kepada pendatang baru. Ini sama dengan kegiatan pendidikan. Meski demikian, model Lasswell ini tak luput dari kritikan, walau tetap memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan model Lasswell adalah sebagai berikut: 

    













Model Lasswell masih berfokus pada komunikasi verbal satu arah, namun teori ini dipandang lebih maju dari teori-teori lain yang ada; Model Lasswell berhasil melepaskan dari pengaruh komunikasi propaganda yang ketika pada saat itu sangat mendominasi wacana komunikasi; Model Lasswell telah mendefinisikan medium pesan dalam arti yang lebih luas yakni media massa; Lasswell lebih mendefinisikan tujuan komunikasi sebagai suatu penciptaan pengaruh dari pesan yang telah disampaikan; Model Lasswell fokus dan perhatian terhadap aspek-aspek penting komunikasi; Lebih mudah dan sederhana; Berlaku hampir di semua model komunikasi; Dasar konsep komunikasi. Sementara kritikan atas model Lasswell di antaranya: Timbal balik tidak disebutkan; Tidak semua komunikasi mendapatkan umpan balik yang lancar; Teori Lasswell hanya menyimpulkan teori satu arah; Teori Lasswell menitik beratkan model komunikasi arti yang sempit yaitu dengan cara menyebarluaskan melalu media massa hingga mencapai dan

7 memperoleh efek dari audience. Namun jalannya pesan-pesan media tidak sesederhana yang dipikirkan banyak orang.

1.3. Model Shannon dan Weaver Model ini membahas tentang masalah dalam mengirim pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumberdaya informasi (source information) yang menciptakan sebuah pesan (message) dan mengirimnya dengan suatu saluran (channel) kepada penerima (receiver) yang kemudian membuat ulang (recreate) pesan tersebut. Dengan kata lain, model ini mengasumsikan bahwa sumberdaya informasi menciptakan pesan dari seperangkat pesan yang tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang dipakai. Saluran adalah media yang mengirim tanda dari pemancar kepada penerima. Di dalam percakapan, sumber informasi adalah otak, pemancar adalah suara yang menciptakan tanda yang dipancarkan oleh udara. Penerima adalah mekanisme pendengaran yang kemudian merekonstruksi pesan dari tanda itu. Tujuannya adalah otak si penerima. Dan konsep penting dalam model ini adalah gangguan. Sebagai peneliti untuk perusahaan telekomunikasi, Shannon tentu saja tertarik terhadap efisiensi mengirim infomasi melalui saluran telegram dan telepon yang waktu itu belum berkembang seperti saat ini. Untuk itu, Shannon perlu memandang

informasi

sebagai

simbol-simbol

yang

dipertukarkan

dalam

komunikasi antar manusia. Secara khusus, dia harus menjelaskan bagaimana alat dan saluran komunikasi mengirim simbol-simbol itu dari satu titik di suatu tempat ke titik lain di tempat lainnya. Ini dikenal sebagai transmisi informasi. Bagi laboratorium Bell tempat Shannon bekerja, kapasitas, efisisiensi, dan efektivitas transmisi ini menjadi amat penting untuk pengembangan jaringan telepon. Shannon lalu menggunakan pendekatan matematik yang memudahkan manusia mereduksi gejala rumit agar mudah dipahami, dan kemudian menghitung atau mengukur gejala tersebut untuk mencapai efisiensi teknologi. Setahun setelah Shannon mengajukan pemikiran matematisnya di jurnal perusahaan Bell, teori ini dikembangkan lebih jauh bersama seorang rekannya,

8 Warren Weaver, untuk menjadi buku. Di dalam buku inilah mereka menegaskan bahwa untuk memahami informasi, kita perlu berasumsi bahwa semua tujuan komunikasi

adalah

mengatasi

ketidakpastian

(uncertainty).

Teori

yang

dikembangkan Shannon dan Weaver menyederhanakan persoalan komunikasi ini dengan memakai pemikiran-pemikiran probabilitas (kemungkinan). Jika kita melakukan undian dengan melempar sebuah uang logam, hasil undian itu dianggap bernilai satu bit informasi karena mengandung dua kemungkinan dan setiap kemungkinan mengandung nilai 0,5 alias sama besar dari segi kesempatan undian. Dari pemikiran dasar yang sederhana ini, Shannon dan Weaver menyatakan bahwa semua sumber informasi bersifat stochastic alias probabilistik (bersifat kemungkinan). Jika kemungkinan tersebut bersifat tidak mudah diduga, maka derajat ketidakmudahan ini disebut sebagai entropy. Melalui pernyataan-pernyataan matematis, Shannon (dan lalu juga Weaver) menunjukkan hubungan antara elemen sistem teknologi komunikasi, yaitu sumber, saluran, dan sasaran. Setiap sumber dalam gambaran Shannon memiliki tenaga atau daya untuk menghasilkan sinyal. Dengan kata lain, pesan apa pun yang ingin disampaikan melalui komunikasi, perlu diubah menjadi sinyal, dalam sebuah proses kerja yang disebut encoding atau pengkodean. Sinyal yang sudah berupa kode ini kemudian dipancarkan melalui saluran yang memiliki kapasistas tertentu. Saluran ini dianggap selalu mengalami gangguan (noise) yang mempengaruhi kualitas sinyal. Memakai hitung-hitungan probabilitas, teori informasi mengembangkan cara menghitung kapasitas saluran dan kemungkinan pengurangan kualitas sinyal. Sesampainya di sasaran, sinyal ini mengalami proses pengubahan dari kode menjadi pesan, atau disebut juga sebagai proses decoding. Model informasi Shannon juga menganggap bahwa informasi dapat dihitung jumlahnya, dan bahwa informasi bersumber atau bermula dari suatu kejadian. Jumlah informasi yang dapat dikaitkan, atau dihasilkan oleh, sebuah keadaan atau kejadian merupakan tingkat pengurangan (reduksi) ketidakpastian, atau pilihan kemungkinan, yang dapat muncul dari keadaan atau kejadian tersebut. Dengan kata yang lebih sederhana, teori ini berasumsi bahwa kita memperoleh informasi jika kita memperoleh kepastian tentang suatu kejadian atau suatu hal tertentu.

9 Keunggulan model Shannon-Weaver terletak pada kemampuannya membuat persoalan komunikasi informasi menjadi persoalan kuantitas, sehingga sangat cocok untuk mengembangkan teknologi informasi. Kritik terhadap teori mereka datang dari kaum yang mencoba mengaitkan informasi dengan makna dan kandungan nilai sosial-budaya di dalam ...


Similar Free PDFs