Model-Model Integrasi Ilmu Menurut Prof. Imam Suprayogo (Pohon Ilmu) PDF

Title Model-Model Integrasi Ilmu Menurut Prof. Imam Suprayogo (Pohon Ilmu)
Author abdurrahman S.Pd
Pages 13
File Size 333.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 49
Total Views 191

Summary

MODEL-MODEL INTEGRASI ILMU PROF. IMAM SUPRAYOGO (POHON ILMU). Abdurrahman Shobirin1 Abstrak Pada masa renaisance banyak para pemikir bermunculan yang bersifat duniawi. Mereka lebih banyak mengandalkan akal dan pengalaman tanpa memfungsikan agama dalam analisis keilmuwannya. Sehingga berdampak pada t...


Description

MODEL-MODEL INTEGRASI ILMU PROF. IMAM SUPRAYOGO (POHON ILMU). Abdurrahman Shobirin1 Abstrak Pada masa renaisance banyak para pemikir bermunculan yang bersifat duniawi. Mereka lebih banyak mengandalkan akal dan pengalaman tanpa memfungsikan agama dalam analisis keilmuwannya. Sehingga berdampak pada terjadinya pemisahan-pemisahan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama yang disebut dengan dikotomi ilmu. Peristiwa dikotomi ilmu tersebut, membutuhkan sebuah solusi berupa integrasi keilmuan sebagai penguat keyakinan. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo merupakan tokoh ilmuwan yang mengintegrasikan antara ilmu-ilmu unum dan ilmu-ilmu agama. Metafora pengintegrasian tersebut diibaratkan dengan sebuah pohon, yang disebut dengan pohon ilmu. Hasil analilis menemukan bahwasannya integrasi ilmu Prof. Imam Suprayogo menggunakan model Triadik dan model Neo-Modernisme, yaitu yaitu menjadikan filsafat pohon ilmu sebagai jembatan integrasi keilmuan antara ilmu-ilmu umum dan agama, serta menjadikan al-Quran dan al-Hadits sebagai sumber kebenaran ilmu pengetahuan. Kata kunci : Model, Integrasi Ilmu, Prof. Imam Suprayogo, dan Pohon Ilmu. A. Pendahuluan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang cara mendapatkannya dilakukan dengan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tertentu tersebut dinamakan logico hypotetico verifikasi.2 Pengetahuan yang diproses menjadi sebuah ilmu melalui akal fikiran kemudian diuji dengan menggunakan hipotesis dan pada tahap akhir hasil hipotesis tersebut teruji kebenarannya setelah melalui beberapa verifikasi dari beberapa ahli. Perkembangan

ilmu

pengetahuan

sangat

pesat

dimulai

dari

perkembangan intelektual pada masa bani Abbasiyah hingga pengaruhnya 1

Mahasiswa Pascasarjana Jur. Magister Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2 Mulyo Wiharto, Kebenaran ilmu, Filsafat dan Agama, Jurnal Forum Ilmiah Indonusa, Vol. 2, No. 3, September 2015, hal. 2

1

menyebar ke wilayah-wilayah di Timur dan di Barat. Pada masa renaisance banyak para pemikir bermunculan yang bersifat duniawi. Mereka lebih banyak mengandalkan akal dan pengalaman tanpa memfungsikan agama dalam analisis keilmuwannya. Sehingga berdampak pada terjadinya pemisahan-pemisahan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama yang disebut dengan dikotomi ilmu, yaitu sikap yang membagi atau membedakan ilmu secara teliti dan jelas menjadi dua bentuk atau jenis yang dianggap saling bertentangan serta sulit untuk diintegralkan.3 Selama ini ada pandangan atau persepsi yang salah (mis-perception) tetapi berkembang di masyarakat tentang apa yang mereka sebut dengan agama, Pendidikan agama, pelajaran agama, dan belajar agama. Agama menurut pandangan mereka tidak lebih dari kegiatan ritual, seperti dzikir, berdo‟a, shalat, puasa, zakat, haji, mengurus jenazah, pernikahan, dan sejenisnya.4 Hal tersebut merupakan pengaruh dari dikotomi ilmu yang juga berpengaruh pada dunia pendidikan. Sekolah Dasar Negeri, SMPN, SMAN merupakan sekolah yang kurikulum pelajaran umumnya lebih banyak dari pada kurikulum pelajaran keagamaan, sehingga siswa mendalami ilmu-ilmu umum tersebut tanpa menghubungkannya dengan agama yang erat kaitannya dengan peran Tuhan dalam penciptaan alam semesta. Pada dasarnya, ilmu pengetahuan tidak dapat dilepaskan dari ilmu Ketuhanan, karena secara agamis segala bentuk fisik yang terdapat dimuka bumi ini tidak terlepas dari keyakinan metafisik seseorang bahwasannya adanya peran Tuhan dalam penciptaan alam semesta. Maka, Prinsip dasar dalam beragama adalah percaya adanya Tuhan. Kepercayaan akan eksistensi Tuhan yang dapat melahirkan kepasrahannya kepada Yang Kekal dan melahirkan 3

Baharuddin, Dikotomi Pendidikan Islam: Historisitas dan Implikasi pada Masyarakat Islam, (Rosdakarya, Bandung: 2011) Hal. 44 4 Abu Darda, Integrasi Ilmu dan Agama: Perkembangan Konseptual di Indonesia, Jurnal at-Ta’dib, Vol. 10, No. 1, (UNIDA Ponorogo: Juni 2015), Hal. 34.

2

sikap hidup yang bebas dari setiap perbudakan kehidupan duniawi dan pemujaan terhadap materi. Peristiwa dikotomi ilmu tersebut, membutuhkan sebuah solusi berupa integrasi keilmuan sebagai penguat keyakinan bahwasannya fenomena alam yang telah menjadi sebuah pengetahuan dan berproses menjadi ilmu merupakan bukti kebesaran tuhan Tuhan agar manusia bertafakkur dan bertadabbur sehingga

tumbuh

dalam

dirinya

ketaqwaan

yang

berpengaruh

pada

kepribadiannya menjadi insan yang „alim dan „abid. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo merupakan tokoh ilmuwan yang mengintegrasikan antara ilmu-ilmu unum dan ilmu-ilmu agama. Metafora pengintegrasian tersebut diibaratkan dengan sebuah pohon, yang disebut dengan pohon ilmu, sebagaimana implementasinya telah diterapkan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan al-Quran dan hadits sebagai batang pohonya.5 Dari latar belakang dikotomi ilmu, solusi berupa integrasi keilmuan, dan tokoh ilmuwan yang telah menerapkannya, maka jurnal ini dapat dirumuskan pembahasannya pada (1) integrasi ilmu, (2) model-model integrasi Ilmu, (3) biografi tokoh integrator keilmuan, dan (4) model-model integrasi ilmu Prof. Imam Suprayogo (Pohon Ilmu). B. Integrasi Ilmu Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “integrasi” dimaknai sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan. Kata “kesatuan” mengisyaratkan berbagai macam elemen yang berbeda satu sama lain mengalami proses pembauran. Jika pembaruan telah mencapai suatu perhimpunan, maka gejala 5

Mohammad Muslih, Tren Pengembangan Ilmu Di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, TEOSOFI (Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam), Vol. 6, No. 1 (UNIDA, Gontor : 2016), Hal. 222

3

perubahan ini dinamai integrasi. Dalam bahasa Inggris, integrasi (integration) antara lain bermakna “keseluruhan” atau “kesempurnaan.6 Pengetahuan ialah kesatuan subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam, yang mana objek itu dipandang oleh subjek sebagai suatu hal yang diketahuinya.7 Ilmu adalah Pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah tergolong ilmu pengetahuan.8 Menurut Beni Ahmad Saebani, istilah ilmu dalam bahasa Arab dikenal dengan “ilm” yang berarti memahami, mengerti atau mengetahui.9 Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), Metode (method), dan sistem tertentu.10 Dari pemaparan tentang integrasi dan ilmu pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwasannya integrasi ilmu adalah pembauran antara dua ilmu pengetahuan yang menjadi satu kesatuan sehingga menjadi suatu pemahaman yang sempurna dan teruji kebenarannya setelah melalui proses ilmiah. Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat M. Amir Ali oleh Arifuddin dalam jurnalnya, pengertian integrasi keilmuan adalah “integration of sciences means the recognition that all true knowledge is from Allah and all sciences shoul be treated with equal respect wether it is scietific or revealed”.11

. Eka hendry AR, “INTEGRASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTI ETNIK”. Jurnal Walisongo, Vol. 21, No. 21 (STAIN Pontianak: Mei 2013), Hal. 193. 7 Brhanuddin Salam, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Cet. Pertama, (Rieneka Cipta, Jakarta: 2000), Hal. 15. 8 Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan; Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban, Cet.2, (Rajawali Pers, Jakarta: 2014), Hal. 150. 9 Muchtar Latief, Orientasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu, (Kencana Prenadamedia Group, Jakarta: 2014), Hal. 304. 10 Soetriono dan Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Ed. 1, (Andi Offset, Yogyakarta: 2007), Hal. 12. 11 Arifuddin, Konsep Integrasi Ilmu dalam Pandangan Isma’il Raji al-Faruqi, Jurnal Syamil, Vol. 3, No. 1, (IAIN Samarinda: 2015), Hal. 47. 6

4

C. Model-model integrasi Ilmu Model-model integrasi ilmu secara bahasa terdiri dari tiga kata, yaitu model, inegrasi, dan ilmu. Integrasi dan ilmu sudah dibahas dalam pembahasan integrasi ilmu, sedangkan model menurut Good dan Travers, model adalah abstraksi dunia nyata representasi peristiwa kompleks dalam bentuk naratif, matematis, grafis, dan lambang-lambang lainnya. Nadler mengemukakan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong pengguna untuk mengerti dan memahami proses secara esensionalitas dan komprehensif. Selain itu, model juga model juga diartikan suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.12 jadi, model integrasi ilmu adalah objek yang digunakan untuk mempresentasikan satu kesatuan nyata dari pembauran antara dua aspek keilmuan (agama dan sains) untuk mencapai pemahaman yang teruji kebenarannya. Menurut Dr. Armahedi Mazhar sebagaimana dikutip Luthfi Hadi Aminuddin dalam jurnalnya, terdapat tiga model dalam integrasi ilmu agama dan sains, diantaranya : 1. Model

Monadik,

yaitu

model

yang

populer

dikalangan

fundamentalis religius maupun sekuler. Kalangan fundamentalisme religius berasumsi bahwa agama adalah konsep universal yang mengandung semua cabang kebudayaan. Agama dianggap sebagai satu-satunya kebenaran dan ilmu hanyalah salah satu cabang kebudayaan. Sedangkan menurut kalangan sekuler, agama hanyalah salah satu cabang dari kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaanlah yang merupakan ekspresi manusia dalam mewujudkan kehidupan 12

Fadhillah Muhammad, Desain Pembelajaran Paud, cet. II (ar-Ruzz Media, Yoyakarta: 2014), hlm 181.

5

yang berdasarkan ilmu sebagai satu-satunya kebenaran. Dengan model monadik seperti ini, tidak mungkin terjadi koeksistensi antara agama dan ilmu, karena keduanya menegaskan eksisteansi atau kebenaran yang lainnya. 2. Model Diadik, yaitu model yang memiliki tiga varian. Varian yang Pertama, menyatakan bahwa ilmu dan agama adalah dua kebenaran yang setara. Ilmu membicarakan fakta yang alamiah, sedangkan agama membicarakan nilai Ilahiyah; yang kedua, berpendapat bahwa ilmu dan agama merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan; dan yang ketiga, berpendapat bahwa antara ilmu dan agama memiliki kesamaan. Kesamaan inilah yang bisa dijadikan bahan integrasi keduanya. 3. Model Triadik, model yang memiliki unsur ketiga antara sains dan agama, yaitu filsafat. Dalam model triadik ini ada unsur ketiga yang menjembatani ilmu dan agama. Jembatan itu adalah filsafat. Model ini diajukan oleh kaum teosofis yang bersemboyan “there is no religion higher than truth”, kebenaran adalah kebersamaan antara ilmu, filsafat dan agama.13 Menurut Abudin Nata, Upaya Integrasi Ilmu dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan dengan tiga model islamisasi pengetahuan, diantaranya: 1. Model purifikasi, yaitu bermakna pembersihan penyucian. Dengan kata lain, proses islamisasi berusaha menyelenggarakan pendidikan agar sesuai dengan nilai dan norma islam secara kaffah.

13

Luthfi Hadi Aminuddin, Integrasi Ilmu dan Agama: Studi Atas Paradigma IntegratifInterkonektif UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, KODIFIKASIA Jurnal Penelitian Keagamaan dan Sosial-Budaya, No. 1, Vol. 4 (UINSUKA, Yogyakarta: 2010), Hal. 188-189.

6

2. Model Modernisasi Islam, yaitu proses perubahan menurut fitrah dan sunnatullah. Model ini berangkat dari kepedulian terhadap keterbelakangan umat Islam yang disebabkan oleh sempitnya pola pikir dalam memahami agamanya, sehingga sistem pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan agama Islam tertinggal jauh dari bangsa non-Muslim. 3. Model Neo-Modernisme, yaitu berusaha memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam al-Quran dan alHadits dengan mempertimbangkan khazanah intelektual muslim klasik serta mencermati kesulitan-kesulitan dan kemudahankemudahan yang ditawarkan iptek.14 D. Biografi Prof. Imam Suprayogo Lahir 2 januari 1951. Sosok karismatik ini menyelesaikan pendidikan dasar (SDN), menengah pertama (SMPN), dan menengah atas (SMAN) di tempat kelahirannya, Trenggalek Jawa Timur. Setamat dari SMAN, beliau melanjutkan pendidikan di IAIN Malang Fakultas Tarbiyah. Alumnus Program Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya ini sudah makan asam garam dalam dunia pendidikan, diantaranya pernah menjabat sebagai pembantu Dekan FKIP UMM, Dekan Fisip UMM, Pembantu Rektor Bidang Akademik UMM, Wakil Direktur Pascasarjana UMM, Ketua STAIN Malang. Pak Imam, demikian biasa Ia dipanggil, merupakan sosok pemikir Islam yang istiqomah dalam mengembangkan pendidikan Islam modern. Perubahan STAIN Malang menjadi UIN Malang tidak lepas dari kerja keras dan keistiqamahannya dalam memajukan pendidikan Islam. Di samping itu, Ia juga 14

Ida Fiteriani, Analisis Model Integrasi Ilmu dan Agama Dalam Pelaksanaan Pendidikan di Sekolah Dasar Islam Bandar Lampung, TERAMPIL Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 1, No. 2, (IAIN Raden Intan, Lampung: Desember 2014), Hal. 160161.

7

telah berhasil mewujudkan gagasan tentang pentingnya menghadirkan ma‟had atau pondok pesantren di Perguruan Tinggi Islam. karena kiprahnya yang gemilang dalam memimpin dan mengembangkan Universitas Islam Negeri (UIN) Malang tersebutlah Ia diberi kepercayaan untuk menjadi khatib dalam Shalat Idul Fitri 1426 H di Masjid Istiqlal Jakarta, yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden. 15 Sebelum menggagas Integrasi Ilmu yang telah diterapkan di UIN Maliki Malang, Prof. Imam Suprayogo melihat sebuah gambar pohon, ia semakin suka melihat pohon. Karena pada sebatang pohon, selalu terbayang pada dirinya, terdapat sebuah keindahan, dan sangat tepat digunakan untuk menerangkan tentang integrasi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Pohon tumbuh dalam waktu lama, bertahun-tahun, bahkan beberapa jenis tertentu usianya melebihi usia manusia. Kehidupan dan pertumbuhan pohon juga dapat untuk menggambarkan, bahwa ilmu juga selalu tumbuh dan berkembang.16 E. Model Integrasi Ilmu Prof. Imam Suprayogo (Pohon Ilmu) Prof. Imam Suprayogo merupakan tokoh yang mengintergrasikan antara ilmuilmu sains dan ilmu-ilmu agama dengan tujuan

untuk

dikotomi

ilmu

mengalihkan menjaid

paradigma ilmu

yang

terintegrasi. Beliau dalam mengintergrasikan ilmu menggunakan pohon sebagai metafora keilmuan yang dikenal dengan pohon ilmu.

15

Imam Suprayogo, Universitas Islam Unggul, (UIN Malang Press, Malang: 2009), Hal.

225-226. 16

Imam Suprayogo, Paradigma Pembangunan Keilmuan di Perguruan Tinggi, (UIN Malang Press, Malang: 2009), Hal 226.

8

Pohon memiliki banyak ilustrasi-ilustrasi untuk berfilsafat. Menurut Muhammad In‟am (1980) dalam bukunya menuju pemikiran filsafat, akar digunakan sebagai sebuah ilustrasi tentang asal mula filsafat atau apa hal-hal yang menjadi pangkal tolak orang berfilsafat. Sedangkan batang sebagai sebuah gambaran untuk menjelaskan tentang pokok bahasan utama dalam filsafat yang di dalamnya kemudian melahirkan beragam sub pembahasan-sub pembahasan atau cabang-cabang pohon, dan dari cabagn-cabang itulah terdapat ranting yang menggambarkan sub-sub pembahasan. Sedangkan buah, menggambarkan tujuan akhir dari berfilsafat yaitu kebenaran dan manfaat praktisnya.17 Pohon sebagai metafora bangunan keilmuan dalam pengintegrasian antara sains dan agama yang telah diterapkan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof Imam Suprayogo menjelaskan bahwasannya “Akar digunakan untuk menggambarkan ilmu-ilmu alat, yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa secara baik, yaitu bahasa-bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris, filsafat, ilmu-ilmu alam, ilmu sosial/budaya dasar, dan pancasila. Batang digunakan untuk menggambarkan kajian sumber ilmu yang berasal dari kitab suci al-Quran dan sejarah kehidupan Rasul (Hadits); pemikiran Islam, dan masyarakat islam. Sedangkan dahan, ranting, dan daun sebatang pohon untuk menggambarkan jenis fakultas yang dipilih oleh masing-masing mahasiswa. Sebagai sebuah pohon yang tumbuh subur akan menghasilkan buah. Buah itu dalam hal ini untuk menggambarkan produk dari bangunan ilmu yang bersifat integratif antara ilmu agama dan ilmu umum, yaitu iman, amal shaleh, dan akhlakul karimah”.18

Muhammad In’an Esha, Menuju Pemikiran Filsafat, (UIN Maliki Press, Malnag: 2010), Hal. 67-68. 18 Imam Suprayogo dan Rasmianto, Perubahan Pendidikan Tinggi Islam Refleki Perubahan IAIN/STAIN Menjadi UIN, (UIN-Malang press, Malang: 2008), Hal. 73-74. 17

9

F. Refleksi Dari pemaparan teoritik tentang integrasi ilmu, model-moldel integrasi ilmu, dan metafora pohon sebagai bangunan keilmuwan, maka dapat disimpulkan bahwasannya integrasi ilmu oleh Prof. Imam suprayogo dengan menggambarkan pohon sebagai metafora bangunan keilmuwan menggunakan model-model sebagai berikut: 1. Model Triadik, yaitu menjadikan filsafat pohon ilmu sebagai jembatan integrasi keilmuan antara ilmu-ilmu umum dan agama. Dengan filsafat pohon tersebut, UIN Maliki Malang mampu mengintegrasikan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama terutama pada fakultas-fakultas ilmu Pengetahuan alam dan sosial sehingga melahirkan lulusan yang memilki ilmu yang terintergrasi dan memiliki kecakapan sikap yang sholeh serta berakhlakul karimah. 2. Model Neo-Modernisme, yaitu menjadikan al-Quran dan al-Hadits dengan sumber kebenaran ilmu pengetahuan. Keterkaitan antara alQuran dan al-Hadits dengan ilmu-ilmu yang diperoleh melalui observasi, Eksperimen, dan penalaran logis yang selanjutnya lazim disebut sebagai ilmu modern tampak terdapat tali temali yang amat jelas. Oleh sebab itu, al-Quran dan Hadits pada metafora bangunan keilmuan (pohon ilmu) di letakkan pada batang pohon sebagai sumber dari observasi, eksperimen, dan penalaran logis setelah menguasai ilmuilmu alat seperti bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris serta ilmu filsafat yang terletak pada akar pohon. G. Kritik alur model dan keunggulannya Model-model integrasi yang terdapat pada metafora pohon ilmu bertujuan untuk menjadikan mahasiswa universitas lulusan yang berilmu dan

10

berakhlakul karimah. Model Triadik dalam metafora pohon ilmu merupakan jembatan untuk mengintegrasikan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu agama dengan cara berfilsafat. Filsafat

pohon

ilmu

menggambarkan

sebuah

kurikulum

yang

terintegrasi dari ilmu-ilmu dasar agama yang kemudian lanjut mendalami sumber-sumber ilmu dan agama. Setalah mendalaminya, mahasiswa dapat melanjutkan materi perkuliahannya pada bidang keilmuannya masing-masing. Hal ini bertepatan dengan penerapan Model Neo-Modernisme yang menjadikan al-Quran dan hadits sebagai pegangan dan rujuakan terhadap masing-masing bidang keilmuan, ilmu-ilmu umum maupun ilmu agama. Keunnggulan kedua model integrasi tersebut terlihat pada kualitas dan kuantitas mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, yang mana mereka mampu menghubungkan dan memahami materi-materi yang diberikan oleh dosen dengan ayat-ayat al-Quran dan sumber lainnya, karena pada awal tahap perkuliahan tingkat sarjana, segenap mahasiswa diwajibkan untuk mendalami bahasa Arab. H. Kesimpulan. 1. Integrasi ilmu adalah pembauran antara dua ilmu pengetahuan yang menjadi satu kesatuan sehingga menjadi suatu pemahaman yang sempurna dan teruji kebenarannya setelah melalui proses ilmiah. 2. Model

integrasi

ilmu

adalah objek

yang digunakan untuk

mempresentasikan satu kesatuan nyata dari pembauran antara dua aspek keilmuan (agama dan sains) untuk mencapai pemahaman yang teruji kebenarannya. 3. Model-model integrasi ilmu diantaranya: Model Monadik, Model Diadik, Model Triadik, Model Pruifikasi, Model Modernisme, dan Model Neo-Modernisme.

11

4. Model-model inetgrasi ilmu Prof. Imam Suprayogo (Pohon Ilmu) diantaranya: Pertama, Model Triadik, yaitu menggunakan filsafat sebagai jembatan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agana. Dan kedua, Model Neo-Modernisme, yaitu men...


Similar Free PDFs